MASA LALU
karya Cindera Karina Duha
Embun pagi mengalir setetes demi
setetes dari daun yang rimbun membasahi tanah. Kicau burung yang merdu
membangunkan Viona yang sedari tadi terjaga dari tidurnya diranjang empuk dan
berselimutkan kain lembut nan tebal yang didekapnya hangat.Viona mengerdipkan
matanya yang perlahan terbuka. Setelah terbangun ia berdoa,
“syukurku
pada-Mu Tuhan Kau telah mengijinkanku menghirup udara segar pagi ini.”
Ucapnya.Ibu mulai membuka pintu kamar Viona. Dan memintanya untuk segera
bersiap berangkat sekolah.
“Nak, sudah jam segini kamu masih di
dalam kamar. Segera bersiap sana!” kata ibu.
Viona telah siap untuk berangkat
sekolah dengan tas yang ditentengnya, menuju sekolah yang tak disangka dia
dapat diterima. SMPN 5 Bogor. Tak terasa olehnya, hampir tiga tahun lamanya
Viona belajar, bercengkrama, dan memiliki banyak teman yang lucu, baik,
menyebalkan yang tak pasti bisa dia rasakan di sekolah lain.
Beberapa langkah Viona mulai
meninggalkan rumahnya. Jalan setapak beserta pohon – pohon rindang penyejuk
mata Udara pagi yang masih segar membawanya dalam ingatan akan masa lalu.
Dirinya yang dulu pernah merasakan nikmatnya bersekolah di asrama SMPIT Bina
Insani Bogor ya walaupun hanya sekitar satu bulan lamanya. Sebelum diterima di
sekolah itu, ia telah mendaftar ke berbagai sekolah, walaupun konsep
pembelajarannya sama orang tua Viona memilih di sekolah itu.
Viona yang ceria, gesit, dan lumayan banyak omong berubah seratus delapan puluh derajat menjadi Viona yang lemah, pendiam, dan suka menyendiri setelah beberapa waktu berada disana. Padahal pertama kali Viona masuk ke asrama, dia bersemangat dan senang bisa berteu dengan teman baru.
Viona yang ceria, gesit, dan lumayan banyak omong berubah seratus delapan puluh derajat menjadi Viona yang lemah, pendiam, dan suka menyendiri setelah beberapa waktu berada disana. Padahal pertama kali Viona masuk ke asrama, dia bersemangat dan senang bisa berteu dengan teman baru.
Hari pertama senyumnya begitu
merekah terlihat bahagia. Hari kedua pun begitu keceriaan dn keramahannya
begitu terlihat. Namun seminggu kemudian Viona merasakan adanya keganjalan pada
tubuhnya. Badannya selalu lemas, letih, dan pusing itu membuat temannya
kerepotan untuk selalu membantunya.
Suatu hari disaat jam pelajaran,
Viona merasa sangat pusing dan tanpa disadari hidungnya telah mengeluarkan
banyak darah. Temannya yang mengetahui hal itu langsung berteriak dan
membantuya mengantar ke UKS.
Setelah
itu orang tua Viona datang untuk menjenguknya. Melihat keadaan Viona yang
sangat lemah mereka membawa Viona pergi kedokter. Setelah selesai pemeriksaan
ayahnya mengambilkan obat untuknya. Setelah itu, ayahnya mengantarkan Viona
kembali ke asrama. Selama diperjalanan ayah Viona diam seribu bahasa, tanpa
mengatakan satu kata pun. Viona terheran-heran.
“Tak seperti biasanya ayah diam seperti ini,
mengapa begitu? Apakah ada yang salah dengan ku? semoga tidak” pikir Viona
dalam hati. Lalu Viona mulai bertanya pada ayahnya.
“Ayah,
bagaimana hasil pemeriksaan tadi? Aku sakit apa?” ayahnya masih terdiam belum
menjawabnya dan masih melamun. Setelah ayahnya sadar dari lamunannya ia
menjawab.
“Ah, Viona tak apa kamu hanya sakit biasa.
Mungkin kamu kecapekan.”
“Tapi
aku merasa aneh yah, tidak seperti sakit biasa.” Tungkas Viona
“Sudah ya nak, ini semua adalah ujian
dari Allah untuk Viona hadapi, jadi tak usah kuatir, Allah selalu bersamamu.”
Ayah tetap menyembunyikan pembicaraannya tadi dengan dokter.
“Iya
deh yah, makasih ayah..” Jawab Viona.
Sesampainya
di asrama, Viona bercerita dengan sahabat sekamarnya yaitu Windy. Windy menyemangati dia. Windy yang bertubuh tinggi,
berwajah manis dan berhati baik memang senang menasehati layaknya orang tua
bagi teman-temannya. Lebih dari seminggu telah berlalu. Viona semakin merasakan
sakit dalam tubuhnya khususnya dibagian leher bawah. Viona sangat penasaran
dengan penyakitnya.
Hari
itu seluruh santriwan santriwati libur dalam sebulan karena adanya bulan
ramadhan. Ayah dan ibu Viona menjeputnya pada pagi hari. Viona pun sudah
membereskan barangnya sejak tadi malam. Viona bersemangat akan hal itu, karena
ia sudah rindu dengan kamar dan kucing kesayangannya.
Sesampainya
di rumah siang telah berganti malam. Viona segera merebahkan dirinya di kasur
empuk yang sangat dirindukannya. Viona terlelap dan bermimpi bahwa ia mengidap
penyakit kanker. Seketika ia langsung bangun terkejut.
“Astaghfirullah,
ya Allah semoga mimpiku ini tidak akan terjadi padaku. Amin. Katanya dalam doa.
Setelah itu Viona
pergi ke dapur karena ia merasa lapar. Ia mulai membuka pintu dan keluar
dari kamarnya. Viona mendengar dari
ruang keluarga. Itu adalah suara ayah dan ibunya. Sepertinya mereka sedang
membicarakan sesuatu yang penting. Dengan berjalan mengendap-endap Viona menuju
ke ruang tengah rumahnya. Ia mendengarkan apa yang dibicarakan orang tuanya. Ternyata
mereka mebicarakan tentang Viona bahwa ia telah menderita kanker. Dan mereka merencanakan
akan memberi tahu Viona tentang hal itu. Namun tak disangka Viona telah
mengetahuinya dan medengar dengan telinganya sendiri. Mengetahui akan hal itu
Viona langsung menghampiri orang tuanya dan mereka pun terkejut. Viona dengan
nada terisak setengah menangis bertanya pada orang tuanya.
“Ayah, ibu apakah benar aku
menderita kanker?”
Dengan nada yang pelan dan lambat
ibu menjawab.
“Iya
nak.” Ibu tak tahan dengan apa yang ia katakan dan ia langsung memeluk Viona
dengan erat.
“Sabar
nak.. kamu pasti sembuh, kamu harus kuat dan harus bisa menghadapi semua ini.”
Ibu menasehati Viona.
Dengan
berpuluh-puluh butiran air mata yang terjatuh dari kelopak mata Viona, ia pun
menjawab apa yang dikatakan ibu.
“
Iya bu, aku akan mencoba menerima semua ini. Tapi mengapa harus aku yang
menderita ini?”
“Ayah
tau apa yang kamu rasakan sekarang, maaf ayah belum memberi tahu kepadamu.”
Ayah menambahkan.Setelah pembicaraan itu Viona kembali ke kamarnya dan perlahan
terlelap.
Keesokan
harinya Viona masih memikirkan tadi malam, ia menangis sedih. Setelah itu ia
berfikir “sudahlah jangan berlarut-larut dalam kesedihan aku harus bangkit!”
dari fikiran itu Viona sekarang bersemangat lagi dan mencoba untuk bangkit dari
sakit ini.
Ramadhan
yang suci ini telah berlalu dan berubah menjadi hari-hari biasa. Pagi ituViona
kembali lagi ke asramanya. Viona senang akan hal itu karena ia akan bertemu
teman-temannya kembali. Sesampainya di asrama Viona bertemu dengan
teman-temannya dan bercanda, bercerita tentang pengalaman masing-masing saat
libur sekolah kemarin. Viona menceritakan tentang kankernya kepada
teman-temannya. Mereka menangis tak menyangka dengan hal itu.
“Sudah
teman-teman, tak usah menangis.” Kata Viona pada teman-temannya.
“Iya
Viona, yang sabar ya, kamu harus bisa sembuh. Windy berkata.
Setelah
obrolan itu selesai. Mereka memulai aktifitas di pondok seperti biasa.
Berhari-hari telah mereka lalui. Sampai suatu hari, Viona merasakan tubuhnya
tak dapat bergerak lagi. Viona yang masih berada di dalam kelas merintih kesakitan.
Windy yang mengetahui hal tersebut segera membawa Viona pergi ke UKS dan
memberitahukannya pada ustadzah yang membimbing mereka. Ustadzah segera
mengantar Viona ke rumah sakit terdekat dan menelepon orang tua Viona. Dengan
keaadaan ini Viona harus dirawat di rumah sakit sampai ia sembuh. Ayah dan ibu
Viona telah sampai di rumah sakit dan menagis. Seminggu Viona telah dirawat di
rumah sakit. Ia kembali lagi ke Asrama.
Hari demi hari kanker Viona semakin tumbuh besar dan tambah parah. Karena itu
Viona harus pindah sekolah. Dengan sangat sedih Viona meninggalkan sahabat,
kamar, dan ustadzah-ustadzahnya. Hari perpisahan pun datang, ini sangat
menyedihkan baginya.
“Viona,
ingat aku selalu ya.. semoga kamu lekas sembuh. Dan jangan lupa untuk main ke
sini.” Kata Windy. Temanteman lain pun juga mengatakan hal yang sama.
“iya,
pasti. Aku tak akan melupakan kalian. Terima kasih atas segala hal yang telah
kalian berikan padaku.” Jawab Viona.
Perlahan-lahan
mobil yang membawa Viona, berjalan. Semua temannya melambaikan tangan kepada
Viona. Viona merasa sangat sedih.
Orang
tua Viona merencanakan pindahnya Viona ke sekolah di dekat rumahnya, yaitu SMPN
5 Bogor. Pertama kali, mereka mendaftarkan ke berbagai sekolah. Mulai dari MTS,
SMPIT dan akhirnya mereka memutuskan mendaftarkan ke SMPN 5 Bogor.
Viona
merasakan sepertinya sangat sulit untuk masuk ke SMP itu. Ia merasa bersalah
kepada orang tuanya, karena Viona bersi keras belajar di sekolah tersbut.
Dengan segala usaha orang tuanya mencoba yang terbaik. Sampai akhirnya sekolah
mengijinkan Viona masuk ke SMP mereka. Viona merasa sangat senang dan
bersyukur. Setelah berhari-hari ia tak belajar di sekolah.
“Terima
kasihku kepadamu ya Allah” Ucap Viona.
Hari
pertama masuk sekolah. Perasaan Viona bercampur aduk, senang, gugup, gemetar,
dan lainnya. Salah satu guru yang belum begitu dikenalinya menghantarkannya ke
kelas 7 E. Pertama kali Viona menginjakkan kakinya ke lantai yang begitu bersih
dan wangi, ia terkesan dengan teman-teman barunya. Semua mata tertuju padanya.
Viona sangat gugup. Dan ia mulai mengucapkan salam juga memperkenalkan diri.
Ada seseorang yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Viona salah tingkah
dan gugup. Ketika Viona telah duduk di bangkunya pun orang itu masih
meperhatikan Viona. Viona merasa terganggu akan hal itu, lalu ia bertanya pada
teman satu mejanya, yang bernama Zera.
“Zera,
maaf mengapa dia seperti itu?”tanya Viona.
“Siapa
Vio?” jawab Zera.
“Itu
laki-laki yang duduk di depan dan sedang melihat kebelakang. Dan sepertinya melihat
ke arahku.” Kata Viona.
“Oh,
Yuhid. Apa jangan-jangan dia suka kamu ya?” jawab Zera.
“Ah,
enggak mungkin lah.” Kata Viona.
Waktu
untuk pulang telah tiba, Viona menunggu ayahnya menjemput di depan sekolah.
Tiba-tiba Yuhid menghampirinya.
“Hai,
Viona ya? Boleh kenalan nggak?” Kata Yuhid dengan senyuman yang merekah.
“Boleh.
Nama kamu Yuhid kan?” jawab Viona.
“Loh
kok tahu?” Tanya Yuhid heran.
“Tahu
dong.” Kata Viona dengan gaya sok tahu.
“Ya
udah deh, namaku benar Yuhid. Kamu dijemput ya? Kata Yuhid menambah pembicaraan.
“Iya.”
Jawab Viona singkat.
“Oh.
Ya sudah aku duluan ya, ini udah masuk waktu sholat ashar. Pamitnya kepada
Viona.
“Ya,
hati-hati. Jawab Viona.
“Taat
sekali dia.” Fikir Viona.
Seminggu
telah berlalu. Keadaan Viona bertambah buruk, dan mengharuskannya untuk
operasi, karena kankernya yang semakin membesar. Sebenarnya Viona sangat takut
akan hal itu. Namun karena dorongan dari orang-orang disekelilingnya, akhirnya
ia mau.
Hari
untuk dioperasi telah tiba. Viona sudah berada di rumah sakit dengan didampingi
teman-temannya termasuk Yuhid dan Zera juga bersama orang tu viona.
“Tenang
Viona, kamu pasti bisa melewati ini.” Kata Zera dengan semangat.
“Iya
Viona! Kamu pasti bisa!” diikuti oleh emn-temannya.
Yuhid
hanya tersenyum, saat Viona memandangnya.
Waktu
untuk operasi pun telah datang. Ruang operasi beserta alat-alatnya telah
menanti Viona yang tertidur di ranjang dengan didorong oleh suster-suster.
Setelah
operasi selesai. Semua menanti hasilnya. Ternyata Viona berhasil terselamatkan.
“ “Alhamdulillah.” Ucap semuanya.
Semakin
hari tubuh Viona membaik dan mengerjakan aktivitas seperti biasa. Viona sangat
bersyukur. Hingga saat ini dia telah menduduki kelas sembilan SMP. Selama dua
tahun tersebut Viona menjadi pacar Yuhid. Bulir-bulir cinta mereka bersemi
sewaktu kelas delapan. Dan sekarang mereka selalu bersama. Saat ini Viona
menanti hari Ujian Nasional. Dengan giat Viona mempersapkan untuk itu supaya
hasilnya memuaskan.
SELESAI
Kelas
: IX F/01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar