Impian
Mentari
mulai menampakan wajahnya.Embun di pucuk daun pun mulai berjatuhan. Kicau
burung mulai terdengar.Dinginnya angin malam masih terasa. Namun, rasa dingin
itu tak dihiraukan oleh Ardi.Rasa dingin itu tak mengusik semangatnya untuk
pergi menuntut ilmu.
Pagi itu, Ardi
bersiap ke sekolah.Ia bersiap-siap lebih awal, karena pagi itu Ardi mendapat
jatah piket kelas. Selesai bersip-siap Ardi bergegas mengeluarkan sepeda
lamanya.Sepeda itu ialah sepeda pemberian pamannya. Meskipun tidak baru, Ardi
tetap senang menerima dengan senang sepeda pemberian pamannya itu.
Di tengah
perjalanan menuju ke sekolah, Ardi melihat Aji dan Cahya bersepeda dengan
santainya di depan Ardi. Kelihatannya, mereka sedang serius membicarakan suatu
hal.Ardi lalu mengayuh sepedanya lebih cepat lagi untuk menghampiri mereka.
“ Kalian sedang
membicarakan apa, kok serius banget?”, tanya
Ardi pada Aji dan Cahya.
“ Ini lho, kami
sedang membahas tentang hilangnya ayam Pak Andi karena di curi maling”, jawab
Aji.
“Kata Bapakku,
ayam yang dicuri ada lima ekor, ayam jago semua lagi”, tambah Ardi.
“Iya. Menurut
penjelasan Pak Andi, ayamnya yang hilang ada lima ekor”, tambah Cahya.
“Aku berharap
agar pencuri ayam itu segera ditangkap dan tidak berulah lagi di desa kita”,
tambah Aji.
“Kalau begitu,
aku duluan ya. Aku dapat jatah piket hari ini”, sahut Ardi.
“Ya”, jawab Aji
dan Cahya serempak.
Ardi
mengayuh sepedanya lebih cepat. Sesampainya di sekolah, ia langsung menuju
ruang kelasnya, yaitu kelas VI A. Ia lalu meletakkan tas di tempat
duduknya dan bergegas piket membersihkan kelas bersama temannya yang piket hari
ini.
Tak
lama kemudian, bel terdengar di setiap sudut kelas di SD Tunas Kepala. Pagi
itu, pelajaran jam pertama kelas VI A ialah pelajaran IPA, dan para siswa akan
mengikuti ulangan untuk mempersiapkan Try out Ujian Nasional. Karena minggu depan
para siswa akan mengikuti Try Out tingkat kabupaten.
Dan
tak terasa, pelajaran hari itu telah selasai. Semua murid kelas VI A telah
pulang. Ardi pun langsung pulang karena hari itu tidak ada kegiatan tambahan
jam peajaran. Ia mengayuh sepedanya dengan cepat karena sinar matahari begitu
panas membakar badannya, walau rasa lapar dan haus mengganggunya.
Sesampainya
di rumah, Ibunya sedang berbincang-bincang dengan Bapaknya.Ia lalu mengucap
salam dan bersalaman kapada orng tuanya.
“Asssalamu’alaikum”,
ucap Ardi saat sampai di rumah.
“Wa’alaikumsalam”,
jawab orang tua Ardi serempak.
“Kok pulangnya
lebih awal, Ar?”, tanya Pak Gunawan.
“Iya, Pak.
Kegiatan tambahan jam pelajaran hari ini ditiadakan”, jawab Ardi .
“Ya sudah, kalau
begitu. Lebih baik, kamu langsung ganti baju, setelah makan. Ibu sudah siapkan masakan kesukaanmu”,
tambah Ibunya.
“Ya, Bu”, jawab
Ardi dengan singkat.
Ardi lantas menuju
kamarnya untuk ganti baju. Selesai ganti baju, ia langsung menuju meja makan.
Ternyata, di sana ada sayur bayam kesukaanya, ditemani sambal dan kerupuk.
“Lezat sekali
masakan ini, apalagi makannya di temani sambal dan kerupuk oh…, sungguh
nikmat”, kata Ardi saat menyantap masakan Ibunya.
Ardi makan
dengan lahapnya. Rasa lapar yang mengusiknya kini perlahan menghilang.selesai
makan siang, ia lantas menuju kulkas untuk mengambil segelas air untuk
menghilangkan dahaganya.
Usai makan
siang, Ardi bergegas menuju kamar mandi
untuk mengambil air wudlu untuk sholat. Kamar tidurnya menjadi tujuannya
selesai sholat.Tugas sekolah ia kerjakan di sana. Siang itu, Ardi ingin
mengerjakan tugas IPA. Ibu guru menugasi para siswanya untuk mengadakan suatu
percobaan tentang mencangkok. Namun, percobaan itu telah Ardi kerjakan kemarin.
Sekarang, ia hanya tinggal membuat laporannya.
Tak terasa waktu
berlalu begitu cepat.Jam dinding kamar Ardi menunjukkan pukul 17.00 WIB. Beruntung,
tugasnya telah selesai ia kerjakan. Maka, lantas ia mengambil sebuah handuk dan bergegas mandi. Selesai mandi, ia
langsung menghampiri sahabatnya yang kesepian, yaitu sebuah televisi. Ardi
menyalakan dan menontonnya untuk melepas penat setelah seharian belajar.
Begitu cepat
waktu berlalu. Hingga adzan maghrib telah berkumandang. Mendengar adzan mahgrib
telah berkumandang, dengan sigap Ardi untuk mengambil air wudlu dan menunaikan
sholat berjamaah bersama orang tua dan adiknya. Selesai menunaikan sholat maghrib,
Ardi langsung menuju teras rumah, dimana keluarganya sedang berbincang-bincang
dengan ditemani the dan sepiring roti. Roti tersebut merupakan oleh-oleh Ardan,
adik Ardi.Tadi siang, Ardan baru saja pulang dari tamasya ke Gembira Loka.
“Kapan kamu UN
Ardi?”, tanya Pak Gunawan.
“Bulan Mei, Pak”,
jawab Ardi dengan singkat.
“Setelah UN SD,
kamu ingin melanjutkan ke SMP mana?, tanya Bu Astuti.
“Belum tahu, Bu.
Masih bingung. Tapi pilihanku ada 2,antara SMP 2 Bantul dan SMP 3 Kasihan”,
jelas Ardi kepada Ibunya.
“Wah, pilihan
Mas Ardi bagus. Kalau menurut Ardan, lebih baik Mas Ardi masuk ke SMP 2 Bantul.
Karena SMP 2 Bantul termasuk SMP favorit di Bantul”, penjelasan Ardan kepada
kakaknya.
“Iya itu, Bapak
setuju dengan adikmu”, sambung Pak Gunawan.
“Ibu juga
setuju”, tambah Bu Astuti.
Adzan isya’
telah berkumandang. Keluarga Pak Gunawan segera mengambil air wudlu untuk
menunaikan sholat berjamaah. Sementara Pak Gunawan dan Bu Astuti mengambil air
wudlu, Ardi dan Ardan mempersiapkan tempat untuk sholat berjamaah. Ketika Pak
Gunawan dan Bu Astuti sampai di tempat sholat, Ardi dan Ardan beranjak
mengambil air wudlu. Persiapan pun telah selesai. Keluarga Pak Gunawan segera
menunaikan sholat berjamaah.
Selesai sholat
berjamaah, Ardi dan Ardan langsung menuju kamar masing-masing untuk belajar.
Malam itu Ardi tidak bersemangat dalam belajar. Tiba-tiba ia teringat dukungan
keluarganya kepadanya tentang impian Ardi setelah lulus SD ingin melanjutkan ke
SMP 2 Bantul. Setelah teringat akan dukungan keluarganya yang begitu besar,
Ardi menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Dalam hati ia berkata, “aku harus
melanjutkan ke SMP yaitu SMP 2 Bantul”.
Jam dinding
kamar Ardi berdentang. Jam tersebut menunjukkan pukul 21.00 WIB. Mendengar
dentangan jam dinding tersebut, lantas ia membereskan buku-bukunya dan segera
menghampiri ranjang tidurnya. Di ranjang tersebut, setiap hari ia menghabiskan waktu
tidurnya. Tak lama kemudian, Ardi pun telah memejamkan matanya.
Waktu pun telah
berlalu. Kokok ayam jago masih terdengar jelas disela-sela keheningan pagi. Jam
dinding kamar Ardi berbunyi. Kini, jam di kamarnya menunjuk pukul 05.00
WIB.Mendengar suara itu, Ardi lantas bangun dan mengambil air wudlu untuk
menunaikan sholat subuh. Usai sholat subuh, dengan sigap ia mengambil handuk
dan menuju kamar mandi. Kali ini, Ardi mandi dengan cepat karena ia kedinginan.
Ia merasa badannya kurang sehat. Karena biasanya, badannya terasa segar setelah
mandi pagi. Dan setelah mandi pagi, kepala Ardi terasa pusing.
Usai mandi, Ardi
menghampiri Ibunya yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan.Bu Astuti menanyakan
kesehatan anaknya, Ardi.Sebab, dilihat dari raut wajahnya, kesehatn Ardi hari
ini kurang bagus.
“Kamu sedang sakit ya, Ar?”, tanya bu Astuti
kepadanya.
“Tidak, Bu. Ardi
hanya sedikit pusing saja, Bu”, jelas Ardi kepada Bu Astuti.
“Tapi, dilihat
dari raut wajahmu, kamu kelihatan sedang sakit, Ar. Lebih baik kamu hari ini
tidak masuk sekolah dulu, daripada belajarmu menjadi terganggu”, jelas Bu
Astuti.
“Tidak, Bu. Ardi
baik-baik saj, hanya sedikit pusing saja kok, Bu”, jawab Ardi.
“Ya sudah kalau
maumu begitu. Tapi, kamu harus jaga kondisi saat di sekolah”, nasehat Bu
Astuti.
“Iya, Bu. Ardi
berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum”, ujar Ardi.
“Wa’alaikumsalam”,
jawab Bu Astuti.
***
Tak terasa, waku
cepat berlalu. Hingga kini tiba saat Ardi mengikuti Try Out tingkat kabupaten.
Sebelum Try Out dimulai, guru pengawas menanyakan kepadanya tentang cit-citanya
setelah lulus dari SD Tunas Kepala. Ardi termasuk murid yang pandai di
kelasnya. Ia lalu bercerita tentang impiannya setelah lulus SD. Guru pengawas
itu pun kagum terhadap impian Ardi. Teman-teman yang mendengar cerita Ardi pun
kagum terhadapnya. Kini, teman-teman dan gurunya mendukung impiannya. Dan kini,
tekadnya untuk melanjutkan ke SMP 2 Bantul semakin kuat.
Dan waktu pun semakin
cepat bergulir. Hari demi hari telah dilewati Ardi dengan belajar. Ia ingin
sekali impianny terwujud. Bulan Mei pun telah tiba. Tepat hari ini dan dua hari
kedepan, ia akan menempuh Ujian Nasional. Jantungnya berdebar sangat kencang. Ia
sangat berharap mendapat nilai yang memuaskan dan dapat melanjutkan ke SMP 2
Bantul.
***
Tak terasa,
hari-hari mendebarkan itu telah berlalu. Kini hanyalah tinggal menanti waktu
pengumuman kelulusan akan dilaksanakan. Saat waktu luang tersebut, Ardi dan teman-temannya
menggunakan waktu itu untuk bergembira karena Ujian Nasional telah terlaksana.
Suatu siang,
Ardi dan keluarganya berkunjung ke rumah pamannya. Sampai di rumah pamannya,
keluarganya langsung disambut senyum yang terpancar dari wajah keluarga pamannya.
Kedua keluarga itu pun lantas berbincang-bincang untuk melepas rindu. Disebuah
perbincangan, paman Ali menanyakan kepada Ardi apa cita-citanya setelah lulus
SD. Ardi pun menjawab bahwa ia ingin sekali melanjutkan ke SMP 2 Bantul.
Mendengar keterangan Ardi, paman Ali kurang setuju dengan cita-cita Ardi. Karena
menurutnya, jarak rumah Ardi dengan SMP 2 Bantul itu jauh. Paman Ali mnyarankan
kepada Ardi lebih baik Ardi melanjutkan ke SMP yang jaraknya lebih dekat dari
rumah Ardi.
Tak terasa,
waktu telah berlalu. Jam telah menujuk pukul 15.00 WIB. Maka, keluarga Ardi
memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore. Ditengah perjalanan pulang,
Ardi menanyakan kepada keluarganya, apakah mereka benar-benar mendukung
impiannya?. Ternyata, keluarganya mendukung penuh impian Ardi. Bapakknya
berpesan, “jangan kau pikirkan pendapat pamanmu, karena akan mengganggu usahamu
dalam menggapai impian, tetaplah semangat untuk menggapai impianmu”.
Semenjak
peristiwa itu, Ardi pun menjadi lebih bersemangat untuk mewujudkan impiannya,
yakni melanjutkan ke SMP 2 Bantul. Jika impiannya terwujud, maka ia akan sangat
bersyukur dan berteriak “Jaya SMP 2 Bantul”.
Kelas : IXF / 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar