9F 9F 9F
.
.
.
" Walau hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi yakinlah semua akan berjalan dengan indah "
.
.
.

Minggu, 15 Desember 2013

Segelap Hitam, Secerah Pink

Segelap Hitam, Secerah Pink

Gerimis bukan lagi gerimis. Angin yang bertiup pun tak cukup hanya dibilang dingin. Alam beralih peran. Terik panas yang biasa menghujam kota Tangerang ini, lebih memilih untuk menjadi mendung. Saat hitam menggelayuti awan. Dan rerintikan air bergantian jatuh ke tanah. Berisik. Suaranya menimpa atap rumah. Tetesan air sedikit demi sedikit masih menetes dari ranting pohon, yang menandakan hujan deras telah  turun semalaman. Langit pun perlahan mulai berubah warna dengan diikuti datangnya sang surya.  Akan tetapi, udara tak kunjung berubah, seakan dapat membekukan kutub utara yang sedang mencair. Hal itu membuat sebagian orang malas untuk beraktivitas dan memilih melanjutkan tidurnya. Seperti itulah derita di penghujung tahun.

Rumah mewah, tak memungkiri udara dingin dapat masuk. AC sudah mati, jendela tertutup, selimut tebal ada, tapi tetap saja hawa dingin itu menusuk melewati ruas-ruas tulang. Di sudut kamar luas bernuansa pink itu juga, masih tertidur pulas seorang gadis berusia 13 tahun yang baru saja menginjak masa remajanya.
 “ Non, bangun Non, bangun !” Perempuan berlanjut usia, mencoba membangunkan gadis  itu.               
“ Ahh…, masih jam berapa sih?” Qila terbangun dengan mata yang masih mengantuk.
“ Sekarang sudah jam 06.15 .”
“ Apa?, gimana sih Bibi ini, bukannya dari tadi yang ngebangunin.”
“ Maaf Non, tapi saya sudah 3 kali mencoba mebangunkan.”
“ Yaudah. Sekarang buruan siapin air hangat buat mandi aku!”
“Baik Non.”
Itulah rutinitas yang harus dilakukan oleh seorang pembantu yang mengurusi remaja manja anak majikannya. Repotnya lagi, semua barang yang dipakainya haruslah berwarna pink ( kecuali seragam sekolah). Jika tidak, Ia akan ngambek dan berdiam diri di kamar. Di kamar mandi, Qila baru teringat akan PR yang diberikan oleh Pak Ilham tiga hari yang lalu. Tapi, tidak mungkin dengan waktu 15 menit ini dapat melesaikan tugas itu. Ia pun berfikir kembali, jika tidak mengerjakan pr, paling-paling cuma disuruh keluar kelas. Dengan tergesa-gesa, Qila memakai seragam dan bersiap-siap berangkat sekolah, tak lupa berpesan kepada Bi Ina untuk membungkus sarapannya. Rencananya, sarapan itu akan dimakan dimobil. Tapi, Qila tidak sempat memikirkan hal itu. Kurang 5 menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Di perjalanan menuju sekolah, Ia hanya berulang kali melirik jam tangannya dan menyuruh supirnya untuk menambah laju mobilnya. Sayangnya, Ia tetap saja terlambat sekolah. Tanpa dipikirnya, ternyata guru bk melihatnya saat berlari menuju kelas. Qilapun dipanggil untuk menuju kantornya. Setelah melalui perdebatan panjang, guru BK berhasil mengetahui penyebab Qila terlambat sekolah. Hanya karena menonton konser girl band Cherry Belle kesukaannya. Guru itu memberi hukuman berupa pembersihan halaman sekolah dengan cara mengambil sampah-sampah yang tersebar di sana. Ibu itu juga berpesan agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali, karena jika sampai tiga kali Ia berurusan seperti nini, maka tidak segan-segan guru BK akan memanggil orang tuanya. Memang sudah dua kali ini Qila berurusan dengan guru bk. Dulu, Ia dipanggil karena memakai sepatu berwarna pink saat upacara pembukaan penerimaan siswa didik baru. Waktu itu guru b kmasih memakluminya dan tidak memberi hukuman, dikarenakan dia belum mengetahui peraturan sekolah barunya yang melarang muridnya memakai sepatu berwarna selain hitam. Sambil memunguti sampah yang kebanyakan dedaunan basah itu, Aqila memikirkan tempat yang akan Ia gunakan saat pelajaran fisikannya Pak Ilham berlangsung.  Segera Ia melangkahkan kaki menuju perpustakaan. Menurutnya, itu adalah tempat  paling nyaman di sekolahan. Tempat yang  bisa menenangkan pikirannya saat ada masalah. Setiap jalinan kisah yang terdapat dalam sebuah buku, selalu sukses membuatnya lupa diri dan terhanyut bersama tokoh utama tersebut. Terpaan angin AC yang dingin menyambutnya. Sudah lama Qila tidak mengunjungi ruangan ini. Bu Rina, penjaga perpustakaan menyapanya dengan ramah. Tanpa menanyakan alasannya Qila berada di perpus saat jam pelajaran. Mungkin, Ia sudah hafal dengan anak yang tidak mengerjakan PR atau sedang melangsungkan ulangan susulan. Qilapun langsung berlari menuju rak favoritnya. Rak itu terletak di pojok paling belakang. Itu sebabnya tidak ada murid lain yang mengunjungi rak tersebut selain dia. Seram dan misterius katanya. Padahal menurutnya rak itu yang paling menyenangkan. Di sana, Ia bisa leluasa membaca buku tanpa ada gangguan dari orang yang hilir mudik. Tenang pokoknya. Oh iya, rak itu juga paling banyak terdapat selipan kertas. Maklum, Qila biasanya menuliskan isi hatinya di kertas, lalu menyelipkan ke sela-sela buku. Dan dimulailah tulisannya pada hari ini “ Hari ini aku bete banget, udah bangun kesiangan, gak ngerjain PR, telat lagi. Semangatin aku dong.” Qila tertawa sendirian, tulisan itu tidak mirip dengan tulisan aslinya. Ia memang jagonya untuk mengubah bentuk tulisan. Akhirnya, dua jam berlalu. Tandanya Pak Ilham sudah keluar dari kelas. Qilapun berpamitan kepada Bu Rina dan langsung menuju kelasnya. Pelajaran begitu cepat untuk hari ini. Sesampainya di rumah, seperti kebanyakan remaja jaman sekarang, yang dituju tidak lain dan tidak bukan adalah HP.  Sudah ada 1 pesan yang tertulis di layar HP Qila. Pesan itu berbunyi “ Semangat Qila, aku akan selalu mendukungmu.” Aqila bingung, kenapa orang yang ngirim SMS itu bisa tahu namanya ya?, padahal nomernya aja belum dikenali.
            Keesokan harinya, Qila mencoba menanyai semua teman satu kelasnya akan nomer itu. Tetapi tidak ada satupun orang yang merasa mengirim SMS kepadanya. Dengan membawa kebingunan, Ia menuju ke perpustakaan dan menuliskan semua isi hatinya. Tapi ada yang aneh, kenapa kertas-kertas yang selama ini dia selipkan hanya tersisa satu. Kertas itu juga  bukan tulisannya. “ Hai Aqila. Maaf ya, semua kertasmu sudah aku ambil.” Hanya tersisa tulisan itu saja. “Jangan-jangan aku dimata-matai” pikir Qila. Ia pun langsung melihat ke semua penjuru perpustakaan, tapi cuma ada lima orang yang  sibuk membaca. Segeralah Ia membalas kertas itu.” Ini siapa ya? Ngaku dong…..pasti kamu juga yang SMS aku.Tapi makasih lho udah nyemangatin aku.” Besok Ia akan kembali melihat balasan kertas itu.
            Akhirnya jam istirahat berbunyi, Qila langsung menuju perpustakaan. Dan ternyata benar apa yang dipikirkannya terjadi, sudah ada balasan kertas itu. Tapi kali ini hanya ada kata-kata romantis saja.
“ Apakah orang ini cowok yang diam-diam suka padaku.” Pikir Qila sambil melamun.
“ Qila bel masuk kurang 5 menit lagi tu!” Suara Bu Rina yang membuyarkan lamunan Qila.
“ Oh iya ,sampai lupa. Terima kasih Bu. Saya ke kelas dulu.”
Ternyata sudah 2 minggu ini, membalas kertas itu menjadi rutinitasnya sehari-hari. Dua minggu ini juga orang itu belum mengakui dirinya . Qilapun menjadi sangat kesal dan berkeinginan untuk menemui, lalu mencaci-makinya. Karena pikiran itu, selama di kelas Ia hanya melamun. Saat pelajarannya Pak Ilham, Qila tertangkap basah sedang melamun dan akhirnya guru itu menyuruhnya untuk mengambil buku yang tertinggal di ruang guru. Tanpa berfikir panjang, Iapun segera melaksanakan tugas itu. Saat sampai di depan pintu ruang guru, Qila bersiap mebukanya. Tapi tiba-tiba, pintu itu terbuka sendiri. Ternyata ada seseorang yang membukannya. Aqila hanya melihat wajahnya sekilas, selain orang laki-laki itu memalingkan wajahnya, orang itu juga membawa setumpuk buku paket dan beberapa lembar kertas yang hampir menutupi wajahnya. Dia kaget melihat ada orang di depannya, dan yang pasti selembar kertas jatuh tepat didepan kaki Qila. Ternyata kertas ulangan, dan WOW! nilai yang sempurna. Ido Afandi, pasti orang yang pintar. Saat dilihat tulisannya, ternyata tulisan itu sama seperti kertas yang ada di rak favoritnya itu. Perasaan Qila tak karuan, akankah laki-laki tadi yang selalu membalas tulisannya. Jantungnya juga langsung berdebar tak karuan. Tanpa berfikir panjang, Qila segera mengerjarnya sambil memanggil nama itu. Tapi sayang, laki-laki itu tak menoleh. Kecewanya lagi, di kertas ulangan tersebut tidak tercantum kelasnya. Kertas itu disimpannya, dan kembali ke kelas untuk menyerahkan buku paket milik Pak Ilham. Bel istirahatpun akhirnya berbunyi, dengan rasa penasaran yang semakin memuncak, Qila menuju tempat kesukaannya itu . Tanpa ia pikirkan, ternyata laki-laki yang tadi bertemunya di depan ruang guru sedang membaca buku, tapi bukan buku dari rak itu. Dengan memberanikan diri Qila langsung bertanya pada cowok itu.
“ Ma..ma..af  ya Kak, Apakah kakak ini yang namanya Ido Afandi?” Qila mencoba bertanya kepada   cowok itu dengan kalimat yang terbata-bata.
“ Adik salah orang, Dia yang namanya Ido” Jawabnya sambil menunjuk seorang perempuan yang   sedang berdiri di depan rak favorit Qila itu..
Dengan rasa penasaran, Qila memberanikan diri untuk bertemu dengan yang namanya Ido itu. Ternyata Kak Ido selama ini ngefans sama Qila, dan belum berani menemuinya. Rencananya, mereka akan pulang bareng untuk melanjutkan perbincangan yang tadi terputus akibat bel masuk kelas berbunyi. Dengan rasa tak sabar, Qila memasukan bukunya ke dalam tas dan langsung menuju ke kelas 9F. Ternyata Kak Ido sudah menunggunya di depan ruangan itu, dan langsung saja mengajak Qila menuju parkiran untuk mengambil sepeda miliknya. Tanpa Qila tanyakan terlebih dahulu, ternyata kendaraan yang akan digunakannya adalah sepeda cowok yang tidak terdapat tempat duduk untuk membonceng seperti kebanyakan yang dimiliki sepeda perempuan. Dengan susah payah, Qila mencoba duduk menghadap samping di depan Kak Ido. Dan akhirnya, usaha itu terbayarkan dengan perjalanan sepanjang dua meter saja. Hujan turun dengan sendirinya, tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Merekapun harus segera berteduh di bawah naungan atap parkiran sepeda. Sambil menunggu hujan reda, mereka melanjutkan obrolan yang tadi belum terselesaikan. Berulang kali Kak Ido ngerayu Qila dengan kata  yang diawali” Bapak kamu” kaya yang di TV-TV itu lho. Seakan, mereka seperti orang yang sedang berpacaran. Karena hujan masih sedikit turun, Kak Ido berencana untuk mengajak Qila ke rumahnya yang jaraknya tak jauh dari sekolahan. Sesampainya di kamar Ido, Qila terkejut. Semua barangnya berwarna hitam tanpa kecuali. Memang Kak Ido itu tomboy, tapi Qila belum mengetahui bahwa Ia menyukai warna hitam. Dinding-dindingnyapun juga banyak tertempel poster band-band rock yang Ia sukai. Warna hitam memang tidak lazim disukai oleh seorang anak perempuan. Tapi, karena itu Ia menjadi menyukai Qila yang bisa diibaratkan seperti langit dan bumi dengan dirinya. Qilapun juga bercerita sejarahnya Ia menyukai warna pink. Cerita itu dimulai sejak awalnya Ia menyukai Cherry Belle. Setelah puas menceritakan sejarah itu, Qila mulai bertanya kembali ke Kak Ido tentang namanya yang seperti nama seorang laki-laki. Katanya, kata Ido didapatkan saat ayahnya sedang membaca koran dan Afandi itu adalah seorang pelukis terkenal kesukaan Ibunya. Arti kata Ido sampai saat ini belum ditemukan, dan kalau Afandi mungkin bermakna kelak nanti Ia akan menjadi orang yang terkenal seperti seorang pelukis yang memiliki nama tersebut.
Merekapun sekarang semakin dekat dan selalu bersama kemana saja dan kapan saja. Sejak itu juga kepribadian Qila ikut berubah. Setiap pagi, tanpa dibangunin Ia sudah terbangun dengan sendirinya. Menyiapkan air hangat untuk mandi sendiri, dan masih banyak lagi. Qilapun menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Oh, iya. Kak Ido mempunyai sebutan khusus saat memanggil Qila. Ia lebih suka memanggilnya dengan kata “ Sayang”.
Rencananya hari ini mereka akan pergi ke toko buku. Setelah sampai dan memilih-milih, pilihan mereka jatuh dibuku-buku tentang biografi girl band/band kesukaannya masing-masing. Qila membeli buku tentang Cherry Belle dan Ido membeli biogarfi para personil Gun N Roses. Qila menawarkan kepada Kak Ido untuk mebaca buku yang sudah dibelinya nanti, tapi jawabannya  “ Gak usah repot-repot. Terima kasih banyak. Aku paling anti dengan girl band.” Jawaban itu membuat Qila kesal, dan langsung membalasny dengan omongan seperti itu kepada Kak Ido. Setelah perdebatan panjang itu terjadi, akhirnya mereka mendapatkan buku yang diinginkan.  Perdebatan seperti itu memang sering terjadi, apalagi jika tentang girl band/ band dan warna kesukaan. Tapi, itu tidak menjadikan persahabatan mereka putus.
            Satu bulan lagi, Qila akan merayakan ulang tahunnya yang ke 14. Rencananya Kak Ido akan memberikannya hadiah yang tak akan dia lupakan. Setelah memikirkan hal itu beberapa hari, pilihannya jatuh pada barang berwarna hitam dan berbau band-band rock. Dua toko langganannyapu dikunjungi dengan maksud agar dapat dengan mudah menjupai barang yang diinginkannya. Satu pasang kemeja dan celana panjang yang sengaja disobek-sobek dirasanya pas untuk kado remaja itu. Tujuh belas Septemberpun tiba. Tepat jam 12 malam, Ido mengirimkan SMS kepada Qila yang berbunyi “ Selamat ulang tahun Sayang. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan tambah unyu-unyu. Tak lupa aku berdoa agar mimpi kita menjadi artis dan seorang manager dapat terwujud suatu saat nanti. Oh, iya, nanti sewaktu mau berangkat sekolah tolong lihat sesuatu yang ada dalam kota suratmu. Udah dulu ya, terusin gih boboknya.”
            Pagi-pagi sekali, Kak Ido menuju rumah Qila untuk memasukkan kado ulang tahun Qila ke kota surat rumahnya. Hal itu dilakukan karena selain rumahnya dekat, Ido tidak mempunyai biaya untuk mengirim lewat kantor pos. Kado itu dibungkusnya rapi dengan kertas berwarna pink yang
dilapisi hitam. Saat menerimanya Qila sangat senang. Tapi, waktu dibuka wajahnya berubah menjadi agak kesal. Di sekolah Ia mengucapkan terima kasih dan rasa kecewanya atas kado tersebut. “ Kenapa isinya berwarna hitam semua. Kan Kak Ido tahu kalau aku gak suka warna itu.” Kak Ido menjawabnya dengan senyum dan berkata “ Agar kamu selalu teringat pada diriku, Sayang.” Mendengar jawaban Kak Ido, Qila terharu dan sempat meneteskan air mata. Di dalam hati, Qila berniat untuk memberikan kado special juga kepada Kak Ido.
Enam bulan setelah Qila berulang tahun, Kak Ido harus mengikuti rangkaian Ujian yang melelahkan. Itu berarti tidak banyak siswa kelas IX yang masih ingin berlama-lama di sekolah ini. Sebulan lagi Kak Ido sudah pergi meninggalkan SMP dan harus melanjutkan ke SMA.  Sementara itu, masih 1 tahun lagi Qila di SMP. Satu hari sebelum Kak Ido benar-benar meninggalkan sekolah lamanya, Qila ingin bertemu dengan  Kak Ido. Mereka mempunyai mimpi bersama. Tak lupa Qila sudah mempersiapkan kado untuk Kak Ido yang akan di berikannya nanti saat di taman dekat sekolah.
 “ Kak, mau gak kita berjanji.”
 “ Janji apa?”
“  Jika Kakak nanti sudah jadi manager, aku ingin Kakak menggunakan sesuatu yang ada dalam kotak ini.” Kata Qila sambil memberikan kado yang sudah Ia siapkan.
  
“ Baiklah. Tapi jika kamu nanti juga menjadi artisku, maka diharuskan untuk memakai semua   barang pemberianku dan membaca buku tentang band kesukaanku. Ya Sayang?”

Kak Ido mencoba membuka kado itu, dan ternyata isinya berupa sepasang kaosa pink bergambar Hello Kitty dan rok mini yang juga berwarna sama. Ia agak jijik melihat barang itu. Tapi, karena itu pemberian Qila Ia menghargainya. Mereka berjanji dengan menyatukan jari kelingkingnya bersama-sama. Hal itu membuat air mata mereka tak dapat ditahan lagi. Karena itu merupakan pertemuan mereka untuk yang terakhir sebelum Kak Ido menuju sekolahnya nanti.  
Empat tahun pun sudah berlalu, selama itu juga kedua sejoli itu jarang bertemu. Tapi, tanpa disadari ternyata kampus mereka sama. Dan merekapun saling bersama lagi. Satu bulan yang lalu, Kak Ido sudah diwisuda. Sejak saat itu juga, Kak Ido setia menunggu sahabatnya selama 1 tahun.
            Satu tahun berlalu, mereka telah menjadi sarjana dengan jurusan pertanian. Memang gelar sarjananya itu berbanding terbalik dengan mimpi mereka berdua. Tapi, mereka memutuskan untuk menggapai mimpi bersama. Casting demi casting dilewatinya. Dan akhirnya mereka telah menjadi artis dengan manager yang terkenal. Tanpa mengingkari janji mereka. Saat pertama kali muncul di layar televisi, Qila menempati janjinya dengan memakai pakaian dari ujung atas sampai bawah berwarna hitam pemberian Kak Ido. Ido pun juga seperti Qila, Ia memakai kaos dan rok berwarna pink pemberian Qila saat pertama kali menemaninya shuting. Persahabatan itu segelap hitam dan secerah pink, karena walaupun kita tidak saling menyukainya, kita akan tetap merasakan bersama-sama. Biarlah hitam dan pink menjadi saksi persahabatan mereka.


                                                                                                            Nama        : Salsabila Apriani H                                                                                    
                                                                                                            Kelas         : IX F / 21
                                                                                                           

                                                                                                           




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar