9F 9F 9F
.
.
.
" Walau hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi yakinlah semua akan berjalan dengan indah "
.
.
.

Minggu, 15 Desember 2013

Bulan Bahagia, Bulan Perpisahan

Bulan Bahagia, Bulan Perpisahan
Tak seperti biasa, hari itu lebih cerah dari biasanya. Tak tahu karena apa, mungkin karena udara segar pagi yang malamnya habis hujan, laron-laron berterbangan kesana-kemari namun malangnya mereka karena ayam tlah menanti, genangan air masih sedikit tersisa, namun tetap saja indah karena bunga-bunga bermekaran menyambut hari itu.

            Dingin masih menyelimuti tubuh Syanah, membuatnya malas untuk bangkit dari tempat tidurnya. Namun, cercaan sinar yang datang tanpa permisi tlah membuat Syanah terbangun. Ditambah lagi Ibu yang selalu mengetok-ngetok pintu kamar untuk membangunkannya.
            “Syanah, bangun Nak !” kata Ibu membangunkan.
            “Iya Bu, bentar lagi” jawab Syanah ngeyel.
            “Ayo bangun Nak, ini udah siang nanti kamu terlambat ke sekolah loh!” sahut Ibu.
            “Iya-iya Bu, ini udah bangun” lanjutnya.
Ia harus segera bangun dan melakukan kewajibannya setiap hari, yaitu sekolah. Dengan mata yang masih terkantuk-kantuk ia menuju kamar mandi dan mulai melakukan rutinitasnya setiap hari. Setelah siap dan berpakaian rapi, segera ia berangkat ke sekolah jika tak mau terlambat dan mendapat hukuman.
            Candaan saat istirahat selalu dapat menghilangkan penat yang ada dipikiran Syanah dan sahabatnya. Tambahan ilmu yang semakin menumpuk dan juga latihan soal untuk menghadapi Ujian Nasional selalu dihadapinya dengan tenang.
Walaupun jadwal di sekolah padat, tak lupa ia selalu menyempatkan diri untuk bermain bersama sahabatnya, Icha, Udya, Andin, dan Witha. Karena hari itu kelas Syanah mendapat tugas Bahasa Jawa, maka mereka mengerjakan tugas sambil bermain di rumah Resti. Dengan bersepeda, mereka terlebih dahulu berkumpul di samping sekolah. Setelah semua berkumpul, mereka segera berangkat menuju rumah Resti karena Resti telah menunggu mereka.
Beberapa menit kemudian, tugas mereka telah selesai. Lalu mereka melanjutkan dengan bersepeda mengelilingi halaman rumah Resti. Ternyata di samping rumah Resti ada sungai kecil dilengkapi dengan jembatan dari bambu yang berjejer rapi. Mereka bolak-balik menyeberangi sungai dengan menggunakan sepeda. Karena Syanah takut menyeberang maka ia hanya melihat teman-temannya bermain. Namun, lama-kelamaan ia ingin mencoba menyeberangi sungai kecil itu dengan menaiki sepeda. Dan ketika menyeberang tiba-tiba “byur”, Syanah terjatuh dari sepedanya dan masuk ke sungai itu. Sahabatnya langsung membantunya untuk keluar dari sungai itu. Baju dan celana yang semula kering berubah menjadi basah dan kotor.
“Coba aja aku tadi nggak nekat, pasti sekarang keadaannya nggak seperti ini, bukannya sampai di seberang sungai malah jadi jatuh, jadi malu deh.” sesalnya dalam hati. 
“ Kamu nggak papa ?” tanya Icha.
“ Nggak kok, aku baik-baik aja” jaab Syanah.
Karena tidak tega melihat Syanah bermain dengan baju yang basah kuyup, maka Resti meminjamkan bajunya untuk Syanah. Mereka melanjutkan bermain setelah Syanah ganti baju dan memilih untuk mencari tempat yang lebih mengasyikkan.
* * *
            Detik demi detik berlalu, masih banyak keseruan yang terjadi antara Syanah dan sahabat-sahabatnya. Dari yang menyedihkan hingga yang menyenangkan. Takkan pernah hilang takkan pernah lupa. Apabila menyenangkan akan selalu ia kenang, dan apabila menyedihkan akan ia buang dari pikirannya agar tak bisa menghantuinya.
            Menit demi menit berlalu, Ujian Nasional sudah di depan mata. Tidak jadi beban bagi Syanah Ujian Nasional yang pertama kalinya ini. Akan tetapi, rasa khawatir selalu menyelimuti Syanah, karena mungkin ia akan segera berpisah dengan sahabatnya jika mereka nanti berbeda sekolah. Ia tak bisa berpisah dengan sahabatnya yang selalu menemaninya setiap waktu.
            Jam demi jam berlalu, hasil Ujian Nasional telah ditangan. Rasa deg-degan yang begitu kencang akhirnya terbayar sudah. Walaupun nilai yang diperoleh Syanah tidak begitu tinggi, tetapi cukup untuk masuk ke sekolah yang diinginkannya, yaitu SMP Pelita Jaya. “Wah, aku tidak mendapat juara 1, tapi tak apalah yang penting lulus” keluh Syanah  dalam hati.
Tetapi ketakutan yang selama ini ia rasakan terjadi. Mereka berlima terpisah menjadi dua, Syanah, Icha, dan Andin masuk ke SMP Pelita Jaya, sedangkan Udya dan Witha masuk ke SMP Warna Bangsa. Walaupun begitu, mereka tetap menjalin komunikasi dengan baik.
            Hari demi hari berlalu, mereka telah menjalani kehidupan yang baru dan teman yang baru pula. Tetapi mereka tetap masih sering bermain, bercanda bersama, tertawa bersama dan masih banyak lagi. Mereka juga telah menemukan sahabat-sahabat yang baru.
***
            Disekolah yang baru, temanpun juga baru. Hari pra MOS, hari itulah pertama kali Syanah berkenalan dengan Yunda, masih teringat saat seseorang mengajaknya berbicara. Saat dia terlambat masuk ke kelas dan kebingungan mencari tempat duduk. Karena tempat duduk sebelah Syanah memang kosong.
            “ Boleh duduk di sebelah kamu nggak ? “ kata orang itu.
            “ Boleh, silahkan !. “ balas Syanah.
            “ Namaku Yunda “ kata orang itu. (Sambil mengajak bersalaman)
            “ Aku Syanah “ balas Syanah.
            Itulah pertama kali mereka bertemu. Selama tiga hari mereka menghadapi MOS bersama-sama. Hingga waktu pengacakan untuk kelas tetap. Ternyata mereka satu kelas tentunya di  kelas 7E. Di kelas itu mereka juga menemukan banyak teman yang sangat baik.
            Setiap hari, mereka selalu bersama-sama dalam melakukan banyak hal. Syanah sudah menganggap sahabatnya itu seperti saudaranya sendiri. Setiap hari mereka selalu berbagi cerita tentang kehidupannya. Selalu bermain bersama, mengerjakan tugas bersama, tertawa bersama dan masih banyak lagi.
            Selain Yunda, Syanah juga mempunyai seorang teman yang sangat baik kepadanya, Nurma. Nurma itu orangnya ya sedikit bawel lah, tapi orangnya asik. Kalau Yunda itu humoris, tidak terlalu serius, dan juga baik. 
            Agenda kelas 7 biasanya adalah kemah. Angkatan mereka kemah di Kebun Buah Mangunan. Di sana mereka menjalin keakraban dengan teman dari lain kelas. Namun, sayangnya mereka bertiga tidak satu regu. Mereka jarang bertemu karena banyak aktivitas yang dilakukan dengan kelompoknya masing-masing.
            Setelah beberapa waktu, akhirnya mereka naik ke kelas 8E. Di kelas 8 ini, mereka lebih akrab lagi, lebih sering bercanda, dan lain-lain. Masih seperti kelas 7, Syanah dan Yunda duduk sebangku. Dan sepertinya mereka tidak bisa dipisahkan lagi, karena kebersamaannya.
***
            Desember 2012, bulan itulah kelas 8 angkatan Syanah Study Tour. Study Tour tahun itu tidak berbeda tujuan dengan tahun sebelum-sebelumnya, yaitu Pulau Dewata Bali. 5 hari lamanya mereka Study Tour ke Pulau Dewata Bali. Banyak tempat wisata yang mereka kunjungi disana, seperti Pantai Sanur, Pantai Tanjung Benoa, Garuda Wisnu Kencana dan masih banyak lagi. Tapi sayangnya mereka tidak ke Pantai Kuta, padahal kata orang-orang jika mereka ke Bali dan belum ke Pantai Kuta berarti sama saja mereka belum ke Bali.
            Tidak hanya berlibur, tetapi mereka juga diberi tugas untuk membuat laporan dalam Bahasa Inggris. Jadi mereka juga tidak bisa santai untuk menikmati indahnya panorama Pulau Dewata Bali. Tetapi mereka tetap enjoy menikmati liburan tersebut. Walaupun harus membuat laporan tersebut.
            SMP Pelita Jaya melakukan perjalanan ke Bali menggunakan 3 bus. Setiap kelas akan diacak dalam pembagian bus. Syanah, Yunda, Nurma, Dina dan Ina berada dalam bus 3. Mereka sangat enjoy menikmati perjalanan itu. Di Bali mereka selalu bersama-sama. Walaupun mereka tidak semuanya dalam satu kamar.
            Bulan demi bulan berlalu, tak terasa mereka semua akan segera naik ke kelas 9. Namun karena akan ada perluasan kelas, yang dulunya kelas E menjadi terbagi ke dalam keals E dan juga F. Lima sahabat itu tetap berada dalam satu kelas, namun tidak lagi kelas E melainkan kelas 9F.
***
            Di kelas 9F ini Syanah dan Yunda masih tetap duduk sebangku. Menjalani hari-hari seperti dulu, bercanda, bermain. Karena mereka beberapa bulan lagi akan nenghadapi Ujian Nasional, mereka lebih bersungguh-sungguh untuk menyiapkan secara matang agar mendapat nilai yang memuaskan.
            Di kelas 9 ini, pada pelajaran Bahasa Indonesia ada materi tentang musikalisasi puisi. Semua murid membentuk beberapa kelompok yang satu kelompoknya terdiri dari 6 orang. Mereka semua mendapat tugas untuk langsung mempraktekkan musikalisasi seperti yang telah dijelaskan oleh Ibu Guru.
            Mereka diberi waktu untuk latihan selama beberapa minggu agar hasilnya maksimal. Setiap kelompok mengambil tema yang berbeda-beda, tetapi kelompok Syanah mengambil tema persahabatan. Setiap hari mereka berlatih untuk mengompakkan musiknya. Walaupun susah tetapi mereka tetap berlatih dengan semangat.
***
            Celotehan dan banyolan yang selalu dilontarkan Yunda dan juga tingkah lakunya yang tak bisa diduga selalu membuat gelak tawa. Di kelas 9 ini kejailannya semakin menjadi-jadi. Ada saja hal-hal yang tidak penting dilakukan tetapi tetap ia lakukan yang dapat membuat orang tertawa terpingkal-pingkal.
            Beberapa bulan telah berlalu, November 2013 bulan dimana Syanah dilahirkan. Seharusnya bulan ini sangat membuanya bahagia. Entah kenapa bulan ini sangat menyedihkan, karena sahabatnya akan pergi meninggalkannya. Perasaan ini juga dirasakan oleh teman Syanah. Cerita ini berawal ketika pagi, Jum’at, 21 November.
            Setiap hari Jum’at di SMP Pelita Jaya diadakan UBM (Ulangan Bersama Mingguan). Berawal ketika absensi UBM yang muter berada di depan Syanah. Ketika dilihat absensi itu, ternyata teman sebangkunya itu tidak berangkat. Tak tahu kenapa, tetapi hanya dapat menebak apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Tetapi semua tebakan itu salah.
            Pada saat pelajaran matematika dimulai, da salah satu teman Syanah yang mengatakan.
            “ Teman teman Yunda akan pindah ke Sulawesi.” kata Dina. Seketika, jantung Syanah deg-degan.
            “ Hah yang bener kamu?” tanya Syanah penasaran.
            “ Nggak tahu juga, cuman tadi banyak yang ngomongin itu di ruang guru, ya semoga aja itu nggak bener “ kata Dina.
            “ Jangan sampai deh, UN kan tinggal beberapa bulan lagi, lagian Yunda kan udah daftar UN di sini” kata Nurma.
            Karena tidak percaya akan hal itu, Syanah dan teman-teman membuktikan ke rumah Yunda. Ternyata semua itu benar, barang-barang yang ada di rumah Yunda sudah dikemas rapi. Yunda keluar dari rumah dan langsung menangis. Mungkin dia tahu, jika teman-temannya itu merasa kehilangan. Air mata yng tak bisa dibendung lagi keluar dengan mudahnya. Pada saat itu Yunda juga mengatakan pernyataan yang semakin membuat sedih.
            “ Maafin aku ya, sebenernya tadi aku mau berangkat, aku mau traktir kalian semua pakai uangku sendiri, buat perpisahan kita” kata Yunda.
            “ Udah Yun nggak papa” kata Nurma.
            “ Maafin aku ya sekali lagi, sebenernya aku juga nggak tahu kalau berangkatnya besok, soalnya aku baru dikasih tahu kemarin pulang sekolah” katanya lagi.
            “ Emang kamu berangkatnya kapan ?” tanya Syanah.
            “ Nanti habis jum’atan, tapi kumpul dulu di dekat Masjid Agung” katanya.
            Mereka berfoto sebagai kenang-kenangan. Dan teman-temannya langsung mencetak hasil foto itu. Setelah hasil foto itu tercetak dan juga sebuah boneka yang sudah ditangan segera Tina dan Putri mengantarkan untuk Yunda sebagai kenang-kenangan. Alhamdulillah ternyata Yunda berangkat ke Sulawesi masih seminggu lagi.
            Paginya, teman-teman yang kemarin belum ikut memberi salam perpisahan kepada Yunda, mengajak untuk bertemu dengannya. Alhamdulillah gurunya memberi ijin. Segera mereka dengan ditemani guru pembimbing berangkat ke tempat penginapan Yunda di sebelah barat Lapangan Dwiwindu. Tangispun pecah di Sabtu pagi itu, karena hari itu terakhir kalinya Syanah dan teman-teman bertemu dengan Yunda. Di situ juga terakhir kalinya Syanah mendapat ucapan selamt ulang tahun dari Yunda langsung dari mulutnya. Pukul 9 pagi Yunda sudah harus berangkat ke Pusat Transmigrasi Jogja untuk mendapat pelatihan selama satu minggu.
            Kamis, 28 November adalah hari lahirnya Syanah, tetapi kali ini ulang tahunnya tidak ditemani oleh Yunda karena sudah tidak masuk sekolah lagi dan juga malamnya Yunda akan segera berangkat menuju Sulawesi Tenggara. Begitu menyakitkan bagi Syanah karena di bulan lahirnya, ia harus kehilangan seorang sahabat yang telah menemaninya hampir 3 tahun belakangan ini. Syanah menjadi teringat sebuah puisi yang pernah ditampilkannya pada saat musikalisasi.
                                    Sahabat
         Kau sahabat sejatiku,
         dan tak akan pernah lupakanku,
         meski ragamu jauh, tlah jauh dariku,
         ku kan coba, coba mengerti itu,
                kau sahabat sejatiku,
                walau tak selamanya,
                kita kan bersama-sama,
                akan kusimpan dalam kalbuku,
                semua kenangan dan wajahmu,
         kau sahabat sejatiku,
         dan tak akan pernah, ingkar janji,
         meski ragamu jauh, tlah jauh dariku,
         ku kan coba, coba mengerti itu,
          Walaupun mereka berpisah, mereka masih bisa berkomunikasi menggunakan telephone genggam. Mereka juga berharap agar dapat bertemu kembali jika mereka nanti sudah besar. Seorang sahabat akan selalu ada di dalam hati kita, walaupun mereka sudah tidak lagi berada di samping kita.
                                                                            Nama : Latifah Noor Sya’bani Fatih
                                                                            Kelas : IX F / 12
                                                                           
                                                                                                                                         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar