Kepulangan
Yang Melelahkan
"Allahhuakbar
allahhuakbar…" suara takbir mulai berkumandang. Aku melangkahkan kaki satu
demi satu sambil menyelampirkan sajadah
bersama kakakku, Agung. Kami bersama berjalan menuju lapangan yang tak
terlalu luas, yang sudah dipenuhi banyak orang yang akan melaksanakan sholat
Idul Fitri. Ramainya hari itu, sepulang dari sholat aku dan kakakku
melangkahkan kaki kami sedikit demi sedikit untuk pulang kerumah, suasana
sepulang sholat orang-orangpun saling bersalaman untuk meminta maaf satu sama
lain. Handphone yang berada dalam saku kakakku mulai bergetar tanpa suara (Silent). Kakakku dengan bergegas
mengambil dan mulai melihatnya.
Ternyata ada
pesan yang masuk dari Eska teman kami, yang bertulis dengan singkat
"., ayo prei2 pit2tan!" (“.,
ayo liburan sepedaan!”),
dengan
singkat pula kakakkupun membalasnya
"y" (“ya”).
Di desaku
terdapat sebuah geng yang bernama BOSEDO “Bocah Seneng Dolan” yang
beranggotanya gokil-gokil yaitu Aku (Imam), Agung (kakakku), Eska, Pingkan,
Dwi, Candra, Ican, Fatur, Surya (biasa dipanggil Didot), dan Abi. Kami mulai
membentuk geng ini saat aku duduk di bangku kelas delapan SMP. Kami “BOSEDO”
sering bermain bersama dan sering mengadakan acara sepedaan ataupun
jalan-jalan.
Satu minggu
berlalu, didesaku diadakan acara Hallal Bil Hallal yang dihadiri oleh semua
warga kampung. Acaranya pun heboh dan menarik. Diacara Hallal Bil Hallal ini
sekaligus pembagian hadiah lomba keagamaan yang di selengarakan pada bulan Ramadhan lalu. Dan di acara itu juga
ada penampilan sahabat segeng kami yaitu Pingkan, Dwi, Eska, Candra. Itulah
yang kami tunggu-tunggu di acara itu. Malam semakin larut, acara itupun mulai
selesai dengan berjabat tangan saling memaafkan kesalahan-kesalahan yang sudah
dilakukan. Semua warga kampungpun pulang ke rumah masing-masing kecuali anggota
organisasi pemuda-pemudi di desaku dan kami anggota BOSEDO. Anggota organisasi
pemuda-pemudi didesaku tidak langsung pulang karena mereka harus memberesihkan
dan memberesi semua peralatan dari acara tadi.
Tidak haya aku
dan kakakku yang mendapat pesan dari Eska, namun semua teman-teman satu geng
bersamaku juga mendapat. Teman yang mendapat pesan yang sama denganku dan
kakakku seminggu yang lalu mulai berkumpul, kecuali Abi yang beralasan
mengantuk. Di tempat yang sungguh bising dengan suara gelas yang saling
bersenggolan satu sama lain, kami semua terkumpul.
Eska dengan
lantang berbicara,
"sesok
pit-pitane loo…! ning TAMSAR" (“besuk sepedaan lho…! Ke-TAMSAR”),
Agung kakakku
menjawab dengan suara yang tak terlalu keras,
"yo ning
aku diboncengke" (“ya tapi aku berbocengan”),
Dwi dengan suara
kerasnya mulai angkat bicara,
"aku sing mboncengke,
Gung!" (“saya yang boncengin, Gung!”),
Agungpun
menjawab dengan suara yang keras pula,
"yo"
(“ya”).
Tiba-tiba Fatur
mulai mendekat dan dengan suara yang pelan ia bicara,
"laah aku
sesok mbonceng sopo?" (“laah aku besuk bonceng sapa?”),
Agungpun mulai
memberi saran pada Fatur,
"SMS Abi
wae, tok kon mboncengke!" (“SMS Abi aja, kamu suruh boncengan”).
Fatur langsung
mengambil handphonenya dan mulai memainkan jari-jemari (menulis pesan untuk
Abi), dengan cepat Abi menyanggupi.
Eska yang
terdiam tak lama kemudian mulai angkat bicara, dengan suara yang agak keras
mengatakan,
"wess sesok
loo, Dot sesok lo!" (“wess besuk loo, Dot besuk lo!”),
Didot pun mulai
membalas,
"iyo-iyo
aku yo krungu" (“iya-iya aku juga dengar”).
Sedikit demi sedikit
kami mulai melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, setelah sholat
subuh aku dan kakakku Agung mulai menghampiri rumah Pingkan, karena rumahnya
yang paling dekat dengan masjid di desaku.
Pingkan mulai
keluar dengan muka yang sangat mengantuk, dengan muka yang mengantuk itu dia
berkata,
"nganggo
kaos iki to?" (“pakai kaos ini kan?”),
Kami berdua
membalas,
"ho'oh"
(“iya”).
Dengan bantuan Pingkan kami mulai
menghampiri rumah teman-teman yang lain. Setelah beberapa menit, semua sudah
berkumpul dan kamipun mulai berangkat menuju tujuan. Di perjalanan Agung dan
Dwi sering bertukar posisi agar tidak mudah lelah, itu juga dilakukan oleh Abi
dan Fatur.
Setelah beberapa
jam menempuh perjalanan yang panjang dengan bersepeda, kami sampai di tempat
tujuan, yaitu TAMSAR (Taman Sari). Sesampainya disana kami langsung memarkirkan
sepeda masing-masing dan kamipu mulai berputar-putar mengelilingi TAMSAR sambil
memakan bekal yang kami bawa. Selesai makan kami meneruskan perjalanan, setelah
beberapa menit kami berjalan ternyata kami menemui penjual satai keliling,
kebetulan pada pagi itu semua belum makan pagi (sarapan) karena kami berangkat sehabis
sholat subuh. Aku dan teman-temanku membeli satai itu dan di makan bersama di
pinggir jalan. Selesai makan satai kamipun mulai meneruskan perjalanan.
Ditengah perjalanan tiba-tiba Abi
berkata,
"aduh aku kepeseng!" (“aduh
perutku sakit!”),
Ican mulai
berkata,
"yo muter
karo golek WC umum" (“ya muter sambil mencari WC umum”),
Abi membalas,
"yoh"
(“ya”).
Setelah agak
lama kami berjalan, kami menemukan WC umum.
Kami dengan
serentak mengatakan,
"gek mlebu kono"(“cepat masuk
sana”),
Abi pun masuk ke
dalam WC umum tersebut. Saat Abi didalam, Candra dengan suara yang agak
mengejek dan keras mengatakan,
"ayo muleh Abi tinggal! " (“ayo
pulang Abi ditinggal”),
Abi pun berkata
dengan tidak jelasnya,
"lhoo…"
(“lho…”)
tiba-tiba Abi
keluar dan berkata,
"ee… ra
sido" (“eee… ngak jadi”),
kamipun tertawa terbahak-bahak
mendengarnya. Setelah itu kamipun mulai meneruskan perjalanan (memutar-mutar
TAMSAR), setelah capek kamipun memutuskan untuk pulang, tetapi di tengah-tengah
perjalan menuju tempat parkir sepeda, tiba-tiba seekor anjing terlihat dari
kejahuan. Candra yang sangat ketakutan mulai lari terbirit-birit. Ia pun mulai
meminta kami untuk melewati jalan memutar, dengan terpaksa kamipun menyanggupi
permintaan Candra. Kami melanjutkan perjalanan menuju tempat parkir, sambil mencari
jalan lain kami semua mengobrol kecuali
Candra yang masih memantau ada anjing atau tidak. Setelah beberapa menit kami
memutar-mutar TAMSAR kamipun sampai di tempat tujuan (tempat parkir).
Sesampai
di tempat parkir kami tidak berlama-lama tetapi langsung mengambil sepeda dan
pergi.
Kamipun pulang
bersama-sama, saat ditengah perjalanan Eska bekata,
"ayo mangan
soto nong ngarep Alun-alun" (“ayo makan soto di depan Alun-alun”)
kami menjawab
dengan semangat, kecuali Abi yang masih merasa sakit perut,
"ayo"
(“ayo”).
Setelah sampai
di tempat yang kami maksud, kami mulai duduk dan memesan soto satu persatu,
kami disitu beruntung karena teman kami Didot mau mentraktir minum kami.
Selesai kami makan dan membayar Abi mulai mengeluh lagi,
"ayo
konconi e!" (“ayo temeni e!”),
Agung mulai
menjawab,
"tak
kancani yo, Can melu" (saya temenin yo, Can ikut”)
Agung dan Ican
pun menemani Abi ke kamar mandi umum. Sesampainya di kamar mandi ternyata kamar
mandi umumnya tutup, sehingga kami menyruh Abi untuk bersabar. Kami meneruskan
perjalanan, setelah beberapa menit kami bersepeda, Abi berkata,
"madek dikek" (“berhenti sebentar”),
kami mulai
berhenti dan Abi menunjuk kesebuah masjid, kami pun menyadari maksud Abi
menunjuk ke masjid, yaitu untuk buang air besar, kamipun segera mengantarkan
Abi ke masjid yang ditunjuk, dan kamipun harus menunggu agak lama. Dengan cara
Candra saat di TAMSAR kami mulai menggoda Abi dengan suara yang rebut,
"ayo
tinggal!" (“ayo tinggal!”),
tetapi Abi tidak
menghiraukan dan hanya diam saja. Setelah beberapa menit menunggu, Abipun
selesai, kami mulai melanjutkan perjalanan untuk pulang kerumah. Kami mengayuh
sepeda dengan perlahan-lahan sambil mengobrol, tiba-tiba ketika kami bersepeda,
kami baru menyadari bahwa jalan yang kami lewati salah, setelah kami menyadari
bahwa salah kamipun memutuskan untuk putar balik dan menuju jalan yang benar.
Setelah beberapa menit bersepeda dan merasa lelah kami memutuskan untuk menuju
ke Taman Pintar untuk beristirahat dan sedikit bermain, untungnya jalannya satu
arah dengan Taman Pintar.
Sesampainya
disana kami langsung memarkirkan sepeda kami. Setelah memarkirkan kami langsung
masuk dan bermain-main di dalam. Kami pun tak menyadari bahwa kami sudah lama
disana dan hari mulai siang, setelah kami sudah puas beristirahat dan bermain
kami mulai melanjutakan perjalanan pulang. Dengan cuaca yang panas dan terik karena
waktu sudah menunjukan siang hari kami bersepeda dengan perlahan-lahan, kecuali
Didot dan Abi yang kebut-kebutan. Setelah beberapa jam, kamipun sudah dekat
dengan rumah. Saat diperjalanan tiba-tiba Dwi yang memboncengkan Agung
kehilangan kendali tanpa sebab dan jatuh, Agung yang duduk dibelakang langsung
turun dari sepeda dan Dwi jatuh bersama sepedanya yang hampir masuk ke dalam
sawah dekat dengan pinggir jalan raya. Agung yang melihat itu hanya bisa
membantu mendirikan sepedanya sambil tertawa melihat Dwi berselimut debu.
Mereka beruntung karena yang melihat peristiwa itu hanyalah Ican yang tepat di
belakang Mereka sambil tertawa terbahak-bahak. Agung pun memaksa Dwi untuk
bergantian agar tidak terjadi peristiwa yang sama lagi. Kami semua meneruskan
bersepeda bersama kembali di bawah sinar matahari yang sangat terik menuju ke
rumah.
Sesampainya
di desa, kami tidak langsung pulang ke rumah masing-masing,tetapi kami
mengobrol dan menceritakan peristiwa yang terjadi tadi dirumah Abi sambil
tertawa-tawa.
Nama :
Imam Nur Rohman Kelas :
IX F / 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar