9F 9F 9F
.
.
.
" Walau hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi yakinlah semua akan berjalan dengan indah "
.
.
.

Minggu, 15 Desember 2013

KISAH SECANTIK SENJA

KISAH SECANTIK SENJA

Awan gelap yang datang dari balik pegunungan, mengisyaratkan kepada setiap insan bahwa akan turunnya hujan. Cahaya nan cepat yang diikuti bunyi yang menggelegar diatas awan. Garis-garis biru yang menjalar ditubuh awan nan hitam. Sekian cepat awan itu sudah diatas hutan. Sekelompok burung Kuntul menyelinap kedalam hutan itu. Dari kejauhan daun-daun itu bergoyak satu sama lain, terlihatlah air yang turun dari awan hitam, yang kian cepat menuju kearah desa ini. Pepohonan disekitar gubug mulai melambai-lambai seolah ingin member tahu akan datangnya hujan yang kian mendekat. Titik demi titik air satu per satu mulai membasahi tanah yang sebelumnya gersang. Suara nan keras yang ditimbulkan akibat derasnya hujan kali ini, yang mengenai atap seng gubug ini. Didalam gubug air juga berjatuhan dari atas karena atap yang sudah dimakan usia.

Ditritisan depan gubug, Tedjo dan Simbok menikmati secangkir kopi hitam dan ketela rebus yang masih hangat, yang baru saja direbus simbok. Menikmati sambil mengamati hujan yang mulai mereda. Sawah disekitar gubug pun airnya meluap. Arus Aliran kali dipinggir sawah juga sangat kuat. Pepohonan sekarang tampak hijau segar. Udara yang sebelumnya panas gersang berganti menjadi dingin. Diantara awan yang dikit demi sedikit mulai membelah terlihatlah mentari yang ingin kembali keperaduannya. Lama-kelamaan mentari sudah berada diufuk barat dibaik pegunungan yang hijau kegelapan. Warna jingga yang cantik bergradasi dengan hijau yang terkena sinar dan gelap diantara pepohonan yang tak dapat cahaya menambah kecantikan senja dikala itu. Seperti lukisan seniman diatas kanvas namun bedanya kalau yang ini nyata. Senja yang cantik.
Seperti kisah asmara Tedjo dengan seorang gadis desa seberang yang bernama Surtinem. Tedjo adalah seorang anak desa yang tumbuh menjadi remaja desa nan lugu. Sedangkan Surti adalah seorang gadis nan ayu, anak dari bapak Kades Sukamaju. Mereka berdua mengenyam pendidikan yang sama di Sekolah Menengah Atas di SMA N 2 Sukamaju. Prestasi keduanya pun cukup bagus. Tedjo yang kesehariannya sebagai orang desa, namun dia pintar dalam berbahasa Inggris. Namun Surti gak mau kalah, Surti juga sangat pandai dalam bidang MIPA. Cita-cita keduannya setelah SMA adalah bisa kuliah di kota Yogyakarta. Namun bedanya Tedjo ingin meneruskan ke Fakultas Arsitektur, sedangkan  Surti ingin masuk ke Fakultas Kedokteran.
            Kisah asmara ini dimulai ketika keduannya masih duduk di bangku kelas 11 SMA. Suatu pagi, suara seruan-Nya dipagi itu mulai terdengar. Jam weker peninggalan kakeknya pun bunyi. Tak ketinggalan handphone bututnya juga ikut bunyi. “Allahu Akbar Allahu…..akbar. Kring….kring….kring…. Tut tut tuttut….” Begitulah suara dikamar Tedjo. Suara yang salin bersahut-sahutan. Setelah mematikan semua alarm di handphone dan jam weker segeralah Tedjo sebagai seorang muslim yang taat maka dia bangun dan mengerjakan dua rakaat kepada Tuhan pecipta alam semesta. Setelah bangun dari ranjangnya Tedjo pun membangunkan simbok. Menjalankan sholat berjamaah bersama simbok sudah menjadi kebutuhan di kesehariannya. Air wudhu yang dingin pun menjadi obat yang paling mujarab untuk menyegarkan wjah yang masih ngantuk. Tedjo dan Simbok lanjut ke mushola yang kecil, walaupun begitu tempatnya bersih, karena setiap harinya dibersihkan oleh Tedjo setelah sholat. Kemudian mereka beribadah dengan khusuk. Ketika sholat sudah selesai Tedjo dan Simbok beum juga beranjak dari duduknya, namun mereka memanjatkan do’a sambil memejamkan mata, sungguh khusuknya. Berdo’a atas semua karunia dan rahmat dari Tuhan yang Maha Esa atas wujud rasa syukur mereka oleh pemberian-Nya.
            Didalam do’a Tedjo terselip bayang-bayang pertanyaan yang masih ada dipikirannya “Ya Allah, apakah hambamu ini bisa melanjutkan kuliah ? Hamba hanyalah seorang anak pedagang yang jauh dari kata Pendidikan Tinggi. Jika Engkau mengizinkan hamba, bantulah hamba. Lancarkanlah jalan kesuksesan itu. Agar hamba bisa membahagiakan orang-orang disekitar hamba, terutama Simbok yang selama ini banting tulang sendirian untuk menghidupi aku dan Simbok sendiri. Jika Engkau tidak mengizinkan, hamba mohon bantulah hamba mejadi seorang yang berguna dan ermanfaat bagi orang lain, bangsa, dan agama.” Do’a dari Tedjo.
            Setelah sholat Tedjo memberihkan mushola sedangkan Simbok lanjut ke dapur untuk mempersiapkan sarapan dan dagangannya untuk berjualan ke Pasar pagi ini. Mushola pun bersih, Tedjo kemudian keluar gubug untuk olahraga sebentar, ketika Tedjo keluar terihatlah sinar-sinar sang surya dari Timur yang akan menerangi bumi dihari ini. Kokokan ayam jantan silih berganti, bersahut-sahutan menandakan hari mulai pagi. Setelah badan tersa segar bugar Tedjo kembali masuk kedalam untuk membantu Simbok yang sedang menyiapkan sayuran kedalam wadah untuk dijual di Pasar. Selesai membantu Tedjo langsung mandi, dan persiapan menuju sekolah. Ketika Tedjo sedang pake seragam, Simbok berteriak “Le Djo, Simbok tak berangkat dulu ya le.” Ucap Simbok sedikit berteriak. Selanjutnya Tedjo sarapan pagi, dengan menu nasi putih dipadu dengan sayur asam, lauk pauk tahu tempe. Makanan nan sederhana namun mengandung nilai gizi yang tinggi. Walaupun begitu Tedjo tetap mensyukurinya, karena ini semua karunia Tuhan. Tedjo pun berangkat dengan sepeda onthel peninggalan dari kakeknya. Sepeda yang dulu menjadi saksi bisu perjuangan mengusir dia yang berambut pirang. Ya, kakeknya Tedjo adalah seorang pejuang yang membela tanah air Indonesia melawan Belanda.
            Tedjo berangkat ke sekolah dengan wajah yang menebar senyum, senyum yang lebar kepada siapa saja. Orang belum mengenal Tedjo pasti beranggapan bahwa Tedjo adalah orang gila. Namun bagi Tedjo itu motto didalam hidupnya yang berasal dari pepatah Mbah Darmo “Hari ini akan lebih dari hari kemarin, jika kita mengawalinya dengan senyum dan do’a.”
            Sesampainya didepan gerbang sekolah Tedjo turun dari sepeda tuanya, menuntun masuk ke halaman  parkir. Berjabat tangan kepada guru piket yang menyambut didekat pintu gerbang. Menutun sepedanya ke halaman parkir dengan diikuti oleh dua orang. Ternya kedua orang itu adalah teman sekelas yaitu Tono dan Toni. Keduanya adalah anak kembar yang sulit dibedakan. Belum menyapa ataupun berjabat tangan keduanya terus langsung bertanya kepada Tedjo tentang PR Bahasa Inggris. “Eh Djo, Lu udah ngerjain PR belum?” Tanya Toni. “PR yang aa aa apa to? “ jawab Tedjo dengan gugup. “Gakusah berlagak gaktau deh lu” Jawab Toni. Tono pun juga sempet kaget “Aduh, emange ada PR apa to Ni ?” (Tono bertanya dengan lirih kepada Toni). “Ya, PR Bahasa Inggris, PR dari Bu Kartinem.” Balas Toni. Selanjutnya Tedjo ingin meninggalkan parkiran dengan maksut ingin masuk ke kelas, namun baru berjalan beberapa langkah Tono dan Toni langsung menarik tas yang dibawa Tedjo. “Mau kemana ? lu” Tanya Toni sambil melototin Tedjo. “Ma ma ma mau masuk kelas Ton.” Jawab Tedjo lagi sambil gugup. Kemudian Tono dan Toni melepaskan Tedjo.
            Tedjo lanjut masuk kekelas, kelasnya adalah kelsa 11 D sebangku dengan sahabatnya yaitu Parto. Didalam kelas sudah ada beberapa teman yang bercanda, bercerita, gosip, dan lain-lain. Bel masuk pun sudah berbunyi “tet…tet…tet….” Tanda jam pelajaran pertama dimulai. Pagi ini pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris, masih banyak temannya yang masih sibuk mengerjakan PR bahasa Inggris padahal Ibu Tukiyem sudah dalam perjalanan menuju ke kelas. Langkah sepatu bu Tukiyem semakin dekat, dan kemudian terlihatlah dipintu kelas sesosok guru yang beranjak tua, berkacamata, memiliki tahi lalat dibagian hidung. Tatapannya yang tajam menambah kesan guru yang galak. Setelah bu Tukiyem masuk para siswa maupun siswi pun gelalapan merapikan buku dimeja masing-masing ataupun mengembalikan buku keteman. Buku yang dipinjam untuk melihat pekerjaan orang. Ciri-ciri siswa-siswi dimasa kini. Namun berbeda dengan Tedjo yang malah tenang, dan tersenyum sambil melihat sekeliling kelas. Wajah-wajah yang terlihat takut. Kemudian bu Tukiyem duduk dan siswa-siswi memberi penghormatan kepada bu Tukiyem. “dok..dok..dok..dok” suara gebrakan meja oleh ketua untuk member tanda penghormatan, kemudian anak-anak pun memberi sapaan “Good morning mom….” Sapaan anak-anak yang keras dan kompak. Kemudian semuannya duduk. Bu Tukiyem menyuruh muridnya mengeuarkan PR bahasa inggris kemarin. Semuanya murid mengikuti suruhan bu Tukiyem, namun Tono dan Toni masih pada sibuk sendiri mencari buku di tasnya yang berisi kerjaan dari bu Tukiyem. Ternyata didalam tasnya gak ada, beberapa menit mereka berdua sibuk sendiri. Kemudian Tono ingat bahwa buku punya Tono terselip di buku Indah, sedangkan bukunya Toni dilaci meja. Mereka berdua yang mimik wajahnya pucat menjadi senyum-senyum dan berlagak jagoan.
            Tedjo pun disuruh menuliskan PR dan menerangkan kepada teman-temannya. Tedjo lanjut maju, dan kemudian menulisnya dan menerangkannya. Bu Tukiyem pun memberi apresiasi kepada Tedjo. Tedjo selanjutnya disuruh kembali ke tempat duduknya. “Tedjo.. Tedjo, kamu memang anak yang pintar, seorang anak desa yang mau berusaha. Aku bangga punya murid seperti kamu” kata bu Tukiyem dalam hati sambil memerhatikan Tedjo. Setelah tiga jam pelajaran, tanda istirahat pun berbunyi. Kemudian Tedjo dan temannya isitrahat, Tedjo dan Waluyo pergi kekantin untuk sekedar duduk dan beli makanan. Di kantin mereka berdua duduk disebelah cewek-cewek yang sedang asyik satu sama lain ngobrol. Namun Tedjo sambil memegang bakwan, dia terpesona oleh gadis yang duduk didepannya, gadis yang sedang tersenyum dan tertawa dengan candaan bersama temannya. Tedjo terus saja membayangkan gadis itu, tanpa sepengetahuannya dia sedang mengoles-oleskan gorengannya dengan saus cabai.
            Dalam keadaan yang masih tidak sadar Tedjo yang kaget karena bel masuk sudah berbunyi dan memakan gorengan tadi yang penuh dengan saus cabai, seketika itu juga Tedjo sadar dan kepedasan akibat gorengan yang penuh dengan cabai tadi. Dalam keadaan kepedasaan Tedjo terus lari ke kantin untuk beli minuman. Setelah itu Tedjo dan Waluyo kembbali ke kelas dan mengikuti pelajaran selanjutnya. Hari hari berikutnya Tedjo dikelas sering melamun dan tersenyum sendirian. Dan suatu hari dia ingin mempersudahi rasa yang kian menggebu-gebu untuk menyatakan isi hatinya kepada gadis itu. Pada saat pulang sekolah dijalan Tedjo ketemu dengan gadis itu. Dibawah pohon waru yang besar, Tedjo dan Surtinem berkenalan dan meminta no telepon. Hari demi hari sampai berbulan-bulan Tedjo dan Surti menjalani pendekatan dengan smsan, telpon-telponan, dan lain-lain. Sampai akhirnya di kelas 12, Tedjo ingin menembak Surti pulang sekolah. Keduanya janjian di tempat keduannya berkenalan.
            Sambil membawa sekuntum mawar merah dan berpakaian rapi dan maco Tedjo melangkahkan kakinya untuk mengayuh sepeda onthelnya. Terlihat dari kejauhan, seorang gadis yang cantik sedang duduk. Tedjo pun menghampirinya dan berkata “Udah lama ya nungguinya?” Tanya Tedjo. “Enggak juga.” Jawab Surti. Keduannya pun bercerita kesana kemari. Disaat yang ditunggu pun akan segera dilaksanakan. Tedjo meminta Surti untuk memejamkan mata, kemudian Tedjo mengeluarkan sekuntum mawar merah tadi. Dan selanjutnya menyuruh Surti membuka matanya  dengan suara yang romantis Tedjo berkata “Mau kah kamu menjadi pacarku, Surti?” kata Tedjo. Surtipun malah termenung dan menjawab dengan lirih “Maafkan aku Tedjo, aku gak menerima sekarang karena aku ingin fokus ke pendidikan”
           
Tedjo yang sehari-harinya tersenyum sekarang menjadi seorang yang wajahnya murung.


4 Tahun Kemudian……………….

            Tedjo sudah sukses dan menjadi arsitektur professional dan Surti menjadi seorang dokter. Keduannya pun dipertemukan lagi dalam sebuah acara, keduannya pun sekarang berhubungan lagi, mencoba pendekatan. Dan tak lama kemudian Tedjo dan Surti berpacaran. Di tahun berikutnya mereka menikah dan mempunyai seorang anak yang pintar dan cantik. Dan tinggal disebuah rumah hasil rancangan Tedjo.  Sebuah kisah yang seperti senja dikala itu, awan yang gelap dan hujan dan berubah menjadi senja nan indah.



SELESAI










Nama               : Gagah Nur Huda
Kelas               : IX F

No.                  : 06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar