Teman
Bukan Teman
Seberkas
sinar mulai tampak di ufuk timur. Ayam-ayam berkokok dengan merdu,
burung-burung bernyanyi di sela-sela pepohonan. Orang-orang bangun untuk
memulai aktivitasnya masing-masing. Begitu juga dengan Rendy, remaja 15 tahun
yang sekarang duduk dibangku kelas 3 SMP. Ia adalah orang yang agak pendiam dan
pemalu. Namun dibalik itu semua sebenarnya dia orang yang baik.
Di sekolah ia selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang baik agar punya banyak teman. Dan kini ia akrab dengan teman-teman di sekolahnya. Salah satu temannya adalah Tejo yang sudah kenal lama dengan Rendy. Di pagi itu mereka berangkat bersama ke sekolah.
Di sekolah ia selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang baik agar punya banyak teman. Dan kini ia akrab dengan teman-teman di sekolahnya. Salah satu temannya adalah Tejo yang sudah kenal lama dengan Rendy. Di pagi itu mereka berangkat bersama ke sekolah.
“ Ren, berangkat
sekarang yuk .“ Kalimat yang diucapkan Tejo melalui sms.
“ Sekarang aku akan ke
rumahmu “ Balasnya dengan singkat.
Mereka
bersepeda dari rumah sampai ke sekolah sembaring berbincang –bincang di jalan. Sampai
di sekolah mereka berpisah karena beda kelas. Pelajaran pun dimulai, tak terasa
bel istirahat telah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar untuk membeli
makanan di kantin. Tejo berjalan bersama teman kelasnya, Rendy yang melihatnya
langsung datang menghampiri.
“ Jo, ke kantin yuk
beli makan. “ Rendy mengajak sambil memegangi perutnya.
“ Wah lagi gak ada
duit. “ Sahutnya dengan muka muram.
“ Santai aja aku
traktir, kamu tinggal makan aja.”
“ Yakin nih? Boleh juga
tuh… hehe.” Tejo tampak senang sambil sedikit tertawa.
“Iya”
Suasana
yang begitu menyenangkan dapat berkumpul begini. Usai istirahat semua murid
melanjutkan pelajaran hingga selesai. Sebelum pulang Rendy dan temannya
berkumpul sejenak untuk membicarakan sesuatu.
“
Eh, besok kan hari Minggu. Rencananya kita mau kemana? “ Tanya Dimas teman
sekelas Tejo.
“
Apakah ada yang punya usul? “
“
Kita ke Pantai aja yuk, kayaknya asik. “ Usul Tejo.
“
Wah boleh juga tuh, gimana yang lain pada setuju gak? “ Rendy menyambung pembicaraan.
“
Emm…ok deh aku setuju.” Jawab Bagas
Pembicaraan
selama 20 menit itu pun akhirnya selesai. Semua bergegas untuk pulang. Bagas
pulang bersama Dimas, sementara Rendy bersama Tejo. Lelah mendera badan Rendy
setelah seharian di sekolah. Waktu di rumah digunakannya untuk istirahat
walaupun sesekali ia langsung pergi ke lapangan untuk bermain sepak bola.
Biasanya teman sekampungnya yang menghampirinya di rumah. Sepak bola adalah
hobinya, karena juga dapat menambah teman.
“
Ren…Rendy.” Teman-temannya memanggil dari luar.
“
Iya…sebentar baru ganti baju.” Suaranya yang keras dari dalam rumah.
“
Yuk kelapangan sekarang! “ Ajaknya dengan penuh semangat.
Mereka berjalan menuju lapangan yang tak jauh dari
rumah Rendy.
“
Kita hompimpah atau suit aja buat menentukan tim.”
“
Yaudah berarti sekarang sudah dibagi 1 tim 5 orang.” Kata Rendy.
Asik
bermain sepak bola sampai lupa waktu. Tak terasa tiba-tiba sudah menjelang
maghrib. Semua bergegas untuk pulang langsung mandi lalu sholat maghrib.
“
Sini nak, kita makan dulu!” Ajak ibunya.
“
Iya Bu.”
“
Makan yang banyak, kalau habis dihabiskan saja! “ Seru Ibunya sambil tersenyum.
“
Siap…tunggu saja bentar lagi juga habis hahaha.” Candanya sejenak.
Perut
kenyang Rendy langsung beranjak ke ranjang untuk tidur. Pagi harinya ia siap menjalani
hari-hari barunya. Di hari Minggu itu ia bersiap-siap untuk pergi ke pantai
seperti yang dijanjikan teman-temannya kemarin. Pukul 07:00 Rendy berangkat ke
rumah Tejo menggunakan motor. Namun seperti biasanya Tejo hanya numpang
motornya Rendy. Dimas dan Bagas telah menunggu di dekat sebuah gapura.
Pukul
07:40 mereka berkumpul lalu berangkat bersama ke pantai. Perjalan memakan waktu
cukup lama dan cukup melelahkan karena jauh. Pukul 08:25 mereka sampai di
tempat tujuan. Bermain pasir, berlari-larian dan tertawa bersama.
“
Beli minum dulu yuk!” Ajak si Tejo.
“
Aku juga sudah haus, tapi mau beli minum apa? “ Tanya Dimas yang sudah tampak
letih.
“ Siang
gini paling enak ya minum es kelapa muda!” Sahut Bagas dengan keras.
“
Nah, itu baru mantap.”
“
Jo, aku minta uang dua ribu dong, uangku kurang.” Rayu Rendy dengan pelan.
“
Minta..minta, kalau hutang aku baru mau hahahaha! “ Tejo malah mentertawakan
perkataannya.
“
Yaudah sini aku hutang aja daripada gak bisa beli klamud.”
“
Nah sip sip itu baru aku mau, pesen empat sana!” Perintah Tejo.
Dahaga
berat akibat panas terik matahari serasa hilang larut terbawa air kelapa yang
masuk ke kerongkongan. Daging buah yang tebal bisa untuk sedikit mengganjal
perut yang kelaparan. Jam sudah menunjuk pukul 12:00, semua memutuskan untuk
pulang ke rumah.
“
Ren, kita pergi main berdua aja yuk! Tapi pulang dulu ganti baju sekalian makan
siang.” Bisik Tejo saat naik motor.
“
Oke, tapi ngomong-ngomong mau kemana lagi? “
“
Ya asal muter-muter aja nanti kita pikirin lagi.”
“
Oh…tapi gantian pake motormu lah.”
“
Mending pake motor sendiri-sendiri saja, pasti lebih seru jalan-jalannya! “
“
Wah pelit amat.” Singkat jawab Rendy dengan kesal.
Hari
Minggu itu mereka habiskan dengan jalan-jalan entah kemana. Keesokan harinya
ketika pulang sekolah Rendy melihat Tejo, Dimas, dan Bagas sedang bermain game
di laptop.
“
Aku pinjam bentar dong.” Pinta Rendy.
“
Apaan kamu baru datang langsung mau pinjam, pulang aja sana!” Balas Tejo dengan
sinis.
“
Bayar dulu hutangmu yang kemarin!” Tejo melanjutkan perkataannya.
“
Jadi teman jangan hanya memikirkan kesenangan diri sendiri, nih aku bayar
hutangku kemarin! “
Rendy merasa kesal dan memutuskan
pulang. Ia tak habis pikir dengan temannya itu. Padahal selama ini ia merasa
selalu berbuat baik pada teman-temannya. Sebagai manusia biasa pasti bisa
merasa sedih bahkan terhina apabila temannya sendiri seperti tidak menganggap
dirinya teman.
Rendy
berusaha untuk tetap sabar menghadapi temannya, namun selalu saja temannya
sering bersikap seperti itu. Rendy seperti orang yang tidak penting yang bisa
seenaknya dibuang dan didekati apabila sedang dibutuhkan. Mana ada orang yang
mau diperlakukan seperti halnya yang dialami Rendy.
Suatu hari saat Rendy main bersama Tejo.
“
Huh…capek main terus, beli minuman dulu lah, tapi aku hutang ya Ren.” Tejo
berkata sambil meringis.
“
Kebiasaan lah kamu, tapi jangan lupa besok diganti!”
“
Santai aja, tapi gak tau juga hahaha.” Tejo menanggapi seperti tidak berjanji.
Keesokan harinya di sekolah.
“
Sini Jo, buruan ganti uangku yang kemarin!”
“
Hehe besok aja ya, lagi gak ada duit.”
“
Ah..kamu payah lah!” Rendy sangat kesal.
“
Besok deh aku ganti.”
Walaupun
begitu, namun Tejo selalu saja seperti mempermainkan Rendy. Padahal ia bisa
mengganti uangnya, tetapi sengaja ditunda-tunda. Sejak saat itu Rendy mulai
tidak menyukai sikap Tejo dan mulai menjauhinya. Ia sudah tidak tahan dengan
kelakuannya.
‘ Teman macam itu, yang hanya datang saat
membutuhkan ‘ Kata hati Rendy dengan sangat kesal.
Mungkin
itu jalan terbaik yang harus diambilnya. Agar temannya sadar yang namanya teman
seharusnya dihargai bukannya disia-sia. Rendy menjalani hari-harinya dengan
berusaha mencari teman lain yang bisa mengerti.
Rendy
masih bisa sedikit tersenyum karena masih ada teman lain yang bisa mengerti. Ia
berharap sebuah pertemanan itu bisa berubah menjadi persahabatan. Sebab selama
ini dirinya belum mempunyai sahabat yang ada dikala suka dan duka.
Lika-liku
hidup memang tak bisa ditebak, setiap orang hanya bisa berusaha melakukan yang
terbaik. Persahabatan di dunia memang lah indah, karena itu sebanding dengan
perjuangannya. Seorang sahabat atau teman sangatlah susah untuk dicari, lain
halnya jika mencari musuh.
---Hargailah
orang disekitarmu---
November
2013
Nama : Gama Wira Nusa
No
: 07
Kelas : IX F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar