Perjalanan Cinta Iin
Di salah satu Sekolah Dasar
di Yogyakarta, terdapat dua anak yang akrab yaitu Iin dan Ridwan. Mereka berteman
sudah 6 tahun lamanya. Sejak kelas I sampai V mereka duduk di satu kelas,
tetapi saat kelas VI kelas di sekolah itu dibagi menjadi 3 kelas menurut nomor
absen, sehingga mereka tidak duduk di satu kelas lagi.
Iin dan Ridwan
mempunyai hobby yang sama yakni ‘olahraga’. Saat-saat pelajaran olahraga mereka
sering sekali berada di barisan paling depan bahkan kadang mereka yang memimpin
pemanasan dan sering dijadikan contoh. Mereka juga sering mengikuti POR(Pekan
Olahraga Pelajar) mewakili sekolahnya. Karena sangat akrab, diantara mereka
mulai muncul tanda-tanda saling suka atau yang biasa disebut cinta.
Suatu hari Iin dan
Ridwan sampai di sekolah paling pagi. Di depan kelas VI A
mereka bercakap-cakap.
“In, besok kamu mau melanjutkan sekolah dimana?” tanya Ridwan.
“Aku mau nglanjutin di SMP Tunas Harapan yang deket rumah dan sekolahnya
juga bagus, kalau kamu?” jawab Iin.
“Kalau aku inginnya di SMP 13 Yogya yang ada kelas olahraganya.” jawab Ridwan.
“Ya semoga kamu bisa masuk sana.” lanjut Iin.
“Amin, semoga kamu juga bisa masuk sekolah yang kamu harapkan.” jawab Ridwan.
mereka bercakap-cakap.
“In, besok kamu mau melanjutkan sekolah dimana?” tanya Ridwan.
“Aku mau nglanjutin di SMP Tunas Harapan yang deket rumah dan sekolahnya
juga bagus, kalau kamu?” jawab Iin.
“Kalau aku inginnya di SMP 13 Yogya yang ada kelas olahraganya.” jawab Ridwan.
“Ya semoga kamu bisa masuk sana.” lanjut Iin.
“Amin, semoga kamu juga bisa masuk sekolah yang kamu harapkan.” jawab Ridwan.
Hari demi hari berlalu,
kali ini Iin dan Ridwan sering surat-suratan saat jam istirahat sekolah yang
dikirim lewat celah bawah pintu pembatas antara kelas mereka. Hingga
teman-temannya mengetahui hal itu. Suatu hari Atun meminta koran kepada Ridwan,
lalu Ridwan menyuruhnya mengambil sendiri di dalam tasnya. Kemudian Atun
mengambilnya, alangkah terkejutnya ia ketika menemukan surat-suratan Iin dan
Ridwan di dalam tas tersebut. Tanpa sepengetahuan Ridwan akhirnya ia tidak
hanya mengambil korannya saja tetapi juga surat tersebut, yang kemudian
dibicarakan dengan teman-temannya.
“Teman-teman tadi gak sengaja aku nemuin surat-suratannya Iin sama Ridwan di
dalam tasnya Ridwan.” jelas Atun.
“Ha? Yang bener?” Wati terkejut mendengarnya.
“Iya beneran lah.” jawab Atun.
“Coba sini aku lihat!” lanjut Wati.
Surat itupun dibaca Atun bersama temannya.
“Wah wah wah, ini ceritanya Iin sama Ridwan itu saling suka, disuratnya aja ada
tulisan ‘I LOVE YOU’ iya kan?” komentar Wati.
“Makanya mereka kalau bertemu malu-malu gitu, ini berita bagus lho, ayo kita kasih
tau teman-teman yang lain aja!” Atun bersemangat.
“Jangan, aku tidak setuju karena kalau semua tau jadinya nggak baik.” bantah Aini.
“Udah nggakpapa, nanti kalau semua tahu pasti akan ramai.” kata Wati.
“Yaudah ayo kita sebar berita ini! haha...” jawab Atun.
“Teman-teman tadi gak sengaja aku nemuin surat-suratannya Iin sama Ridwan di
dalam tasnya Ridwan.” jelas Atun.
“Ha? Yang bener?” Wati terkejut mendengarnya.
“Iya beneran lah.” jawab Atun.
“Coba sini aku lihat!” lanjut Wati.
Surat itupun dibaca Atun bersama temannya.
“Wah wah wah, ini ceritanya Iin sama Ridwan itu saling suka, disuratnya aja ada
tulisan ‘I LOVE YOU’ iya kan?” komentar Wati.
“Makanya mereka kalau bertemu malu-malu gitu, ini berita bagus lho, ayo kita kasih
tau teman-teman yang lain aja!” Atun bersemangat.
“Jangan, aku tidak setuju karena kalau semua tau jadinya nggak baik.” bantah Aini.
“Udah nggakpapa, nanti kalau semua tahu pasti akan ramai.” kata Wati.
“Yaudah ayo kita sebar berita ini! haha...” jawab Atun.
Dari kejadian itu ada
seorang guru yang mengetahui surat-suratan Iin dengan Ridwan, karena ada salah
seorang murid yang melaporkan hal itu. Hampir setiap hari teman-teman mereka
membicarakannya, sehingga mereka merasakan bahwa dirinya digunakan sebagai
bahan pembicaraan yang tidak ada henti-hentinya. Iin dan Ridwan menjadi agak
jauhan tidak seakrab dulu lagi. Tetapi mereka masih tetap mempunyai perasaan
saling suka.
Hari-hari selanjutnya,
teman-teman Iin dan Ridwan mengira kalau mereka itu sudah pacaran, tetapi
sebenarnya mereka hanya berteman biasa. Jadi teman-temannya sering memanggil
Iin dan Ridwan dengan nama yang dibalik dengan orangnya. Maka dari itu mereka
sering jauhan dan jarang bercakap-cakap.
Ujian Nasional sudah
dilaksanakan, tetapi Iin dan Ridwan belum juga akrab lagi. Di sela-sela waktu
menunggu pengumuman para siswa menyiapkan diri untuk acara perpisahan. Di dalam
acara itu akan diumumkan hasil belajar para siswa selama 6 tahun di sekolah
dasar yang akan menentukan kelulusan.
Waktu yang ditunggupun
telah tiba. Sebentar lagi akan diumumkan hasil/nilai UN yang telah terlaksana
tersebut. Deg deg deg deg, jantung mulai berdebar kencang. Dan sekarang
waktunya pengumuman. Dari pengumuman tersebut yang memperoleh peringkat 10
besar disuruh naik ke atas panggung dan ternyata juga diberi hadiah. Dalam hal
itu ternyata Iin menduduki peringkat ke 9 dengan nilai 26.85. Iin merasa lega
dengan nilai itu karena nilainya bisa mencukupi untuk masuk SMP Tunas Harapan.
Tetapi lain halnya dengan Ridwan yang dengan perasaan kecewa karena nilainya
tidak mencukupi untuk masuk SMP 13 Yogya. Iin sangat senang dengan nilai yang
diperolehnya. Tetapi ia ikut sedih dengan nilai Ridwan yang belum bisa untuk
masuk sekolah yang diinginkan.
“Selamat ya In, kamu dapat nilai yang bagus yang bisa buat kamu masuk sekolah
yang kamu inginkan, aku ikut senang.” kata Ridwan.
“Makasih Wan, kamu jadinya mau nglanjutin sekolah dimana?” tanya Iin.
“Aku nggak berani kalau mau masuk SMP 13 Yogya, nilaiku nggak akan cukup,
mungkin aku mau nglanjutin di SMP Harapan Bangsa saja.” jawab Ridwan.
“Oo ya, semoga kamu diterima di sana.” kata Iin.
“Selamat ya In, kamu dapat nilai yang bagus yang bisa buat kamu masuk sekolah
yang kamu inginkan, aku ikut senang.” kata Ridwan.
“Makasih Wan, kamu jadinya mau nglanjutin sekolah dimana?” tanya Iin.
“Aku nggak berani kalau mau masuk SMP 13 Yogya, nilaiku nggak akan cukup,
mungkin aku mau nglanjutin di SMP Harapan Bangsa saja.” jawab Ridwan.
“Oo ya, semoga kamu diterima di sana.” kata Iin.
Dari pengumuman nilai
UN tersebut, Iin dan Ridwan mulai akrab lagi. Tetapi karena mereka dinyatakan
lulus maka mereka dipisahkan oleh sekolah yang berbeda. Mereka tidak susah
karena sekolah yang berbeda. Tetapi mereka senang dengan nilai yang mereka
terima yang akan digunakan untuk memasuki sekolah yang tingkatannya lebih
tinggi. Walaupun nilai Ridwan kurang yang membuatnya kecewa.
Setelah masuk di SMP
mereka jarang sekali ketemu dan nggak banyak bercakap-cakap secara langsung. Mereka
berkomunikasi menggunakan handpone melalui sms yang hanya berupa tulisan.
Dengan berbedanya sekolah mereka, mulailah lagi ketidak akrabannya. Bahkan
perasaan saling suka masih ada atau tidak, sudah tidak mereka pikirkan lagi.
Akhirnya mereka menjalani kehidupan yang baru.
Beranjak dari Sekolah Dasar
menuju Sekolah Menengah Pertama. Di Jalan Pramuka, sebuah gedung yang megah
terletak dipinggir jalan tersebut, kita dapat menjumpai SMP Tunas Harapan. Saat
itu terdapat 15 kelas yang setiap angkatannya terdiri dari 5 kelas (A,B,C,D
& E). Di sebuah kelas yang letaknya lurus dengan pintu gerbang sekolah itu,
di utara Kantin Sehat itulah kelas VII E. Disana terdapat anak perempuan yang
tomboy(tingkahnya seperti laki-laki), dia suka sepak bola, basket, dia juga
murah senyum dan aktif berorganisasi. Tak lain lagi ia adalah Iin.
Telah berbulan-bulan
Iin belajar di bangku SMP Tunas Harapan. Ia mempunyai banyak teman dan
merasakan suasana yang baru. Karena ia telah berpisah dengan Ridwan maka ia
menemukan benih-benih cinta yang baru. Ia menyukai seseorang yang berada di
sekolah itu juga, bahkan satu kelas dengannya. Orang itu bernama Inu. Waktu
terus berjalan hingga teman-temannya mengetahui bahwa Iin menyukai Inu. Setelah
berhari-hari Iin mulai mengetahui bahwa Inu tidak mempunyai perasaan yang sama
seperti apa yang dirasakannya, karena Inu telah menyukai teman Iin sejak SD
yakni Anti. Mengetaui hal tersebut Iin hanya terdiam dan berpikir untuk bersahabat
saja dengan Inu.
“Nu aku tahu kamu suka sama Anti, dan kamu juga tahu aku suka sama kamu, tetapi
aku minta kamu jangan jauhi aku karena hal itu.” kata Iin.
“Iya, aku nggak jauhi kamu kita tetap temenan.” jawab Inu.
“Kalau begitu gimana kalau kita sahabatan saja?” tanya Iin.
“Oke, kita sahabatan saja.” jawab Inu.
“Sip, makasih ya sudah mau terima tawaranku.” lanjut Iin.
“Nu aku tahu kamu suka sama Anti, dan kamu juga tahu aku suka sama kamu, tetapi
aku minta kamu jangan jauhi aku karena hal itu.” kata Iin.
“Iya, aku nggak jauhi kamu kita tetap temenan.” jawab Inu.
“Kalau begitu gimana kalau kita sahabatan saja?” tanya Iin.
“Oke, kita sahabatan saja.” jawab Inu.
“Sip, makasih ya sudah mau terima tawaranku.” lanjut Iin.
Sejak saat itulah
mereka bersahabat hingga sekarang ini. Namun Iin tidak tahu apakah Inu masih
menganggapnya atau tidak? Tetapi persaudaraan mereka tetap berlanjut dengan
baik. Iin dan Anti juga demikian mereka berteman dengan baik, walaupun setiap
harinya ada saja permasalahan diantara mereka. Namun masalah itu hanya berlaku
sementara dan langsung terselesaikan. Iin dan Anti sudah sering sekali seperti
itu sejak duduk di SD.
Waktu terus berjalan
sekarang sudah hampir habis semester ke 2. Iin mengagumi seorang cowok di
sekolahnya namun dalam hal ini tidak dalam satu kelas. Cowok itu bernama Afi.
Dia nggak terlalu manis sih, tapi entah kenapa Iin bisa tergila-gila dengannya.
Teman-teman Iin pun mengetahui hal tersebut karena sikap Iin yang berubah
ketika berpapasan dengan Afi. Iin tak tahu apakah itu cinta atau hanya sekedar
mengaguminya. Bertepatan saat itu, bulan dimana Afi lahir, Iin sangat ingin
sekali memberikan kado ulang tahun untuk Afi. Ia tak tahu apakah yang akan ia
berikan untuk Afi, namun akhirnya ia menemukan ide untuk memberinya sepasang
sandal. Hingga tiba hari ulang tahun Afi, waktu itu di sekolah tidak ada
pembelajaran karena sudah selesai dalam menjalankan ulangan umum. Iin pun
memberikan hadiah tersebut kepada Afi sacara langung. Ia sangat senang bisa
memberikan sesuatu untuk orang yang ia kagumi, walaupun mungkin hanya sekedar
untuk kenang-kenangan.
Namun sama halnya
dengan Inu, Afi ternyata sudah memiliki cewek yang baru saja putus dan ia masih
mengharapkannya kembali. Lalu Iin memutuskan untuk tidak mengejarnya lagi dan
membiarkannya kembali dengan ceweknya itu. Iin
sudah merasa senang apabila seseorang yang mungkin spesial baginya itu
merasa senang.
Sekarang saatnya para
siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya di kelas VII. Semua siswa di kelas
Iin naik kelas, dan menduduki kelas VIII E. Ditempat yang tinggi di lantai 2,
terletak diantara kelas VIII D dan VII A itulah kelas VIII E. Saat duduk di
kelas VIII Iin dan Afi tidak terlalu dekat, mereka tidak seakrab dulu. Namun
keadaan itu tidak berlangsung lama karena Afi setelah beberapa bulan dekat
dengan salah satu teman dekat Iin. Dan sekarang Iin lebih dekat dengan teman
Afi, ia bernama Putra. Mereka sangat akrab saat berkomunikasi di sms. Namun
saat-saat berpapasan mereka tidak terlalu sering karena kelas yang berbeda.
Tetapi mereka juga senang bercanda, tawa ria bersama di saat-saat jam istirahat.
Ada pepatah Jawa
mengatakan “tresna jalaran saka kulina”, dari pepatah itu terbukti bahwa Iin
mempunyai perasaan yang lebih dari teman kepada Putra. Ia menyimpan perasaan
itu lama hingga semester 1 hampir selesai. Waktu itu bulan November, Iin mulai
bercerita kepada teman curhatnya. Orangnya cantik, sering menduduki peringkat
atas, mau menerima curhatan dengan senang hati, nggak mau melihat temannya
sakit/sedih, pokoknya orangnya itu mempunyai banyak sifat yang baik. Orang itu
bernama Nani. Mereka sangat akrab sekali, selayaknya sudah seperti kakak adik.
Iin selalu cerita apa yang sedang ia rasakan kepada Nani, dan selalu
mendapatkan solusi. Seperti saat ini Iin menceritakan apa yang sedang ia
rasakan, yaitu sedang mencintai seseorang. Kebetulan, Putra adalah teman Nani
sejak SD.
Sampai saat itu orang
yang mengetahui bahwa Iin mencintai Putra hanyalah Iin dan Nani. Mereka sengaja
menyembunyikan hal tersebut karena Iin tidak mau semua teman-temannya
mengetahui hal itu. Namun dengan tingkah laku Iin yang selalu salah tingkah
ketika bertemu dengan Putra membuat teman-temannya curiga. Suatu saat teman
sebangku Iin bernama Sari menanyakan hal itu kepada Iin.
“In, aku boleh nanya nggak?” tanya Sari.
“Boleh saja, emang mau nanya apa?” balas Iin.
“ Kok kayaknya kamu kalau ketemu Putra jadi salting?” lanjut Sari.
“Ha? Salting gimana?” tanya Iin.
“Ya kamu itu kalau ketemu Putra malu-malu gitu.” tambah Sari.
“Em… apa iya? Kayaknya aku biasa-biasa saja.” jawab Iin.
“Yang benar, jangan-jangan kamu suka sama Putra ya?” tanya Sari.
“Em… kata siapa?” Iin balik tanya.
“Ya kataku, yang bilang saja aku.” jawab Sari.
“ Ya kalau memang aku suka sama Putra kenapa?” tanya Iin.
“Em… nggakpapa, cuma nanya saja.” jawab Sari (terlihat lemas)
“Kenapa kamu Sar, kamu cemburu?” tanya Iin.
“Enggak kok, aku nggakpapa,.” jawab Sari, “mau aku bantu kamu upaya lebih dekat
sama Putra?” lanjutnya.
“Oke, boleh deh kalau kamu mau bantuin aku.” jawab Iin.
“In, aku boleh nanya nggak?” tanya Sari.
“Boleh saja, emang mau nanya apa?” balas Iin.
“ Kok kayaknya kamu kalau ketemu Putra jadi salting?” lanjut Sari.
“Ha? Salting gimana?” tanya Iin.
“Ya kamu itu kalau ketemu Putra malu-malu gitu.” tambah Sari.
“Em… apa iya? Kayaknya aku biasa-biasa saja.” jawab Iin.
“Yang benar, jangan-jangan kamu suka sama Putra ya?” tanya Sari.
“Em… kata siapa?” Iin balik tanya.
“Ya kataku, yang bilang saja aku.” jawab Sari.
“ Ya kalau memang aku suka sama Putra kenapa?” tanya Iin.
“Em… nggakpapa, cuma nanya saja.” jawab Sari (terlihat lemas)
“Kenapa kamu Sar, kamu cemburu?” tanya Iin.
“Enggak kok, aku nggakpapa,.” jawab Sari, “mau aku bantu kamu upaya lebih dekat
sama Putra?” lanjutnya.
“Oke, boleh deh kalau kamu mau bantuin aku.” jawab Iin.
Setelah Sari
bertanya-tanya kepada Iin, maka teman-temannya juga mulai mengetahui hal
tersebut. Karena Sari pernah bilang kepada Iin akan membantunya lebih dekat
dengan Putra, maka hampir setiap hari Iin bercerita kepadanya mengenai Putra. Sari
menanggapinya dengan baik dan dia juga berbuat sesuatu agar Putra dekat dengan
Iin. Namun Putra malah agak menjauh. Hingga suatu ketika ada guru Iin yang
mengetahui hal tersebut. Waktu itu hari Rabu, 23 November 2012 saat pelajaran
Bahasa Inggris guru Iin menanyakan tentang Putra kepadanya. Saat itu Sari juga
mendukung Iin untuk menjawab banyak pertanyaan dari gurunya itu. Dan akhirnya
Iin menjawab semua pertanyan dari gurunya itu walaupun dengan malu-malu dan
sering ditertawakan teman-temannya.
Hari demi hari
terlewatkan sudah, bulan November telah berakhir dan telah masuk bulan
Desember. Ada tanda-tanda yang mencurigakan dari diri Sari. Iin penasaran dan
mencari tahu akan hal itu. Hingga suatu ketika Iin menemukan tanda-tanda akan
hal tersebut. Iin menemukannya di facebook
karena salah satu teman Sari mengirimkan kata yang tertulis “DH” dan Iin
mencoba untuk menebak kepanjangan dari DH tersebut. Akhirnya Iin menanyakan
kepada Sari tebakannya itu benar atau tidak. Sari tidak menjawabnya dan terdiam
sejenak sebelum meninggalkan Iin.
Waktu itu tepat pada
tanggal 11 Desember 2012, Sari mulai menjawab apa yang ditanyakan Iin.
“In sebelumnya maaf ya, sekarang aku akan jawab pertanyaanmu kemarin.” kata Sari.
“Emang kenapa kamu baru mau jawab sekarang?” tanya Iin.
“Em sebenarnya tebakanmu itu benar, DH kepanjangan dari nama Putra.” jawab Sari.
“Terus kenapa kamu baru jawab sekarang?” tanya Iin lagi.
“Karena sebenarnya aku itu sudah jadian sama dia.” jawab Sari.
“Apa? WOW, hebat banget ya kamu katanya dulu mau bantu aku buat dekat sama
Putra, tapi apa jadinya malah kamu sendiri yang pacaran sama dia.” Kata Iin dengan
nada tinggi.
“Aku juga sebenarnya mau bantu kamu tapi aku juga nggak tahu kenapa bisa jadi
seperti ini.” jawab Sari.
“Kamu nggak tau apa nggak tau? Apa kamu dulu waktu bilang mau buat aku sama
dia dekat, kamu udah pacaran sama dia?” tanya Iin lagi.
“Kayaknya sudah, karena aku jadian sama dia itu 11 November lalu.” jawab Sari.
“Oow, ternyata kamu diam-diam ya, dan kamu ngaku juga sekarang tepat sebulan
kamu jadian sama dia 11 Desember.” Lanjut Iin.
“Kan tadi aku udah bilang maafin aku.” jawab Sari.
“Oke, aku maafin. Kamu sekarang udah nyakitin aku dengan menghianati aku, tapi
aku nggak mau ada orang lain yang kamu sakiti seperti aku, ingat itu!” jawab Iin
dengan nada yang tinggi.
“Baiklah, sekali lagi aku minta maaf.” jawab Sari lagi.
“In sebelumnya maaf ya, sekarang aku akan jawab pertanyaanmu kemarin.” kata Sari.
“Emang kenapa kamu baru mau jawab sekarang?” tanya Iin.
“Em sebenarnya tebakanmu itu benar, DH kepanjangan dari nama Putra.” jawab Sari.
“Terus kenapa kamu baru jawab sekarang?” tanya Iin lagi.
“Karena sebenarnya aku itu sudah jadian sama dia.” jawab Sari.
“Apa? WOW, hebat banget ya kamu katanya dulu mau bantu aku buat dekat sama
Putra, tapi apa jadinya malah kamu sendiri yang pacaran sama dia.” Kata Iin dengan
nada tinggi.
“Aku juga sebenarnya mau bantu kamu tapi aku juga nggak tahu kenapa bisa jadi
seperti ini.” jawab Sari.
“Kamu nggak tau apa nggak tau? Apa kamu dulu waktu bilang mau buat aku sama
dia dekat, kamu udah pacaran sama dia?” tanya Iin lagi.
“Kayaknya sudah, karena aku jadian sama dia itu 11 November lalu.” jawab Sari.
“Oow, ternyata kamu diam-diam ya, dan kamu ngaku juga sekarang tepat sebulan
kamu jadian sama dia 11 Desember.” Lanjut Iin.
“Kan tadi aku udah bilang maafin aku.” jawab Sari.
“Oke, aku maafin. Kamu sekarang udah nyakitin aku dengan menghianati aku, tapi
aku nggak mau ada orang lain yang kamu sakiti seperti aku, ingat itu!” jawab Iin
dengan nada yang tinggi.
“Baiklah, sekali lagi aku minta maaf.” jawab Sari lagi.
Setelah itu semua siswa
kelas VIII mengikuti study tour ke Pulau Dewata Bali. Mereka pergi dengan
menggunakan 3 bus. Disitulah Iin dan Putra berpisah karena Iin berada di bus 2
dan Putra berada di bus 1. Di dalam bus 2 Iin menemukan seorang cowok yang
cakep, namanya Endra. Mereka berkomunikasi pertama kali karena sms yang Endra
kirim melalui handphone temannya. Mereka mulai akrab dan sering komunikasi.
Dengan keberadaannya di
satu bus mereka pendekatan (biasa disebut pdkt). Hingga akhirnya mereka pulang
dari Bali mengakui perasaan masing-masing, mereka mengalami cinta pandangan
pertama. Dari situlah pada tanggal 23 Desember 2012 mereka pacaran. Perasaan
Iin kepada Putra pun telah lenyap, selain karena Putra telah berpacaran dengan
Sari, Iin juga sudah menemukan teman yang membuatnya nyaman. Itu merupakan
momentum yang sangat menyenangkan bagi Iin karena itu juga menjadi suatu hadiah
ulang tahunnya yang paling berharga.
Dalam berpacaran mereka
sering malu-malu apabila bertemu. Mungkin karena Iin baru pertama kalinya
berpacaran atau mungkin juga mereka anak-anak yang malu. Bulan Februari Iin
mengikuti POR dan event basket di salah satu GOR di Yogyakarta. Endra tidak
melihatnya bermain, ia hanya di rumah saja. Sepertinya mereka sedang ada
konflik. Iin hanya mendiamkannya saja karena saat di dalam lapangan ia hanya mempunyai
satu tujuan yaitu ingin memenangkan pertandingan.
Karena menurut Iin
sikap dan sifat Endra telah berubah maka Iin meminta kepadanya untuk sekedar
berteman saja. Namun Endra tidak mau mengakhiri hubungannya karena Endra sangat
mencintai Iin. Akan tetapi keputusan Iin tidak bisa diganggu gugat, dan Endra
hanya bisa marah, marah, dan marah karena hal tersebut. Kemudian Endra
mengancam Iin bahwa ia akan menghapus nomor handphonenya, dan tidak akan
menghubunginya lagi. Namun ancaman itu dibiarkan saja oleh Iin, karena Iin
yakin bahwa Endra tidak akan menghapus nomornya karena jika nomor itu dia hapus
tak ada gunanya sebab Endra sudah hafal nomor itu. akhirnya hubungan mereka
berakhir di waktu yang tepat telah 2
bulan mereka pacaran.
Setelah itu, Iin tidak
mempunyai ketertarikan pada orang lain karena dia masih berpikir untuk kelas IX
menghadapi UN. Dan ia juga sebenarnya sampai saat ini masih menyimpan rasa
diantara 2 orang, yaitu Ridwan dan Endra. Ia sangat bimbang untuk memilih satu
diantara keduanya. Namun jika ia memilih Ridwan, sampai sekarang tidak ada
kabarnya. Jika memilih Endra, kemungkinan besar Endra masih mau dengannya
karena Endra masih mengharapkannya. Sampai sekarang Iin dan Endra masih
berkomunikasi walaupun hanya melalui sms, karena jika secara langsung mereka
jarang bertemu. Dan dari sinilah ancaman Endra saat mengakhiri hubungan dengan
Iin hanyalah ancaman semata.
NAMA : DWI NURROHMAH
KELAS : IX F / 02
KELAS : IX F / 02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar