Segelap Hitam, Secerah
Pink
Gerimis bukan lagi gerimis. Angin yang bertiup pun
tak cukup hanya dibilang dingin. Alam beralih peran. Terik panas yang biasa
menghujam kota Tangerang ini, lebih memilih untuk menjadi mendung. Saat hitam
menggelayuti awan. Dan rerintikan air bergantian jatuh ke tanah. Berisik.
Suaranya menimpa atap rumah. Tetesan air sedikit demi sedikit masih menetes dari
ranting pohon, yang menandakan hujan deras telah turun semalaman. Langit pun perlahan mulai
berubah warna dengan diikuti datangnya sang surya. Akan tetapi, udara tak kunjung berubah,
seakan dapat membekukan kutub utara yang sedang mencair. Hal itu membuat
sebagian orang malas untuk beraktivitas dan memilih melanjutkan tidurnya.
Seperti itulah derita di penghujung tahun.
Rumah mewah, tak
memungkiri udara dingin dapat masuk. AC sudah mati, jendela tertutup, selimut
tebal ada, tapi tetap saja hawa dingin itu menusuk melewati ruas-ruas tulang. Di
sudut kamar luas bernuansa pink itu juga, masih tertidur pulas seorang gadis
berusia 13 tahun yang baru saja menginjak masa remajanya.
“
Non, bangun Non, bangun !” Perempuan berlanjut usia, mencoba membangunkan gadis
itu.
“ Ahh…, masih jam berapa sih?” Qila
terbangun dengan mata yang masih mengantuk.
“ Sekarang sudah jam 06.15 .”
“ Apa?, gimana sih Bibi ini, bukannya
dari tadi yang ngebangunin.”
“ Maaf Non, tapi saya sudah 3 kali
mencoba mebangunkan.”
“ Yaudah. Sekarang buruan siapin air
hangat buat mandi aku!”
“Baik Non.”
Itulah
rutinitas yang harus dilakukan oleh seorang pembantu yang mengurusi remaja
manja anak majikannya. Repotnya lagi, semua barang yang dipakainya haruslah
berwarna pink ( kecuali seragam sekolah). Jika tidak, Ia akan ngambek dan
berdiam diri di kamar. Di kamar mandi, Qila baru teringat akan PR yang
diberikan oleh Pak Ilham tiga hari yang lalu. Tapi, tidak mungkin dengan waktu
15 menit ini dapat melesaikan tugas itu. Ia pun berfikir kembali, jika tidak
mengerjakan pr, paling-paling cuma disuruh keluar kelas. Dengan tergesa-gesa, Qila
memakai seragam dan bersiap-siap berangkat sekolah, tak lupa berpesan kepada Bi
Ina untuk membungkus sarapannya. Rencananya, sarapan itu akan dimakan dimobil.
Tapi, Qila tidak sempat memikirkan hal itu. Kurang 5 menit lagi bel sekolah akan
berbunyi. Di perjalanan menuju sekolah, Ia hanya berulang kali melirik jam
tangannya dan menyuruh supirnya untuk menambah laju mobilnya. Sayangnya, Ia
tetap saja terlambat sekolah. Tanpa dipikirnya, ternyata guru bk melihatnya saat
berlari menuju kelas. Qilapun dipanggil untuk menuju kantornya. Setelah melalui
perdebatan panjang, guru BK berhasil mengetahui penyebab Qila terlambat
sekolah. Hanya karena menonton konser girl band Cherry Belle kesukaannya. Guru
itu memberi hukuman berupa pembersihan halaman sekolah dengan cara mengambil
sampah-sampah yang tersebar di sana. Ibu itu juga berpesan agar kejadian
seperti ini tidak terulang kembali, karena jika sampai tiga kali Ia berurusan
seperti nini, maka tidak segan-segan guru BK akan memanggil orang tuanya.
Memang sudah dua kali ini Qila berurusan dengan guru bk. Dulu, Ia dipanggil
karena memakai sepatu berwarna pink saat upacara pembukaan penerimaan siswa
didik baru. Waktu itu guru b kmasih memakluminya dan tidak memberi hukuman,
dikarenakan dia belum mengetahui peraturan sekolah barunya yang melarang
muridnya memakai sepatu berwarna selain hitam. Sambil memunguti sampah yang
kebanyakan dedaunan basah itu, Aqila memikirkan tempat yang akan Ia gunakan
saat pelajaran fisikannya Pak Ilham berlangsung. Segera Ia melangkahkan kaki menuju perpustakaan.
Menurutnya, itu adalah tempat paling
nyaman di sekolahan. Tempat yang bisa
menenangkan pikirannya saat ada masalah. Setiap
jalinan kisah yang terdapat dalam sebuah buku, selalu sukses membuatnya lupa
diri dan terhanyut bersama tokoh utama tersebut. Terpaan angin AC yang dingin
menyambutnya. Sudah lama Qila tidak mengunjungi ruangan ini. Bu Rina, penjaga
perpustakaan menyapanya dengan ramah. Tanpa menanyakan alasannya Qila berada di
perpus saat jam pelajaran. Mungkin, Ia sudah hafal dengan anak yang tidak
mengerjakan PR atau sedang melangsungkan ulangan susulan. Qilapun langsung
berlari menuju rak favoritnya. Rak itu terletak di pojok paling belakang. Itu
sebabnya tidak ada murid lain yang mengunjungi rak tersebut selain dia. Seram
dan misterius katanya. Padahal menurutnya rak itu yang paling menyenangkan. Di
sana, Ia bisa leluasa membaca buku tanpa ada gangguan dari orang yang hilir
mudik. Tenang pokoknya. Oh iya, rak itu juga paling banyak terdapat selipan
kertas. Maklum, Qila biasanya menuliskan isi hatinya di kertas, lalu
menyelipkan ke sela-sela buku. Dan dimulailah tulisannya pada hari ini “ Hari
ini aku bete banget, udah bangun kesiangan, gak ngerjain PR, telat lagi.
Semangatin aku dong.” Qila tertawa sendirian, tulisan itu tidak mirip dengan
tulisan aslinya. Ia memang jagonya untuk mengubah bentuk tulisan. Akhirnya, dua
jam berlalu. Tandanya Pak Ilham sudah keluar dari kelas. Qilapun berpamitan
kepada Bu Rina dan langsung menuju kelasnya. Pelajaran begitu cepat untuk hari
ini. Sesampainya di rumah, seperti kebanyakan remaja jaman sekarang, yang
dituju tidak lain dan tidak bukan adalah HP.
Sudah ada 1 pesan yang tertulis di layar HP Qila. Pesan itu berbunyi “
Semangat Qila, aku akan selalu mendukungmu.” Aqila bingung, kenapa orang yang
ngirim SMS itu bisa tahu namanya ya?, padahal nomernya aja belum dikenali.
Keesokan
harinya, Qila mencoba menanyai semua teman satu kelasnya akan nomer itu. Tetapi
tidak ada satupun orang yang merasa mengirim SMS kepadanya. Dengan membawa
kebingunan, Ia menuju ke perpustakaan dan menuliskan semua isi hatinya. Tapi
ada yang aneh, kenapa kertas-kertas yang selama ini dia selipkan hanya tersisa
satu. Kertas itu juga bukan tulisannya.
“ Hai Aqila. Maaf ya, semua kertasmu sudah aku ambil.” Hanya tersisa tulisan
itu saja. “Jangan-jangan aku dimata-matai” pikir Qila. Ia pun langsung melihat
ke semua penjuru perpustakaan, tapi cuma ada lima orang yang sibuk membaca. Segeralah Ia membalas kertas
itu.” Ini siapa ya? Ngaku dong…..pasti kamu juga yang SMS aku.Tapi makasih lho
udah nyemangatin aku.” Besok Ia akan kembali melihat balasan kertas itu.
Akhirnya
jam istirahat berbunyi, Qila langsung menuju perpustakaan. Dan ternyata benar
apa yang dipikirkannya terjadi, sudah ada balasan kertas itu. Tapi kali ini
hanya ada kata-kata romantis saja.
“
Apakah orang ini cowok yang diam-diam suka padaku.” Pikir Qila sambil melamun.
“
Qila bel masuk kurang 5 menit lagi tu!” Suara Bu Rina yang membuyarkan lamunan
Qila.
“
Oh iya ,sampai lupa. Terima kasih Bu. Saya ke kelas dulu.”
Ternyata sudah 2 minggu ini, membalas kertas itu menjadi
rutinitasnya sehari-hari. Dua minggu ini juga orang itu belum mengakui dirinya
. Qilapun menjadi sangat kesal dan berkeinginan untuk menemui, lalu
mencaci-makinya. Karena pikiran itu, selama di kelas Ia hanya melamun. Saat
pelajarannya Pak Ilham, Qila tertangkap basah sedang melamun dan akhirnya guru
itu menyuruhnya untuk mengambil buku yang tertinggal di ruang guru. Tanpa
berfikir panjang, Iapun segera melaksanakan tugas itu. Saat sampai di depan
pintu ruang guru, Qila bersiap mebukanya. Tapi tiba-tiba, pintu itu terbuka
sendiri. Ternyata ada seseorang yang membukannya. Aqila hanya melihat wajahnya
sekilas, selain orang laki-laki itu memalingkan wajahnya, orang itu juga membawa
setumpuk buku paket dan beberapa lembar kertas yang hampir menutupi wajahnya.
Dia kaget melihat ada orang di depannya, dan yang pasti selembar kertas jatuh
tepat didepan kaki Qila. Ternyata kertas ulangan, dan WOW! nilai yang sempurna.
Ido Afandi, pasti orang yang pintar. Saat dilihat tulisannya, ternyata tulisan
itu sama seperti kertas yang ada di rak favoritnya itu. Perasaan Qila tak
karuan, akankah laki-laki tadi yang selalu membalas tulisannya. Jantungnya juga
langsung berdebar tak karuan. Tanpa berfikir panjang, Qila segera mengerjarnya
sambil memanggil nama itu. Tapi sayang, laki-laki itu tak menoleh. Kecewanya
lagi, di kertas ulangan tersebut tidak tercantum kelasnya. Kertas itu
disimpannya, dan kembali ke kelas untuk menyerahkan buku paket milik Pak Ilham.
Bel istirahatpun akhirnya berbunyi, dengan rasa penasaran yang semakin
memuncak, Qila menuju tempat kesukaannya itu . Tanpa ia pikirkan, ternyata
laki-laki yang tadi bertemunya di depan ruang guru sedang membaca buku, tapi
bukan buku dari rak itu. Dengan memberanikan diri Qila langsung bertanya pada
cowok itu.
“
Ma..ma..af ya Kak, Apakah kakak ini yang
namanya Ido Afandi?” Qila mencoba bertanya kepada cowok itu dengan kalimat yang terbata-bata.
“
Adik salah orang, Dia yang namanya Ido” Jawabnya sambil menunjuk seorang
perempuan yang sedang berdiri di depan
rak favorit Qila itu..
Dengan rasa penasaran, Qila memberanikan diri untuk bertemu
dengan yang namanya Ido itu. Ternyata Kak Ido selama ini ngefans sama Qila, dan
belum berani menemuinya. Rencananya, mereka akan pulang bareng untuk
melanjutkan perbincangan yang tadi terputus akibat bel masuk kelas berbunyi.
Dengan rasa tak sabar, Qila memasukan bukunya ke dalam tas dan langsung menuju
ke kelas 9F. Ternyata Kak Ido sudah menunggunya di depan ruangan itu, dan
langsung saja mengajak Qila menuju parkiran untuk mengambil sepeda miliknya. Tanpa
Qila tanyakan terlebih dahulu, ternyata kendaraan yang akan digunakannya adalah
sepeda cowok yang tidak terdapat tempat duduk untuk membonceng seperti
kebanyakan yang dimiliki sepeda perempuan. Dengan susah payah, Qila mencoba
duduk menghadap samping di depan Kak Ido. Dan akhirnya, usaha itu terbayarkan
dengan perjalanan sepanjang dua meter saja. Hujan turun dengan sendirinya,
tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Merekapun harus segera berteduh di bawah
naungan atap parkiran sepeda. Sambil menunggu hujan reda, mereka melanjutkan
obrolan yang tadi belum terselesaikan. Berulang kali Kak Ido ngerayu Qila
dengan kata yang diawali” Bapak kamu”
kaya yang di TV-TV itu lho. Seakan, mereka seperti orang yang sedang
berpacaran. Karena hujan masih sedikit turun, Kak Ido berencana untuk mengajak
Qila ke rumahnya yang jaraknya tak jauh dari sekolahan. Sesampainya di kamar
Ido, Qila terkejut. Semua barangnya berwarna hitam tanpa kecuali. Memang Kak
Ido itu tomboy, tapi Qila belum mengetahui bahwa Ia menyukai warna hitam.
Dinding-dindingnyapun juga banyak tertempel poster band-band rock yang Ia
sukai. Warna hitam memang tidak lazim disukai oleh seorang anak perempuan.
Tapi, karena itu Ia menjadi menyukai Qila yang bisa diibaratkan seperti langit
dan bumi dengan dirinya. Qilapun juga bercerita sejarahnya Ia menyukai warna
pink. Cerita itu dimulai sejak awalnya Ia menyukai Cherry Belle. Setelah puas
menceritakan sejarah itu, Qila mulai bertanya kembali ke Kak Ido tentang
namanya yang seperti nama seorang laki-laki. Katanya, kata Ido didapatkan saat
ayahnya sedang membaca koran dan Afandi itu adalah seorang pelukis terkenal
kesukaan Ibunya. Arti kata Ido sampai saat ini belum ditemukan, dan kalau
Afandi mungkin bermakna kelak nanti Ia akan menjadi orang yang terkenal seperti
seorang pelukis yang memiliki nama tersebut.
Merekapun sekarang semakin dekat dan selalu bersama kemana
saja dan kapan saja. Sejak itu juga kepribadian Qila ikut berubah. Setiap pagi,
tanpa dibangunin Ia sudah terbangun dengan sendirinya. Menyiapkan air hangat
untuk mandi sendiri, dan masih banyak lagi. Qilapun menjadi lebih mandiri dan
tidak tergantung pada orang lain. Oh, iya. Kak Ido mempunyai sebutan khusus
saat memanggil Qila. Ia lebih suka memanggilnya dengan kata “ Sayang”.
Rencananya
hari ini mereka akan pergi ke toko buku. Setelah sampai dan memilih-milih,
pilihan mereka jatuh dibuku-buku tentang biografi girl band/band kesukaannya
masing-masing. Qila membeli buku tentang Cherry Belle dan Ido membeli biogarfi
para personil Gun N Roses. Qila menawarkan kepada Kak Ido untuk mebaca buku
yang sudah dibelinya nanti, tapi jawabannya
“ Gak usah repot-repot. Terima kasih banyak. Aku paling anti dengan girl
band.” Jawaban itu membuat Qila kesal, dan langsung membalasny dengan omongan
seperti itu kepada Kak Ido. Setelah perdebatan panjang itu terjadi, akhirnya
mereka mendapatkan buku yang diinginkan.
Perdebatan seperti itu memang sering terjadi, apalagi jika tentang girl
band/ band dan warna kesukaan. Tapi, itu tidak menjadikan persahabatan mereka
putus.
Satu bulan lagi, Qila akan merayakan
ulang tahunnya yang ke 14. Rencananya Kak Ido akan memberikannya hadiah yang
tak akan dia lupakan. Setelah memikirkan hal itu beberapa hari, pilihannya
jatuh pada barang berwarna hitam dan berbau band-band rock. Dua toko
langganannyapu dikunjungi dengan maksud agar dapat dengan mudah menjupai barang
yang diinginkannya. Satu pasang kemeja dan celana panjang yang sengaja
disobek-sobek dirasanya pas untuk kado remaja itu. Tujuh belas Septemberpun
tiba. Tepat jam 12 malam, Ido mengirimkan SMS kepada Qila yang berbunyi “
Selamat ulang tahun Sayang. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan tambah
unyu-unyu. Tak lupa aku berdoa agar mimpi kita menjadi artis dan seorang
manager dapat terwujud suatu saat nanti. Oh, iya, nanti sewaktu mau berangkat
sekolah tolong lihat sesuatu yang ada dalam kota suratmu. Udah dulu ya, terusin
gih boboknya.”
Pagi-pagi
sekali, Kak Ido menuju rumah Qila untuk memasukkan kado ulang tahun Qila ke
kota surat rumahnya. Hal itu dilakukan karena selain rumahnya dekat, Ido tidak
mempunyai biaya untuk mengirim lewat kantor pos. Kado itu dibungkusnya rapi
dengan kertas berwarna pink yang
dilapisi
hitam. Saat menerimanya Qila sangat senang. Tapi, waktu dibuka wajahnya berubah
menjadi agak kesal. Di sekolah Ia mengucapkan terima kasih dan rasa kecewanya
atas kado tersebut. “ Kenapa isinya berwarna hitam semua. Kan Kak Ido tahu
kalau aku gak suka warna itu.” Kak Ido menjawabnya dengan senyum dan berkata “
Agar kamu selalu teringat pada diriku, Sayang.” Mendengar jawaban Kak Ido, Qila
terharu dan sempat meneteskan air mata. Di dalam hati, Qila berniat untuk
memberikan kado special juga kepada Kak Ido.
Enam bulan setelah Qila berulang tahun, Kak Ido harus
mengikuti rangkaian Ujian yang melelahkan. Itu berarti tidak banyak siswa kelas
IX yang masih ingin berlama-lama di sekolah ini. Sebulan lagi Kak Ido sudah
pergi meninggalkan SMP dan harus melanjutkan ke SMA. Sementara itu, masih 1 tahun lagi Qila di
SMP. Satu hari sebelum Kak Ido benar-benar meninggalkan sekolah lamanya, Qila
ingin bertemu dengan Kak Ido. Mereka
mempunyai mimpi bersama. Tak lupa Qila sudah mempersiapkan kado untuk Kak Ido
yang akan di berikannya nanti saat di taman dekat sekolah.
“ Kak, mau gak kita berjanji.”
“ Janji apa?”
“
Jika Kakak nanti sudah jadi manager, aku ingin Kakak menggunakan sesuatu
yang ada dalam kotak ini.” Kata Qila sambil memberikan kado yang sudah Ia
siapkan.
“ Baiklah. Tapi jika kamu nanti juga
menjadi artisku, maka diharuskan untuk memakai semua barang pemberianku dan membaca buku tentang
band kesukaanku. Ya Sayang?”
Kak
Ido mencoba membuka kado itu, dan ternyata isinya berupa sepasang kaosa pink
bergambar Hello Kitty dan rok mini yang juga berwarna sama. Ia agak jijik
melihat barang itu. Tapi, karena itu pemberian Qila Ia menghargainya. Mereka
berjanji dengan menyatukan jari kelingkingnya bersama-sama. Hal itu membuat air
mata mereka tak dapat ditahan lagi. Karena itu merupakan pertemuan mereka untuk
yang terakhir sebelum Kak Ido menuju sekolahnya nanti.
Empat tahun pun sudah berlalu, selama itu juga kedua sejoli
itu jarang bertemu. Tapi, tanpa disadari ternyata kampus mereka sama. Dan
merekapun saling bersama lagi. Satu bulan yang lalu, Kak Ido sudah diwisuda.
Sejak saat itu juga, Kak Ido setia menunggu sahabatnya selama 1 tahun.
Satu
tahun berlalu, mereka telah menjadi sarjana dengan jurusan pertanian. Memang
gelar sarjananya itu berbanding terbalik dengan mimpi mereka berdua. Tapi,
mereka memutuskan untuk menggapai mimpi bersama. Casting demi casting
dilewatinya. Dan akhirnya mereka telah menjadi artis dengan manager yang
terkenal. Tanpa mengingkari janji mereka. Saat pertama kali muncul di layar
televisi, Qila menempati janjinya dengan memakai pakaian dari ujung atas sampai
bawah berwarna hitam pemberian Kak Ido. Ido pun juga seperti Qila, Ia memakai
kaos dan rok berwarna pink pemberian Qila saat pertama kali menemaninya shuting.
Persahabatan itu segelap hitam dan secerah pink, karena walaupun kita tidak
saling menyukainya, kita akan tetap merasakan bersama-sama. Biarlah hitam dan
pink menjadi saksi persahabatan mereka.
Nama : Salsabila Apriani H
Kelas : IX F / 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar