Bulan
Bahagia, Bulan Perpisahan
Tak seperti
biasa, hari itu lebih cerah dari biasanya. Tak tahu karena apa, mungkin karena
udara segar pagi yang malamnya habis hujan, laron-laron berterbangan
kesana-kemari namun malangnya mereka karena ayam tlah menanti, genangan air
masih sedikit tersisa, namun tetap saja indah karena bunga-bunga bermekaran
menyambut hari itu.
Dingin
masih menyelimuti tubuh Syanah, membuatnya malas untuk bangkit dari tempat
tidurnya. Namun, cercaan sinar yang datang tanpa permisi tlah membuat Syanah
terbangun. Ditambah lagi Ibu yang selalu mengetok-ngetok pintu kamar untuk
membangunkannya.
“Syanah,
bangun Nak !” kata Ibu membangunkan.
“Iya
Bu, bentar lagi” jawab Syanah ngeyel.
“Ayo
bangun Nak, ini udah siang nanti kamu terlambat ke sekolah loh!” sahut Ibu.
“Iya-iya
Bu, ini udah bangun” lanjutnya.
Ia harus segera
bangun dan melakukan kewajibannya setiap hari, yaitu sekolah. Dengan mata yang
masih terkantuk-kantuk ia menuju kamar mandi dan mulai melakukan rutinitasnya
setiap hari. Setelah siap dan berpakaian rapi, segera ia berangkat ke sekolah
jika tak mau terlambat dan mendapat hukuman.
Candaan
saat istirahat selalu dapat menghilangkan penat yang ada dipikiran Syanah dan
sahabatnya. Tambahan ilmu yang semakin menumpuk dan juga latihan soal untuk
menghadapi Ujian Nasional selalu dihadapinya dengan tenang.
Walaupun jadwal
di sekolah padat, tak lupa ia selalu menyempatkan diri untuk bermain bersama
sahabatnya, Icha, Udya, Andin, dan Witha. Karena hari itu kelas Syanah mendapat
tugas Bahasa Jawa, maka mereka mengerjakan tugas sambil bermain di rumah Resti.
Dengan bersepeda, mereka terlebih dahulu berkumpul di samping sekolah. Setelah
semua berkumpul, mereka segera berangkat menuju rumah Resti karena Resti telah
menunggu mereka.
Beberapa menit
kemudian, tugas mereka telah selesai. Lalu mereka melanjutkan dengan bersepeda
mengelilingi halaman rumah Resti. Ternyata di samping rumah Resti ada sungai
kecil dilengkapi dengan jembatan dari bambu yang berjejer rapi. Mereka
bolak-balik menyeberangi sungai dengan menggunakan sepeda. Karena Syanah takut
menyeberang maka ia hanya melihat teman-temannya bermain. Namun, lama-kelamaan
ia ingin mencoba menyeberangi sungai kecil itu dengan menaiki sepeda. Dan
ketika menyeberang tiba-tiba “byur”, Syanah terjatuh dari sepedanya dan masuk
ke sungai itu. Sahabatnya langsung membantunya untuk keluar dari sungai itu. Baju
dan celana yang semula kering berubah menjadi basah dan kotor.
“Coba aja aku
tadi nggak nekat, pasti sekarang keadaannya nggak seperti ini, bukannya sampai
di seberang sungai malah jadi jatuh, jadi malu deh.” sesalnya dalam hati.
“ Kamu nggak
papa ?” tanya Icha.
“ Nggak kok, aku
baik-baik aja” jaab Syanah.
Karena tidak
tega melihat Syanah bermain dengan baju yang basah kuyup, maka Resti meminjamkan
bajunya untuk Syanah. Mereka melanjutkan bermain setelah Syanah ganti baju dan
memilih untuk mencari tempat yang lebih mengasyikkan.
*
* *
Detik
demi detik berlalu, masih banyak keseruan yang terjadi antara Syanah dan
sahabat-sahabatnya. Dari yang menyedihkan hingga yang menyenangkan. Takkan
pernah hilang takkan pernah lupa. Apabila menyenangkan akan selalu ia kenang,
dan apabila menyedihkan akan ia buang dari pikirannya agar tak bisa
menghantuinya.
Menit
demi menit berlalu, Ujian Nasional sudah di depan mata. Tidak jadi beban bagi
Syanah Ujian Nasional yang pertama kalinya ini. Akan tetapi, rasa khawatir
selalu menyelimuti Syanah, karena mungkin ia akan segera berpisah dengan
sahabatnya jika mereka nanti berbeda sekolah. Ia tak bisa berpisah dengan
sahabatnya yang selalu menemaninya setiap waktu.
Jam
demi jam berlalu, hasil Ujian Nasional telah ditangan. Rasa deg-degan yang
begitu kencang akhirnya terbayar sudah. Walaupun nilai yang diperoleh Syanah
tidak begitu tinggi, tetapi cukup untuk masuk ke sekolah yang diinginkannya,
yaitu SMP Pelita Jaya. “Wah, aku tidak mendapat juara 1, tapi tak apalah yang
penting lulus” keluh Syanah dalam hati.
Tetapi ketakutan
yang selama ini ia rasakan terjadi. Mereka berlima terpisah menjadi dua,
Syanah, Icha, dan Andin masuk ke SMP Pelita Jaya, sedangkan Udya dan Witha
masuk ke SMP Warna Bangsa. Walaupun begitu, mereka tetap menjalin komunikasi
dengan baik.
Hari
demi hari berlalu, mereka telah menjalani kehidupan yang baru dan teman yang baru
pula. Tetapi mereka tetap masih sering bermain, bercanda bersama, tertawa
bersama dan masih banyak lagi. Mereka juga telah menemukan sahabat-sahabat yang
baru.
***
Disekolah
yang baru, temanpun juga baru. Hari pra MOS, hari itulah pertama kali Syanah
berkenalan dengan Yunda, masih teringat saat seseorang mengajaknya berbicara.
Saat dia terlambat masuk ke kelas dan kebingungan mencari tempat duduk. Karena
tempat duduk sebelah Syanah memang kosong.
“
Boleh duduk di sebelah kamu nggak ? “ kata orang itu.
“
Boleh, silahkan !. “ balas Syanah.
“
Namaku Yunda “ kata orang itu. (Sambil mengajak bersalaman)
“
Aku Syanah “ balas Syanah.
Itulah
pertama kali mereka bertemu. Selama tiga hari mereka menghadapi MOS
bersama-sama. Hingga waktu pengacakan untuk kelas tetap. Ternyata mereka satu
kelas tentunya di kelas 7E. Di kelas itu
mereka juga menemukan banyak teman yang sangat baik.
Setiap
hari, mereka selalu bersama-sama dalam melakukan banyak hal. Syanah sudah
menganggap sahabatnya itu seperti saudaranya sendiri. Setiap hari mereka selalu
berbagi cerita tentang kehidupannya. Selalu bermain bersama, mengerjakan tugas
bersama, tertawa bersama dan masih banyak lagi.
Selain
Yunda, Syanah juga mempunyai seorang teman yang sangat baik kepadanya, Nurma. Nurma
itu orangnya ya sedikit bawel lah, tapi orangnya asik. Kalau Yunda itu humoris,
tidak terlalu serius, dan juga baik.
Agenda
kelas 7 biasanya adalah kemah. Angkatan mereka kemah di Kebun Buah Mangunan. Di
sana mereka menjalin keakraban dengan teman dari lain kelas. Namun, sayangnya
mereka bertiga tidak satu regu. Mereka jarang bertemu karena banyak aktivitas
yang dilakukan dengan kelompoknya masing-masing.
Setelah beberapa waktu, akhirnya
mereka naik ke kelas 8E. Di kelas 8 ini, mereka lebih akrab lagi, lebih sering
bercanda, dan lain-lain. Masih seperti kelas 7, Syanah dan Yunda duduk
sebangku. Dan sepertinya mereka tidak bisa dipisahkan lagi, karena
kebersamaannya.
***
Desember 2012, bulan itulah kelas 8
angkatan Syanah Study Tour. Study Tour tahun itu tidak berbeda tujuan dengan
tahun sebelum-sebelumnya, yaitu Pulau Dewata Bali. 5 hari lamanya mereka Study
Tour ke Pulau Dewata Bali. Banyak tempat wisata yang mereka kunjungi disana,
seperti Pantai Sanur, Pantai Tanjung Benoa, Garuda Wisnu Kencana dan masih
banyak lagi. Tapi sayangnya mereka tidak ke Pantai Kuta, padahal kata
orang-orang jika mereka ke Bali dan belum ke Pantai Kuta berarti sama saja
mereka belum ke Bali.
Tidak hanya berlibur, tetapi mereka
juga diberi tugas untuk membuat laporan dalam Bahasa Inggris. Jadi mereka juga
tidak bisa santai untuk menikmati indahnya panorama Pulau Dewata Bali. Tetapi
mereka tetap enjoy menikmati liburan tersebut. Walaupun harus membuat laporan
tersebut.
SMP Pelita Jaya melakukan perjalanan
ke Bali menggunakan 3 bus. Setiap kelas akan diacak dalam pembagian bus.
Syanah, Yunda, Nurma, Dina dan Ina berada dalam bus 3. Mereka sangat enjoy
menikmati perjalanan itu. Di Bali mereka selalu bersama-sama. Walaupun mereka
tidak semuanya dalam satu kamar.
Bulan demi bulan berlalu, tak terasa
mereka semua akan segera naik ke kelas 9. Namun karena akan ada perluasan
kelas, yang dulunya kelas E menjadi terbagi ke dalam keals E dan juga F. Lima
sahabat itu tetap berada dalam satu kelas, namun tidak lagi kelas E melainkan
kelas 9F.
***
Di kelas 9F ini Syanah dan Yunda
masih tetap duduk sebangku. Menjalani hari-hari seperti dulu, bercanda,
bermain. Karena mereka beberapa bulan lagi akan nenghadapi Ujian Nasional,
mereka lebih bersungguh-sungguh untuk menyiapkan secara matang agar mendapat
nilai yang memuaskan.
Di kelas 9 ini, pada pelajaran
Bahasa Indonesia ada materi tentang musikalisasi puisi. Semua murid membentuk
beberapa kelompok yang satu kelompoknya terdiri dari 6 orang. Mereka semua
mendapat tugas untuk langsung mempraktekkan musikalisasi seperti yang telah
dijelaskan oleh Ibu Guru.
Mereka diberi waktu untuk latihan
selama beberapa minggu agar hasilnya maksimal. Setiap kelompok mengambil tema
yang berbeda-beda, tetapi kelompok Syanah mengambil tema persahabatan. Setiap
hari mereka berlatih untuk mengompakkan musiknya. Walaupun susah tetapi mereka
tetap berlatih dengan semangat.
***
Celotehan dan banyolan yang selalu
dilontarkan Yunda dan juga tingkah lakunya yang tak bisa diduga selalu membuat
gelak tawa. Di kelas 9 ini kejailannya semakin menjadi-jadi. Ada saja hal-hal
yang tidak penting dilakukan tetapi tetap ia lakukan yang dapat membuat orang
tertawa terpingkal-pingkal.
Beberapa bulan telah berlalu,
November 2013 bulan dimana Syanah dilahirkan. Seharusnya bulan ini sangat
membuanya bahagia. Entah kenapa bulan ini sangat menyedihkan, karena sahabatnya
akan pergi meninggalkannya. Perasaan ini juga dirasakan oleh teman Syanah.
Cerita ini berawal ketika pagi, Jum’at, 21 November.
Setiap
hari Jum’at di SMP Pelita Jaya diadakan UBM (Ulangan Bersama Mingguan). Berawal
ketika absensi UBM yang muter berada di depan Syanah. Ketika dilihat absensi
itu, ternyata teman sebangkunya itu tidak berangkat. Tak tahu kenapa, tetapi
hanya dapat menebak apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Tetapi semua
tebakan itu salah.
Pada saat pelajaran matematika
dimulai, da salah satu teman Syanah yang mengatakan.
“ Teman teman Yunda akan pindah ke
Sulawesi.” kata Dina. Seketika, jantung Syanah deg-degan.
“ Hah yang bener kamu?” tanya Syanah
penasaran.
“ Nggak tahu juga, cuman tadi banyak
yang ngomongin itu di ruang guru, ya semoga aja itu nggak bener “ kata Dina.
“ Jangan sampai deh, UN kan tinggal
beberapa bulan lagi, lagian Yunda kan udah daftar UN di sini” kata Nurma.
Karena tidak percaya akan hal itu,
Syanah dan teman-teman membuktikan ke rumah Yunda. Ternyata semua itu benar,
barang-barang yang ada di rumah Yunda sudah dikemas rapi. Yunda keluar dari
rumah dan langsung menangis. Mungkin dia tahu, jika teman-temannya itu merasa
kehilangan. Air mata yng tak bisa dibendung lagi keluar dengan mudahnya. Pada
saat itu Yunda juga mengatakan pernyataan yang semakin membuat sedih.
“ Maafin aku ya, sebenernya tadi aku
mau berangkat, aku mau traktir kalian semua pakai uangku sendiri, buat
perpisahan kita” kata Yunda.
“ Udah Yun nggak papa” kata Nurma.
“ Maafin aku ya sekali lagi,
sebenernya aku juga nggak tahu kalau berangkatnya besok, soalnya aku baru
dikasih tahu kemarin pulang sekolah” katanya lagi.
“
Emang kamu berangkatnya kapan ?” tanya Syanah.
“ Nanti habis jum’atan, tapi kumpul
dulu di dekat Masjid Agung” katanya.
Mereka berfoto sebagai
kenang-kenangan. Dan teman-temannya langsung mencetak hasil foto itu. Setelah
hasil foto itu tercetak dan juga sebuah boneka yang sudah ditangan segera Tina
dan Putri mengantarkan untuk Yunda sebagai kenang-kenangan. Alhamdulillah
ternyata Yunda berangkat ke Sulawesi masih seminggu lagi.
Paginya, teman-teman yang kemarin
belum ikut memberi salam perpisahan kepada Yunda, mengajak untuk bertemu
dengannya. Alhamdulillah gurunya memberi ijin. Segera mereka dengan ditemani
guru pembimbing berangkat ke tempat penginapan Yunda di sebelah barat Lapangan
Dwiwindu. Tangispun pecah di Sabtu pagi itu, karena hari itu terakhir kalinya
Syanah dan teman-teman bertemu dengan Yunda. Di situ juga terakhir kalinya
Syanah mendapat ucapan selamt ulang tahun dari Yunda langsung dari mulutnya.
Pukul 9 pagi Yunda sudah harus berangkat ke Pusat Transmigrasi Jogja untuk
mendapat pelatihan selama satu minggu.
Kamis, 28 November adalah hari
lahirnya Syanah, tetapi kali ini ulang tahunnya tidak ditemani oleh Yunda karena
sudah tidak masuk sekolah lagi dan juga malamnya Yunda akan segera berangkat
menuju Sulawesi Tenggara. Begitu menyakitkan bagi Syanah karena di bulan
lahirnya, ia harus kehilangan seorang sahabat yang telah menemaninya hampir 3
tahun belakangan ini. Syanah menjadi teringat sebuah puisi yang pernah
ditampilkannya pada saat musikalisasi.
Sahabat
Kau sahabat sejatiku,
dan tak akan pernah lupakanku,
meski ragamu jauh, tlah jauh dariku,
ku kan coba, coba mengerti itu,
kau sahabat sejatiku,
walau tak selamanya,
kita kan bersama-sama,
akan kusimpan dalam kalbuku,
semua kenangan dan wajahmu,
kau sahabat sejatiku,
dan tak akan pernah, ingkar janji,
meski ragamu jauh, tlah jauh dariku,
ku kan coba, coba mengerti itu,
Walaupun mereka berpisah, mereka masih
bisa berkomunikasi menggunakan telephone genggam. Mereka juga berharap agar
dapat bertemu kembali jika mereka nanti sudah besar. Seorang sahabat akan
selalu ada di dalam hati kita, walaupun mereka sudah tidak lagi berada di
samping kita.
Nama : Latifah Noor Sya’bani
Fatih
Kelas
: IX F / 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar