9F 9F 9F
.
.
.
" Walau hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi yakinlah semua akan berjalan dengan indah "
.
.
.

Minggu, 15 Desember 2013

MASA LALU

MASA LALU
karya Cindera Karina Duha
            Embun pagi mengalir setetes demi setetes dari daun yang rimbun membasahi tanah. Kicau burung yang merdu membangunkan Viona yang sedari tadi terjaga dari tidurnya diranjang empuk dan berselimutkan kain lembut nan tebal yang didekapnya hangat.Viona mengerdipkan matanya yang perlahan terbuka. Setelah terbangun ia berdoa,
“syukurku pada-Mu Tuhan Kau telah mengijinkanku menghirup udara segar pagi ini.” Ucapnya.Ibu mulai membuka pintu kamar Viona. Dan memintanya untuk segera bersiap berangkat sekolah.
            “Nak, sudah jam segini kamu masih di dalam kamar. Segera bersiap sana!” kata ibu.
            “Baik bu.” Jawab Viona.
            Viona telah siap untuk berangkat sekolah dengan tas yang ditentengnya, menuju sekolah yang tak disangka dia dapat diterima. SMPN 5 Bogor. Tak terasa olehnya, hampir tiga tahun lamanya Viona belajar, bercengkrama, dan memiliki banyak teman yang lucu, baik, menyebalkan yang tak pasti bisa dia rasakan di sekolah lain.
            Beberapa langkah Viona mulai meninggalkan rumahnya. Jalan setapak beserta pohon – pohon rindang penyejuk mata Udara pagi yang masih segar membawanya dalam ingatan akan masa lalu. Dirinya yang dulu pernah merasakan nikmatnya bersekolah di asrama SMPIT Bina Insani Bogor ya walaupun hanya sekitar satu bulan lamanya. Sebelum diterima di sekolah itu, ia telah mendaftar ke berbagai sekolah, walaupun konsep pembelajarannya sama orang tua Viona memilih di sekolah itu.
            Viona yang ceria, gesit, dan lumayan banyak omong berubah seratus delapan puluh derajat menjadi Viona yang lemah, pendiam, dan suka menyendiri setelah beberapa waktu berada disana. Padahal pertama kali Viona masuk ke asrama, dia bersemangat dan senang bisa berteu dengan teman baru.
            Hari pertama senyumnya begitu merekah terlihat bahagia. Hari kedua pun begitu keceriaan dn keramahannya begitu terlihat. Namun seminggu kemudian Viona merasakan adanya keganjalan pada tubuhnya. Badannya selalu lemas, letih, dan pusing itu membuat temannya kerepotan untuk selalu membantunya.
            Suatu hari disaat jam pelajaran, Viona merasa sangat pusing dan tanpa disadari hidungnya telah mengeluarkan banyak darah. Temannya yang mengetahui hal itu langsung berteriak dan membantuya mengantar ke UKS.
Setelah itu orang tua Viona datang untuk menjenguknya. Melihat keadaan Viona yang sangat lemah mereka membawa Viona pergi kedokter. Setelah selesai pemeriksaan ayahnya mengambilkan obat untuknya. Setelah itu, ayahnya mengantarkan Viona kembali ke asrama. Selama diperjalanan ayah Viona diam seribu bahasa, tanpa mengatakan satu kata pun. Viona terheran-heran.
 “Tak seperti biasanya ayah diam seperti ini, mengapa begitu? Apakah ada yang salah dengan ku? semoga tidak” pikir Viona dalam hati. Lalu Viona mulai bertanya pada ayahnya.
“Ayah, bagaimana hasil pemeriksaan tadi? Aku sakit apa?” ayahnya masih terdiam belum menjawabnya dan masih melamun. Setelah ayahnya sadar dari lamunannya ia menjawab.
 “Ah, Viona tak apa kamu hanya sakit biasa. Mungkin kamu kecapekan.”
“Tapi aku merasa aneh yah, tidak seperti sakit biasa.” Tungkas Viona
“Sudah ya nak, ini semua adalah ujian dari Allah untuk Viona hadapi, jadi tak usah kuatir, Allah selalu bersamamu.” Ayah tetap menyembunyikan pembicaraannya tadi dengan dokter.
“Iya deh yah, makasih ayah..” Jawab Viona.
Sesampainya di asrama, Viona bercerita dengan sahabat sekamarnya yaitu Windy.  Windy menyemangati dia. Windy yang bertubuh tinggi, berwajah manis dan berhati baik memang senang menasehati layaknya orang tua bagi teman-temannya. Lebih dari seminggu telah berlalu. Viona semakin merasakan sakit dalam tubuhnya khususnya dibagian leher bawah. Viona sangat penasaran dengan penyakitnya.
Hari itu seluruh santriwan santriwati libur dalam sebulan karena adanya bulan ramadhan. Ayah dan ibu Viona menjeputnya pada pagi hari. Viona pun sudah membereskan barangnya sejak tadi malam. Viona bersemangat akan hal itu, karena ia sudah rindu dengan kamar dan kucing kesayangannya.
Sesampainya di rumah siang telah berganti malam. Viona segera merebahkan dirinya di kasur empuk yang sangat dirindukannya. Viona terlelap dan bermimpi bahwa ia mengidap penyakit kanker. Seketika ia langsung bangun terkejut.
“Astaghfirullah, ya Allah semoga mimpiku ini tidak akan terjadi padaku. Amin. Katanya dalam doa.
Setelah itu Viona pergi ke dapur karena ia merasa lapar. Ia mulai membuka pintu dan keluar dari  kamarnya. Viona mendengar dari ruang keluarga. Itu adalah suara ayah dan ibunya. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang penting. Dengan berjalan mengendap-endap Viona menuju ke ruang tengah rumahnya. Ia mendengarkan apa yang dibicarakan orang tuanya. Ternyata mereka mebicarakan tentang Viona bahwa ia telah menderita kanker. Dan mereka merencanakan akan memberi tahu Viona tentang hal itu. Namun tak disangka Viona telah mengetahuinya dan medengar dengan telinganya sendiri. Mengetahui akan hal itu Viona langsung menghampiri orang tuanya dan mereka pun terkejut. Viona dengan nada terisak setengah menangis bertanya pada orang tuanya.
            “Ayah, ibu apakah benar aku menderita kanker?”
            Dengan nada yang pelan dan lambat ibu menjawab.
“Iya nak.” Ibu tak tahan dengan apa yang ia katakan dan ia langsung memeluk Viona dengan erat.
“Sabar nak.. kamu pasti sembuh, kamu harus kuat dan harus bisa menghadapi semua ini.” Ibu menasehati Viona.
Dengan berpuluh-puluh butiran air mata yang terjatuh dari kelopak mata Viona, ia pun menjawab apa yang dikatakan ibu.
“ Iya bu, aku akan mencoba menerima semua ini. Tapi mengapa harus aku yang menderita ini?”
“Ayah tau apa yang kamu rasakan sekarang, maaf ayah belum memberi tahu kepadamu.” Ayah menambahkan.Setelah pembicaraan itu Viona kembali ke kamarnya dan perlahan terlelap.
Keesokan harinya Viona masih memikirkan tadi malam, ia menangis sedih. Setelah itu ia berfikir “sudahlah jangan berlarut-larut dalam kesedihan aku harus bangkit!” dari fikiran itu Viona sekarang bersemangat lagi dan mencoba untuk bangkit dari sakit ini.

Ramadhan yang suci ini telah berlalu dan berubah menjadi hari-hari biasa. Pagi ituViona kembali lagi ke asramanya. Viona senang akan hal itu karena ia akan bertemu teman-temannya kembali. Sesampainya di asrama Viona bertemu dengan teman-temannya dan bercanda, bercerita tentang pengalaman masing-masing saat libur sekolah kemarin. Viona menceritakan tentang kankernya kepada teman-temannya. Mereka menangis tak menyangka dengan hal itu.
“Sudah teman-teman, tak usah menangis.” Kata Viona pada teman-temannya.
“Iya Viona, yang sabar ya, kamu harus bisa sembuh. Windy berkata.
Setelah obrolan itu selesai. Mereka memulai aktifitas di pondok seperti biasa. Berhari-hari telah mereka lalui. Sampai suatu hari, Viona merasakan tubuhnya tak dapat bergerak lagi. Viona yang masih berada di dalam kelas merintih kesakitan. Windy yang mengetahui hal tersebut segera membawa Viona pergi ke UKS dan memberitahukannya pada ustadzah yang membimbing mereka. Ustadzah segera mengantar Viona ke rumah sakit terdekat dan menelepon orang tua Viona. Dengan keaadaan ini Viona harus dirawat di rumah sakit sampai ia sembuh. Ayah dan ibu Viona telah sampai di rumah sakit dan menagis. Seminggu Viona telah dirawat di rumah sakit. Ia  kembali lagi ke Asrama. Hari demi hari kanker Viona semakin tumbuh besar dan tambah parah. Karena itu Viona harus pindah sekolah. Dengan sangat sedih Viona meninggalkan sahabat, kamar, dan ustadzah-ustadzahnya. Hari perpisahan pun datang, ini sangat menyedihkan baginya.
“Viona, ingat aku selalu ya.. semoga kamu lekas sembuh. Dan jangan lupa untuk main ke sini.” Kata Windy. Temanteman lain pun juga mengatakan hal yang sama.
“iya, pasti. Aku tak akan melupakan kalian. Terima kasih atas segala hal yang telah kalian berikan padaku.” Jawab Viona.
Perlahan-lahan mobil yang membawa Viona, berjalan. Semua temannya melambaikan tangan kepada Viona. Viona merasa sangat sedih.
Orang tua Viona merencanakan pindahnya Viona ke sekolah di dekat rumahnya, yaitu SMPN 5 Bogor. Pertama kali, mereka mendaftarkan ke berbagai sekolah. Mulai dari MTS, SMPIT dan akhirnya mereka memutuskan mendaftarkan ke SMPN 5 Bogor.
Viona merasakan sepertinya sangat sulit untuk masuk ke SMP itu. Ia merasa bersalah kepada orang tuanya, karena Viona bersi keras belajar di sekolah tersbut. Dengan segala usaha orang tuanya mencoba yang terbaik. Sampai akhirnya sekolah mengijinkan Viona masuk ke SMP mereka. Viona merasa sangat senang dan bersyukur. Setelah berhari-hari ia tak belajar di sekolah.
“Terima kasihku kepadamu ya Allah” Ucap Viona.
Hari pertama masuk sekolah. Perasaan Viona bercampur aduk, senang, gugup, gemetar, dan lainnya. Salah satu guru yang belum begitu dikenalinya menghantarkannya ke kelas 7 E. Pertama kali Viona menginjakkan kakinya ke lantai yang begitu bersih dan wangi, ia terkesan dengan teman-teman barunya. Semua mata tertuju padanya. Viona sangat gugup. Dan ia mulai mengucapkan salam juga memperkenalkan diri. Ada seseorang yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Viona salah tingkah dan gugup. Ketika Viona telah duduk di bangkunya pun orang itu masih meperhatikan Viona. Viona merasa terganggu akan hal itu, lalu ia bertanya pada teman satu mejanya, yang bernama Zera.
“Zera, maaf mengapa dia seperti itu?”tanya Viona.
“Siapa Vio?” jawab Zera.
“Itu laki-laki yang duduk di depan dan sedang melihat kebelakang. Dan sepertinya melihat ke arahku.” Kata Viona.
“Oh, Yuhid. Apa jangan-jangan dia suka kamu ya?” jawab Zera.
“Ah, enggak mungkin lah.” Kata Viona.
Waktu untuk pulang telah tiba, Viona menunggu ayahnya menjemput di depan sekolah. Tiba-tiba Yuhid menghampirinya.
“Hai, Viona ya? Boleh kenalan nggak?” Kata Yuhid dengan senyuman yang merekah.
“Boleh. Nama kamu Yuhid kan?” jawab Viona.
“Loh kok tahu?” Tanya Yuhid heran.
“Tahu dong.” Kata Viona dengan gaya sok tahu.
“Ya udah deh, namaku benar Yuhid. Kamu dijemput ya? Kata Yuhid menambah pembicaraan.
“Iya.” Jawab Viona singkat.
“Oh. Ya sudah aku duluan ya, ini udah masuk waktu sholat ashar. Pamitnya kepada Viona.
“Ya, hati-hati. Jawab Viona.
“Taat sekali dia.” Fikir Viona.
Seminggu telah berlalu. Keadaan Viona bertambah buruk, dan mengharuskannya untuk operasi, karena kankernya yang semakin membesar. Sebenarnya Viona sangat takut akan hal itu. Namun karena dorongan dari orang-orang disekelilingnya, akhirnya ia mau.
Hari untuk dioperasi telah tiba. Viona sudah berada di rumah sakit dengan didampingi teman-temannya termasuk Yuhid dan Zera juga bersama orang tu viona.
“Tenang Viona, kamu pasti bisa melewati ini.” Kata Zera dengan semangat.
“Iya Viona! Kamu pasti bisa!” diikuti oleh emn-temannya.
Yuhid hanya tersenyum, saat Viona memandangnya.
Waktu untuk operasi pun telah datang. Ruang operasi beserta alat-alatnya telah menanti Viona yang tertidur di ranjang dengan didorong oleh suster-suster.
Setelah operasi selesai. Semua menanti hasilnya. Ternyata Viona berhasil terselamatkan. “  “Alhamdulillah.” Ucap semuanya.
Semakin hari tubuh Viona membaik dan mengerjakan aktivitas seperti biasa. Viona sangat bersyukur. Hingga saat ini dia telah menduduki kelas sembilan SMP. Selama dua tahun tersebut Viona menjadi pacar Yuhid. Bulir-bulir cinta mereka bersemi sewaktu kelas delapan. Dan sekarang mereka selalu bersama. Saat ini Viona menanti hari Ujian Nasional. Dengan giat Viona mempersapkan untuk itu supaya hasilnya memuaskan.
 SELESAI

                                                                                    Kelas : IX F/01

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar