9F 9F 9F
.
.
.
" Walau hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi yakinlah semua akan berjalan dengan indah "
.
.
.

Minggu, 15 Desember 2013

Impian

Impian
            Mentari mulai menampakan wajahnya.Embun di pucuk daun pun mulai berjatuhan. Kicau burung mulai terdengar.Dinginnya angin malam masih terasa. Namun, rasa dingin itu tak dihiraukan oleh Ardi.Rasa dingin itu tak mengusik semangatnya untuk pergi menuntut ilmu.                                                                                          
                    
Pagi itu, Ardi bersiap ke sekolah.Ia bersiap-siap lebih awal, karena pagi itu Ardi mendapat jatah piket kelas. Selesai bersip-siap Ardi bergegas mengeluarkan sepeda lamanya.Sepeda itu ialah sepeda pemberian pamannya. Meskipun tidak baru, Ardi tetap senang menerima dengan senang sepeda pemberian pamannya itu.         
Di tengah perjalanan menuju ke sekolah, Ardi melihat Aji dan Cahya bersepeda dengan santainya di depan Ardi. Kelihatannya, mereka sedang serius membicarakan suatu hal.Ardi lalu mengayuh sepedanya lebih cepat lagi untuk menghampiri mereka.
“ Kalian sedang membicarakan apa, kok serius banget?”, tanya  Ardi pada Aji dan        Cahya.
“ Ini lho, kami sedang membahas tentang hilangnya ayam Pak Andi karena di curi maling”, jawab Aji.
“Kata Bapakku, ayam yang dicuri ada lima ekor, ayam jago semua lagi”, tambah Ardi.
“Iya. Menurut penjelasan Pak Andi, ayamnya yang hilang ada lima ekor”, tambah Cahya.
“Aku berharap agar pencuri ayam itu segera ditangkap dan tidak berulah lagi di desa kita”, tambah Aji.
“Kalau begitu, aku duluan ya. Aku dapat jatah piket hari ini”, sahut Ardi.
“Ya”, jawab Aji dan Cahya serempak.
            Ardi mengayuh sepedanya lebih cepat. Sesampainya di sekolah, ia langsung menuju ruang kelasnya, yaitu kelas VI A. Ia lalu meletakkan tas di tempat duduknya dan bergegas piket membersihkan kelas bersama temannya yang piket hari ini.
            Tak lama kemudian, bel terdengar di setiap sudut kelas di SD Tunas Kepala. Pagi itu, pelajaran jam pertama kelas VI A  ialah pelajaran IPA, dan para siswa akan mengikuti ulangan untuk mempersiapkan Try out Ujian Nasional. Karena minggu depan para siswa akan mengikuti Try Out tingkat kabupaten.
            Dan tak terasa, pelajaran hari itu telah selasai. Semua murid kelas VI A telah pulang. Ardi pun langsung pulang karena hari itu tidak ada kegiatan tambahan jam peajaran. Ia mengayuh sepedanya dengan cepat karena sinar matahari begitu panas membakar badannya, walau rasa lapar dan haus mengganggunya.
            Sesampainya di rumah, Ibunya sedang berbincang-bincang dengan Bapaknya.Ia lalu mengucap salam dan bersalaman kapada orng tuanya.
“Asssalamu’alaikum”, ucap Ardi saat sampai di rumah.
“Wa’alaikumsalam”, jawab orang tua Ardi serempak.
“Kok pulangnya lebih awal, Ar?”, tanya Pak Gunawan.
“Iya, Pak. Kegiatan tambahan jam pelajaran hari ini ditiadakan”, jawab Ardi .
“Ya sudah, kalau begitu. Lebih baik, kamu langsung ganti baju, setelah  makan. Ibu sudah siapkan masakan kesukaanmu”, tambah Ibunya.
“Ya, Bu”, jawab Ardi dengan singkat.
Ardi lantas menuju kamarnya untuk ganti baju. Selesai ganti baju, ia langsung menuju meja makan. Ternyata, di sana ada sayur bayam kesukaanya, ditemani sambal dan kerupuk.
“Lezat sekali masakan ini, apalagi makannya di temani sambal dan kerupuk oh…, sungguh nikmat”, kata Ardi saat menyantap masakan Ibunya.
Ardi makan dengan lahapnya. Rasa lapar yang mengusiknya kini perlahan menghilang.selesai makan siang, ia lantas menuju kulkas untuk mengambil segelas air untuk menghilangkan dahaganya.
Usai makan siang, Ardi bergegas menuju kamar mandi  untuk mengambil air wudlu untuk sholat. Kamar tidurnya menjadi tujuannya selesai sholat.Tugas sekolah ia kerjakan di sana. Siang itu, Ardi ingin mengerjakan tugas IPA. Ibu guru menugasi para siswanya untuk mengadakan suatu percobaan tentang mencangkok. Namun, percobaan itu telah Ardi kerjakan kemarin. Sekarang, ia hanya tinggal membuat laporannya.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat.Jam dinding kamar Ardi menunjukkan pukul 17.00 WIB. Beruntung, tugasnya telah selesai ia kerjakan. Maka, lantas ia mengambil sebuah  handuk dan bergegas mandi. Selesai mandi, ia langsung menghampiri sahabatnya yang kesepian, yaitu sebuah televisi. Ardi menyalakan dan menontonnya untuk melepas penat setelah seharian belajar.
Begitu cepat waktu berlalu. Hingga adzan maghrib telah berkumandang. Mendengar adzan mahgrib telah berkumandang, dengan sigap Ardi untuk mengambil air wudlu dan menunaikan sholat berjamaah bersama orang tua dan adiknya. Selesai menunaikan sholat maghrib, Ardi langsung menuju teras rumah, dimana keluarganya sedang berbincang-bincang dengan ditemani the dan sepiring roti. Roti tersebut merupakan oleh-oleh Ardan, adik Ardi.Tadi siang, Ardan baru saja pulang dari tamasya ke Gembira Loka.
“Kapan kamu UN Ardi?”, tanya Pak Gunawan.
“Bulan Mei, Pak”, jawab Ardi dengan singkat.
“Setelah UN SD, kamu ingin melanjutkan ke SMP mana?, tanya Bu Astuti.
“Belum tahu, Bu. Masih bingung. Tapi pilihanku ada 2,antara SMP 2 Bantul dan SMP 3 Kasihan”, jelas Ardi kepada Ibunya.
“Wah, pilihan Mas Ardi bagus. Kalau menurut Ardan, lebih baik Mas Ardi masuk ke SMP 2 Bantul. Karena SMP 2 Bantul termasuk SMP favorit di Bantul”, penjelasan Ardan kepada kakaknya.
“Iya itu, Bapak setuju dengan adikmu”, sambung Pak Gunawan.
“Ibu juga setuju”, tambah Bu Astuti.
Adzan isya’ telah berkumandang. Keluarga Pak Gunawan segera mengambil air wudlu untuk menunaikan sholat berjamaah. Sementara Pak Gunawan dan Bu Astuti mengambil air wudlu, Ardi dan Ardan mempersiapkan tempat untuk sholat berjamaah. Ketika Pak Gunawan dan Bu Astuti sampai di tempat sholat, Ardi dan Ardan beranjak mengambil air wudlu. Persiapan pun telah selesai. Keluarga Pak Gunawan segera menunaikan sholat berjamaah.
Selesai sholat berjamaah, Ardi dan Ardan langsung menuju kamar masing-masing untuk belajar. Malam itu Ardi tidak bersemangat dalam belajar. Tiba-tiba ia teringat dukungan keluarganya kepadanya tentang impian Ardi setelah lulus SD ingin melanjutkan ke SMP 2 Bantul. Setelah teringat akan dukungan keluarganya yang begitu besar, Ardi menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Dalam hati ia berkata, “aku harus melanjutkan ke SMP yaitu SMP 2 Bantul”.
Jam dinding kamar Ardi berdentang. Jam tersebut menunjukkan pukul 21.00 WIB. Mendengar dentangan jam dinding tersebut, lantas ia membereskan buku-bukunya dan segera menghampiri ranjang tidurnya. Di ranjang tersebut, setiap hari ia menghabiskan waktu tidurnya. Tak lama kemudian, Ardi pun telah memejamkan matanya.
Waktu pun telah berlalu. Kokok ayam jago masih terdengar jelas disela-sela keheningan pagi. Jam dinding kamar Ardi berbunyi. Kini, jam di kamarnya menunjuk pukul 05.00 WIB.Mendengar suara itu, Ardi lantas bangun dan mengambil air wudlu untuk menunaikan sholat subuh. Usai sholat subuh, dengan sigap ia mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Kali ini, Ardi mandi dengan cepat karena ia kedinginan. Ia merasa badannya kurang sehat. Karena biasanya, badannya terasa segar setelah mandi pagi. Dan setelah mandi pagi, kepala Ardi terasa pusing.
Usai mandi, Ardi menghampiri Ibunya yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan.Bu Astuti menanyakan kesehatan anaknya, Ardi.Sebab, dilihat dari raut wajahnya, kesehatn Ardi hari ini kurang bagus.
 “Kamu sedang sakit ya, Ar?”, tanya bu Astuti kepadanya.
“Tidak, Bu. Ardi hanya sedikit pusing saja, Bu”, jelas Ardi kepada Bu Astuti.
“Tapi, dilihat dari raut wajahmu, kamu kelihatan sedang sakit, Ar. Lebih baik kamu hari ini tidak masuk sekolah dulu, daripada belajarmu menjadi terganggu”, jelas Bu Astuti.
“Tidak, Bu. Ardi baik-baik saj, hanya sedikit pusing saja kok, Bu”, jawab Ardi.
“Ya sudah kalau maumu begitu. Tapi, kamu harus jaga kondisi saat di sekolah”, nasehat Bu Astuti.
“Iya, Bu. Ardi berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum”, ujar Ardi.
“Wa’alaikumsalam”, jawab Bu Astuti.
                                                            ***
Tak terasa, waku cepat berlalu. Hingga kini tiba saat Ardi mengikuti Try Out tingkat kabupaten. Sebelum Try Out dimulai, guru pengawas menanyakan kepadanya tentang cit-citanya setelah lulus dari SD Tunas Kepala. Ardi termasuk murid yang pandai di kelasnya. Ia lalu bercerita tentang impiannya setelah lulus SD. Guru pengawas itu pun kagum terhadap impian Ardi. Teman-teman yang mendengar cerita Ardi pun kagum terhadapnya. Kini, teman-teman dan gurunya mendukung impiannya. Dan kini, tekadnya untuk melanjutkan ke SMP 2 Bantul semakin kuat.
Dan waktu pun semakin cepat bergulir. Hari demi hari telah dilewati Ardi dengan belajar. Ia ingin sekali impianny terwujud. Bulan Mei pun telah tiba. Tepat hari ini dan dua hari kedepan, ia akan menempuh Ujian Nasional. Jantungnya berdebar sangat kencang. Ia sangat berharap mendapat nilai yang memuaskan dan dapat melanjutkan ke SMP 2 Bantul.
                                                            ***
Tak terasa, hari-hari mendebarkan itu telah berlalu. Kini hanyalah tinggal menanti waktu pengumuman kelulusan akan dilaksanakan. Saat waktu luang tersebut, Ardi dan teman-temannya menggunakan waktu itu untuk bergembira karena Ujian Nasional telah terlaksana.
Suatu siang, Ardi dan keluarganya berkunjung ke rumah pamannya. Sampai di rumah pamannya, keluarganya langsung disambut senyum yang terpancar dari wajah keluarga pamannya. Kedua keluarga itu pun lantas berbincang-bincang untuk melepas rindu. Disebuah perbincangan, paman Ali menanyakan kepada Ardi apa cita-citanya setelah lulus SD. Ardi pun menjawab bahwa ia ingin sekali melanjutkan ke SMP 2 Bantul. Mendengar keterangan Ardi, paman Ali kurang setuju dengan cita-cita Ardi. Karena menurutnya, jarak rumah Ardi dengan SMP 2 Bantul itu jauh. Paman Ali mnyarankan kepada Ardi lebih baik Ardi melanjutkan ke SMP yang jaraknya lebih dekat dari rumah Ardi.
Tak terasa, waktu telah berlalu. Jam telah menujuk pukul 15.00 WIB. Maka, keluarga Ardi memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore. Ditengah perjalanan pulang, Ardi menanyakan kepada keluarganya, apakah mereka benar-benar mendukung impiannya?. Ternyata, keluarganya mendukung penuh impian Ardi. Bapakknya berpesan, “jangan kau pikirkan pendapat pamanmu, karena akan mengganggu usahamu dalam menggapai impian, tetaplah semangat untuk menggapai impianmu”.
Semenjak peristiwa itu, Ardi pun menjadi lebih bersemangat untuk mewujudkan impiannya, yakni melanjutkan ke SMP 2 Bantul. Jika impiannya terwujud, maka ia akan sangat bersyukur dan berteriak “Jaya SMP 2 Bantul”.


                                                                                                            Nama   : Rina Widyastuti

Kelas   : IXF / 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar