9F 9F 9F
.
.
.
" Walau hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi yakinlah semua akan berjalan dengan indah "
.
.
.

Minggu, 15 Desember 2013

SAHABAT SEJATI

SAHABAT SEJATI
Salman, Atikah, Bayu dan Bherta adalah sahabat sejati. Mereka sudah sangat dekat dan bersahabat. Bahkan mereka sudah menganggap satu sama lain sebagai saudara, karena mereka ber-4 sudah bersahabat sejak kecil. Mereka suka berbuat baik, saling tolong-menolong, dan selalu setia. Apalagi mereka di sekolah menjadi murid yang pintar. Banyak orang yang mengagumi mereka. Mereka juga memiliki banyak kesamaan, Atikah dan Bherta yang sangat mencintai musik, Salman dan Bayu suka makan es krim. Mereka ber-4 juga sangat menyukai warna merah.

Sebagai tanda persahabatan mereka, mereka juga memiliki sepatu dan lainnya yang sama ! Seperti sepatu sepatu warna putih, sandal jepit bergambar warna hitam , sepasang sarung tangan  warna biru muda, setelan baju dan topi berwarna merah, gelang dan kalung berwarna hitam, dan masih banyak lagi.
Siang itu Salman, Atikah, Bayu, dan Bherta baru pulang sekolah. Mereka berjalan pulang menuju rumah mereka masing-masing. Rumah mereka memang ada di jogja dan bantul, rumah Salman dan Atikah ada di bantul dan rumah Bherta dan Bayu ada di jogja. Salman dan Bherta komplek A, sementara Atikah dan Bayu komplek B. Jadi kalau pulang sekolah mereka selalu pulang bersama, lagipula jarak antara sekolah dan rumah mereka tidak terlalu jauh.
Dalam perjalanan Atikah berkata “eh iya, gimana kalau nanti sore kita bersepeda?”, “ hmm.. boleh juga, kita kumpul di taman biasa jam 4 sore gimana?” usul Bherta. “oke! Aksesorisnya gimana?” tanya Salman. “apa ya, yang bagus?” kata Bayu sambil berpikir. “Ahha!”, “sandal putih, setelan merah, kalung sama gelang putih!”, “hahaha…”, tawa mereka bersama. Bagaimana bisa mereka mengatakan hal yang sama? Ya sudahlah, nggak usah di pikir kawan.
“kita jalan duluan ya!” kata Salman dan Bherta, yang akan mengarah ke kompleks rumah mereka. “iya” kata Atikah dan Bayu bersamaan. “Oh iya Fan, nanti kalau mau ke taman ke rumahku dulu ya! Daahh aku pulang duluan.” Kata Atikah. “oke! Sipp!” balas Bayu. Dan setelah berjalan sedikit dari rumah Atikah, Bayu sampai di rumahnya. Mereka sampai juga di rumahnya masing-masing, dan mereka langsung beristirahat.
Pukul 3.30 Salman, Atikah, Bayu dan Bherta di rumah masing-masing sibuk menyiapkan diri untuk bersepeda. Pukul 3.50 Salman sudah berada di taman, tidak lama kemudian Bherta sampai “Fa, kok ngga mampir ke rumahku dulu.!”, “iya iya, maaf sangat senangnya ingin bersepeda jadi lupa dehh.” kata Salman. Sudah 5 menit berlalu, akhirnya Bayu dan Atikah sampai. Bersepeda pun dimulai! GO!!
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.30 dan mereka pun sudah jalan-jalan keliling komplek. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing. Sampai di rumahnya, Salman langsung sms ketiga temannya Bayu, Atikah, dan Bherta dan menanyakan mereka akan shalat maghrib di masjid atau tidak, karena Salman kali ini tidak bisa shalat di masjid dan harus menjaga Ibunya yang sakit thypusnya kambuh. Ternyata balasan sms dari teman-teman Salman sama “ya tidak apa-apa”.
Adzan maghrib pun terdengar. Di rumah Atikah sedang bersiap memakai mukena, padahal Bayu sudah menunggu di rumah Atikah sekitar 5 menit yang lalu. Bherta ternyata sudah sampai di masjid duluan bersama kakaknya. Dan sebelum komat, mereka semua sudah sampai masjid.
Setelah selesai shalat maghrib, mereka memutuskan untuk menjenguk Ibu Salman yang sakit nanti setelah ini. “kita membawa apa ketika menjenguk nanti ya?” tanya Atikah pada teman-temannya. “bagaimana kalau nanti jam setengah tujuh kita membeli buah di toko buah di depan perumahan?” kata Bherta. “oke. naik sepeda ya! nanti kumpul di depan komplek ya!” kata Bayu mengusulkan. “ya sudah, oke! aku duluan ya.” kata Bherta.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Atikah dan Bayu sudah menunggu di depan komplek, “Bherta mana ya?” tanya Atikah, “mungkin lagi di jalan.” kata Bayu, “itu dia!” kata Bayu kemudian. “ayo cepat kawan, jangan lambat!” kata Bherta.
Sekarang semua sudah sampai di toko buah. “kita mau beli buah apa nih?” tanya Bherta pada Atikah dan Bayu. “bagaimana kalau apel, anggur, jeruk, lalu… apalagi ya?” usul Bayu. “Ahha! Bagaimana kalau jeruk, pear dan apel saja!?”. Bherta pun setuju lalu memilih buah buah tersebut “Mba, apel, jeruk dan pear-nya yang ini di kemas pakai keranjang buah yang itu, lalu dihias ya, tapi hiasanya yang sederhana saja ya.”, “Oh iya de, sebentar ya. Oh ya de, jus buahnya tidak beli?” kata mba penjual. “hm. Gimana ni? mau beli?” tanya Bayu. “ya boleh. Aku mau jus mangga. Kamu apa ffa?” tanya Atikah kepada Bherta. “Aku jus apel saja.” jawab Bherta, “oke. Aku jus melon. Oh ya, sekalian Salman juga jus jeruk.” kata Bayu. “hmm oke!. Mba jadi jus mangga satu, jus apel satu, jus melon satu, jus jeruk satu.”.
Setelah menunggu, “ini de buah dan jus-nya.”. “terimakasih mba, jadi semuanya berapa?” kata Bherta. “Jadi semuanya enam puluh tiga ribu.” jawab mba penjual. “ini mba uangnya enam puluh tiga ribu.” kata Bherta.
Ketika di jalan, “Kan tadi bayarnya pakai uang Bherta, berarti kita harus ganti. Urunan saja bagaimana?” usul Bayu. Merekapun memutuskan untuk urunan uangnya. “hmm, kita ada tiga orang, jumlah semuanya enam puluh tiga ribu, jadi berapa satu orangnya?” ucap Atikah sambil berfikir. “Jadi satu orangnya dua puluh satu ribu, kan enam puluh tiga ribu dibagi tiga.” kata Bayu. “Oh iya, nih uangku dua puluh satu ribu fa.” kata Atikah dan Bayu sambil memberikan uangnya kepada Bherta.
Tidak sadar mereka bercakap-cakap di perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Salman, “assalamualaikum, Salman.” salam mereka bertiga. “wa’alaikumsalam, wahh ada teman-teman. Ya sudah ayo masuk dulu.” jawab Salman. “ya.”. setelah mereka semua masuk Bherta bertanya “bagaimana keadaan ibumu?”, “alhamdulillah sudah sedikit membaik” jawab Salman. “oh iya, ini untukmu dan Ibumu, dari kami.” kata Bayu. “iya, terimakasih ya. tapi maaf nih Ibuku sedang istirahat, bagaimana?.” Ucap Salman dengan raut wajah sedikit bingung. “oh, tidak apa apa. Kita langsung pamit saja ya. Semoga Ibumu cepat sembuh.” kata Atikah. “lho kok buru-buru?” tanya Salman, “tidak kok, lagipula ini sudah malam.” jawab Bayu. “kita pulang dulu ya! Assalamualaikum.” kata Atikah, Bayu, dan Bherta. “waalaikumsalam.terimakasih ya semuanya.” balas Salman.
Di sekolah Atikah, Bherta, dan Bayu menanyakan pada Salman tentang keadaan Ibunya. “alhamdulillah sudah baik, terimakasih ya teman-teman.” kata Salman. “ya!kita kan sahabat harus saling tolong menolong bukan?” kata Bherta. “ya! itu gunanya sahabat.” kata Bayu, “sahabat sejati takkan terlupakan!!!.” kata Atikah. “hahahahaha..” tawa mereka bersama.
Pagi hari mereka sepakat untuk pergi ke pantai untuk refresing. Saat mereka kumpul mereka bingung ingin kemana lalu Atikah mempunyai ide untuk pergi ke pantai di gunung kidul. Lalu mereka semua sepakat untuk pergi kesana, mereka berangkat dengan perasaan senang. Ditengah perjalanan mereka bingung jalan pergi kesana.
Setelah sampai di pantai sundak mereka langsung berenang di pantai. Pada saat Bayu asik berenang ada hewan yang menempel dikakinya. Kemudian Bayu langsung ke daratan dan langsung membuang hewan itu, ternyata hewan itu adalah bintang laut. Mereka bermain air dengan perasaan riang gembira.
“setelah ini kita kemana lagi?” kata Bayu. “Gimana kalau kita ke pantai krakal” jawab Bherta. “yukkk…” mereka serempak
Setelah selesai mereka kemudian ke pantai krakal. Disana mereka mencari beraneka binatang laut yang indah. Namun tanpa disengaja kaki Bherta terjepit di sela-sela karang. Kemudian mereka mencoba mengeluarkan kaki Bherta dari terumbu karang itu, tapi tidak berhasil. Kemudian mereka meminta bantuan pada orang-orang yang berada di pantai itu. Akhirnya kaki Bherta berhasil keluar dari terumbu karang setelah karang itu di hancurkan.
Perjalanan Mereka dilanjutkan kembali ke pantai Indrayanti, meskipun mereka bolak-balik arah tapi mereka tidak kecewa karena disuguhi pemandangan yang indah. Di pantai Indrayanti mereka berenang di pantai, namun pada saat itu air laut sedang pasang jadi mereka mengurungkan niat untuk berenang di pantai Indrayanti.
Kemudian mereka pergi ke pantai kukup. Mereka disana hanya duduk sambil makan dan minum, Pada saat ada sebuah rumah penduduk di pinggiran pantai yang rubuh. Mereka pun menolong orang yang ada didalam reruntuhan itu bersama pengunjung yang lain. Orang tua yang tertimpa reruntuhan itu berpesan “janganlah kalian berani melewati jalan kecil di dekat pohon  itu jika kalian ingin selamat!”.
Mereka pun menuruti kata orang tadi untuk tidak melewati jalan itu. Bherta melihat ada seorang laki-laki yang melewati jalan itu dan ia langsung melarangnya tapi orang itu tidak percaya akan hal itu. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke pantai wediombo. Disana mereka senang karena udaranya segar, air launya masih jernih dan belum tercemar. Mereka ingin sekali memancing disana tapi mereka tidak membawa alat pancing, mereka hanya bisa melihat pemandangan yang indah.
Kemudian mereka pergi ke pantai sepanjang. Pada saat perjalanan tiba-tiba Salman merasa aneh dengan motornya. Kemudian dia berhenti untuk mengecek motornya. Ternyata roda motor Salman bocor, kemudian mereka mencari tukang tambal ban.
Setelah lama mereka mencari, akhirnya mereka menemukan tukang tambal ban. Kemudian mereka menunggu sambil sholat di mushola, setelah selesai mereka pun kembali ke tukang tambal itu, ternyata mereka salah dugaan. Tukang tambal itu mereka duga adalah laki-laki, ternyata dia adalah seorang perempuan yang mirip dengan laki-laki. Setelah mereka membayar, mereka langsung melanjutkan perjalanan ke pantai sepanjang.
Setelah mereka sampai ke pantai sepanjang mereka bermain pasir. Setelah mereka selesai bermain pasir mereka langsung sholat dhuhur di musholla. Mereka sholat dengan hati yang senang. Pada saat sholat Afna lupa sudah rokaat ke berapa. Kemudian dia mengulangi sholatnya.
“Gimana nih udah siang, mau lanjut gak?” kata Bherta. “Lha gimana, aku juga nggak tahu” kata Salman. “Bagaimana kalau setelah ini kita ke pantai Baron?” kata Bayu. “Aku setuju!!” jawab mereka kompak. “Tapi kita beli bensin dulu ya, bensin motorku mau habis nih…” kata Bherta.
Setelah mereka berdiskusi lama, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke pantai baron. Pada perjalanan mereka merasa lapar dan haus. Setelah sampai mereka langsung memesan makanan dan minuman di pantai baron. Setelah selesai makan mereka langsung bermain di pantai. Disana mereka kaget karena disana terdapat air yang bukan air laut tapi air tawar.
“kok disini aneh ya?” kata Bherta. “aku juga nggak tahu kok bisa begini” kata Bayu. “ngapain diurusin, kita bermain di pantai aja ya…” ajak Bayu. “Bentar dulu lah, baru liat pemandangan indah nih fan” kata Salman. “ya udah aku bermain dipantai dulu ya’ kata Bayu. “Aku ikut fan” kata Atikah. “ayok…” kata Bayu.
Kemudian Bayu dan Atikah bermain di pantai. Mereka melihat ada orang ada di tengah pantai, kemudian Bayu dan Atikah kesana. Ternyata disana merka bisa berdiri di atas daratan yang ada di tengah pantai. Kemudian mereka memanggil Bherta dan Salman, Bherta dan Salman kaget karena mereka melihat Atikah dan Bayu. Kemudian Bherta dan Salman ke tempat itu, dan mereka pun bermain disana.
Kemudian mereka ke daratan untuk ganti baju, ketika Atikah dan Bayu duluan, Salman mengajak Bherta ke pantai lagi. Mereka berdua duduk di pinggir pantai, kemudian Salman menembak Bherta. Bherta pun bingung mau menjawab apa, setelah lama bherta pun akhirnya mau menjadi pacarnya Salman. Kemudian mereka berdua ganti pakaian.
Setelah ganti pakaian mereka langsung makan di pantai baron. Sebelum mereka pulang mereka berfoto untuk kenang-kenangan. Salman dan Bherta bercerita tentang hubungan mereka. Kemudian Bayu dan Atikah kaget, karena mereka itu sebelumnya nggak deket banget. Bayu dan Atikah berdoa supaya mereka langgeng. Setelah makan selesai mereka langsung pulang dengan perasaan bahagia.


                                                                        Nama : Salman Nurrahman
                                                                        Kelas  : IX F / 24       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar