Liku-Liku
Cinta dan Duka
Burung-burung
berkicauan, mentari mulai menyembunyikan diri, angin berhembus ringan tanpa
beban, dibawah pohon rindang yang teduh. Secarik kertas melayang dari tanganku
berpindah ke tangan Nia, bukan surat cinta maupun duka tapi surat maafku kepada
Nia, bukan tanpa alasan kuberikan kertas itu. Kemarin saat jam kosong di kelas
sebuah buku kecil penuh coretan tinta hitam kutemukan di atas ubin kelas kubacakan
lantang isi buku itu, tak tahu pemilik buku itu tiba- tiba dengan sekejap tanpa
disangka, Nia menyerobot buku itu dari belakang tak kusangka Nia pemiliknya
hingga diri ini merasa bersalah sekali, beribu kata maaf kulontarkan tapi tak
di anggapnya, baru kali ini dia mau menemuiku dan menerima surat maafku itu.
Sambil ia membaca suratku diriku menikmati keindahan alam sekitar tiba-tiba
terdengar suara es krim terbesit pikiran untuk membelikan es krim untuknya.
“ Bang beli, es krim dua rasa coklat
sama strawberry”
“ Iya dek, ini es krim nya”
“ Berapa bang”
“ Lima ribu aja dek”
“ Ini bang uangnya, makasih ya”
“ Oke”
Ku
mendekati Nia yang sudah selesai membaca suratku, dengan wjah lugunya dia
terrsenyum padaku. Hati berdegup tentang tanggapan atas permintaan maafku.
“ San, gimana diterima kan maafku?”
“ Enggak, ngapain aku maafin kamu,
kamu orangnya jail”
“ Aku kan gak tau, maafin aku
dong…. Please”
“ Sama aja”
“ Ya udah ini es krim buat kamu,
biar kamu maafin aku”
“ Makasih ya es krim nya, aku maafin
kamu deh biar kamu gak nangis”
“ Ngejek aja bisanya, yaudah aku
pulang dulu”
Malam mulai gelap dan
rembulan mulai bangun dari persembunyian aku pun mulai menapaki jalan setapak
untuk menuju istana tercinta. Sesampainya di rumah aku langsung berbenah diri
bersiap makan malam bersama. “ Ren, cepat keluar makan malam sudah siap” teriak
ibu memanggilku, “ Iya, bu” jawabku, kemudian aku menuju meja makan untu
menikmati hidangan alakadarnya ini, selesai makan kami bercengkrama sebentar
sambil menunggu makanan turun ke perut, selesai bercengkrama aku langsung
menuju ke kamar untuk bersantai, serambi bersantai ku tak sengaja membayangkan
wajah manis dan lugu Nia. Dari balik pintu ibu menyuruhku untuk belajar sekejap
saja lamunan itu buyar tak tersisa. Aku menuju meja belajarku kubuka buku
matematika buku yang penuh liku dan selalu berujung kubuk lembar demi lembar
kufahami rumus demi rumus tak sadar mata pun mulai terasa perih sampai kepala
ku taruh di atas buku dan ku pejamkan mataku secara perlahan.
Jago
mulai berkokok merdu kuda besi berlalu lalang kesana kemari dengan rapi awan mendung
tutupi sang surya. Terbangunlah aku dari dunia semu,fana menuju dunia yang
nyata nan membingungkan ini kutengok penunjuk waktu di sudut rumahku, aku
bergegas menyiapkan diri untuk melakukan rutinitas yang harus kukerjakan saat
ku mulai siap tercium bau harum masakan ibu tercinta, dengan segera aku menuju
ruang makan tak lupa aku mencuci tangan, ayahku yang sedang asyik bermain
dengan cemarinya pun mencium bau harum masakan ibu dan bergegas menuju ruang
makan, selesai makan aku menyiapkan sepeda motor tak bermesinku yang selalu ku
kayuh setiap pagi untuk menimba ilmu, kuambil tas ku dan memakai sepatu tak
lupa aku meminta restu dengan orang tua seperti anak kebanyakan aku tak luput
meminta uang saku kepada ayahku.
Sesampai
disekolah pak satpam menyambutku dengan senyuman khas nya aku bergegas menuju
parkiran sepeda untuk memarkirkan sepedaku sekaligus menemui sahabatku yang
juga sedang memarkirkan sepeda.
“ Dil, tunggu” teriakku dengan keras
“ Ada apa, to?” dengan logat
medokanya
“ Ga papa”
Dia
juga tahu tentang masalah yang ku alami dua hari lalu dengan Nia, walaupun
Fadil agak cuek tapi tetap menayakan masalahku dengan Nia.
“ Ren, kamu udah dimaafin po sama
Nia”
“ Hemmmmmmm…….” (pikirku panjang)
“ Cepet e aku penasaran tau”
“ Udah dong, dia kan orang nya
pemaaf”
“ Benerkan tebakanku, kalau dia
bakal maafin kamu karena surat itu”
“ Sapa bilang karena surat itu, dia
maafin aku karena es krim yang kuberikan sama dia
kemarin
sore” nadaku nyolot.
Dari
belakang tiba-tiba kawanku Pras mendekati kami.
“
Ayo kita masuk ke kelas” ajaknya padaku dan Fadil
Bel
jam pelajaran berbunyi kamipun segera masuk ke kelas, aku dan Fadil segera
mencari tempat duduk andalan kami, pojok kiri atas “ hey kalian berdua kaya
pendukungnya PKS (Pojok Kiri ataS) aja selalu duduk di situ saja gak pernah
pindah” celetuk temanku Thoriq. Pelajaran pun dimulai inilah pelajaran paling
membosankan bagiku, pelajaran yang mengulas masa lalu yang memang bagus
mengetahui sejarah dunia tapi masa depan harus siap dihadapi. Bel istirahat
berbunyi perasaan lega dan bahagai menggelayuti hati ini, aku pun menemui Nia,
dia yang sedang duduk santai dengan temannya membalas snyum kecil atas sapaan
yang kulontarkan, tak sadar tanpa kuucapkan sepatah katapun dan hanya tatapan
yang kuberi, bel masuk berbunyi “ Ah sialan belum jadi ngomong bel udah bunyi”
kesahku dalam hati. Sepulang sekolah aku kembali menemuinya tapi kali ini aku
tak sendirian tentu saja mengajak temanku Fadil tak disangka si Thoriq anak
jail itu coba mengganggu kami yang sedang mengikuti Nia, tapi usahanya dapat
digagal kawan kami yang encer otaknya
tentunya Pras, dia mensabotase sepeda Thotiq dengan cara menggemboskan
ban nya sehingga Thoriq lebih focus kepada sepeda yang ia punya daripada urusan
yang aku dan Fadil lakukan.
“ Pras thank you ya bantuanmu”
“ Gpp bro, kan kita teman”
“ Iya Pras, kalo gak da kamu gagal
maning rencana Rendy”
“ Udah buruan Ren dekatin dia mumpung dia di depan
tuh” doron Pras padaku yang sedang gugup gemetar.
Entah
apa yang kurasa detak jantung bagai balapan kuda pacu semakin cepat dan cepat
tak bisa berhenti walau seperskian detik, perasaan gugup, gelisah,dan sungkan
mencampur jadi satu membuat hati bergejolak tak menentu, perasaan biasa menjadi
luar biasa terhadap Nia. Siulan burung gereja awali langkah tegapku menemui
Nia, bukan aku yang melontarkan sapaan pertama tapi dia dengan senyum manisnya
menyapaku.
“ Hai Ren, ada apa?”
“ Gpp, cuma mau ngobrol sebentar
sama kamu” jawabku malu-malu
“ Ngobrol apaan”
“ Emmmmmmmm”
“ Cepetan ngobrol apa kamu buat aku
kepo tau gak” dorongnya padaku
“ Sebetulnya……..”
“ Sebetulnya apa”
“ Sudahlah besok saja aku kasih tau”
“ Nyebelin ah kamu, bikin orang
penasaran aja” sambil pergi meninggalkanku sejauh mungkin.
Aku
pun mulai mendekati Pras dan Fadil untuk mengambil sepeda dan pulang menuju ke
rumah di tengah perjalanan yang gerah bin panas banget ini, tiba-tiba seekor
anjing mirip Bulldog mengejar kami, aku dan Pras mengayuh dengan cepat tapi
Fadil tetap dengan kayuhan santai bukan karena dia tak takut anjing, karena
terlalu takutnya dia celana basah akibat ompol yang dia buat, kejadian
memalukan baginya sebagai siswa smp menurutnya, di persimpangan jalan kami
berpisah untuk melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah
ku parkir sepedaku lalu masuk ke rumah dengan mengucap salam,tapi tiada yang
menyahut ternyata di dalam rumah ada adikku yang berumur lima tahun yang sedang
asyik menikmati bung tidurnya. Aku pun langsung menuju ke kamar tercinta untuk
ganti baju dan rebahan dikasur tak terasa semakin lama mata ini terpejam untuk
menikmati bunga tidur.
Akhirnya
aku bertemu Nia perempuan juwita tiada tara tanpa Bu Diman( ibu kantin
sekolahku) aku mengungkapkan berjuta perasaan ku padanya. Kuminta dia menjadi
sang kekasih dihati dengan sepintal mawar merah putih bukan sebagai bendera
Negara tapi sebagai lambang pemersatu cinta kami kuungkapkan rasa cinta ini
padanya, Nia pun menerima cintaku dengan senyum sumringah, bukan hanya dia yang
sumringah tetapi aku juga yang sumringah karena perasaan yang terpendam dalam
kuburan hati sudah terbangun dan terucap, tapi dalam sekejap pandangan indah
lenyap. Pemandangan kapal pecah kembali terlihat, ternyata semua itu hanya
khayalan tingkat tinggiku yang hanya bisa jadi nyata di dunia fana penuh kehampaan
ini. Saat terbangun langit sudah gelap ini malam tetapi ini hanya langit yang
berselimut mendung akan turun hujan. Kulihat keluar jendela si Fadil, Pras, dkk
mulai menuju rumahku, aku segera keluar rumah untuk menemui mereka. “ Ren, mau
kemana” Tanya ibu yang sedang menonton acara tv kesukaannya, “ Mau main bu,
sama teman- teman” sahutku sambil berlari keluar rumah “ Iya tapi, jangan
malam-malam” Ujar ibuku, aku segera keluar rumah dan menemui mereka.
“ Wah pas banget
kw aku agi arep neng omahmu” celetuk Affandi kapten tim sepakbola sekolahku.
“ Aku kan wes delog seko jendela nek
kw bareng-bareng ape neng omahku” ucapku sok tau.
“
udah- udah cepat ke lapangan kita mau tandingan sama Smp 12”
Aku
dan kawan-kawan menuju lapangan Bhakti Setia Luhur untuk melaksanakan
pertandingan melawan Smp 12 Pancasila. Ternyata disana sudah banyak teman
skolah untuk menonton pertandingan ini, tak terkecuali wanita pujaan hatiku.
Fadil yang mengetahui hal itu mulai mengejekku “ Ciee.. cieeee, yang di tonton
si anu, nanti cetak gol buat dia biar seneng” “ aku kan bek mana mungkin cetak
gol” balasku, “ bisa aja lewat sepak pojok” balas kembali si Fadil. Kami semua
segera memasuki lapangan kecuali lima pemain cadangan aku sebagai bek tengah
harus bisa menjaga keperawanan gawang kipper kami. Babak pertama selesai dengan
skor kacamata, di babak kedua tim kami coba memainkan pemain andalan kami si
Pras mengantikan Thoriq yang hanya bisa meminta bola. Di babak kedua kami
mendapat sepak pojok pertama, aku pun maju kedepan untuk mencetak gol. Ternyata
benar kata Fadil lewat sepak pojok ini aku bisa mencetak goal lewat sundulan
kepala aku menuju ke pinggir lapangan untuk bergaya dan menunjukkan goal ku
untuk Nia, ia dipinggir lapangan tersunyum malu setelah aku mencetak goal. Akhirnya sekolah kami menang atas Smp
12 Pancasila.
Sepulang pertandingan
petang menjelang malam langit mulai cerah dengan warna orange indahnya aku menyatakan
persaanku dengan perasaan berdegup, saat kunyatakan perasaan ini dunia terasa
tinggal kami berdua walau sekeliling kami banyak orang. Nia diam sejenak tanpa
kata membisu tanpa suara kau seolah bingung mau menerima perasaan ini atau
tidak. Aku berfikir untuk memmberikan nya waktu “ San ga apa-apa kalau kamu gak
bisa jawab sekarang, terserah kamu mau jawab kapan kamu pikir pikir dulu aja
biar enak jadinya” Ucapku dengan nada pasrah bagai langit mulai mendung
kembali. Aku segera pulang kerumah bersama rombongan teman-teman tadi.
Sesampainya di rumah
wajah bimbang dan khawatir menyertaiku memasuki rumah ibu yang melihatku
bertanya padaku “ kok kamu murung Ren? Tim mu kalah” “ gak buk ga ada apa apa”
sahutku sambil menuju ke kamar. Ku coba merapikan kamarku kemudian membersihkan
diri, selesai diri ini wangi bersih aku menuju ruang keluarga untuk menonton tv
saat ku sedang asyik menikmati acara kesayanganku Pakbuker adikku menggangu dia
tak tahu bahwa perasaan ini gundah, aku pun marah dan mendorongnya ke lantai di
tak menangis tapi aku coba tetap meminta maaf kepada nya, sebagai tanda
permintaan maafku aku mengajak keluar rumah dan membelikan es krim untuknya.
Setelah aku membelikan es krim aku kemudian
sampai rumah ternyata ayah ibu sudah selesai makan malam karena aku
terlalu lama keluar dari rumah, aku dan adikku kemudian makan sendiri dengan
lauk seadanya tanpa tunggu lama aku kemudian menuju kamar untuk istirahat dan
tidur malam.
Esok paginya aku
menjalankan rutinitas yang monoton aku pergi sekolah tapi kali ini beda, aku
sendirian tanpa seorang pun yang menemani hanya besi tua yang kutunggangi. Sampai
di sekolah aku menuju kelas duduk di tempat biasa tanpa seorangpun di kelas
setelah hampir 15 menit baru semua
temanku datang. Pelajaran berjalan biasa dan seperti rutinitas biasa. Sepulang
sekolah aku melihatnya di pinggir lapangan basket aku mendekatinya ku genggam
sebuah gitar untuk ku mendekatinya. Dihadapanya kunyanyikan lagu Bruno Mars
untuknya.
Beautiful girls, all over the world
I could be chasin but my time would be wasted
They got nothin on you, baby
Nothin on you, baby
They might say hi, and I might say hey
But you shouldn't worry, about what they say
'Cause they got nothin on you, baby (Yeah...)
Nothin on you, baby.
I could be chasin but my time would be wasted
They got nothin on you, baby
Nothin on you, baby
They might say hi, and I might say hey
But you shouldn't worry, about what they say
'Cause they got nothin on you, baby (Yeah...)
Nothin on you, baby.
Entah apa yang terjadi dia tak memperhatikan aku
yang bernyanyi untuknya. Apakah diriku
seperti pengamen dihadapanya pertanyaan itu timbul di otakku yang pas pas an
ini. Aku coba lagi dengan menyanyikan lagu Christina Perry-Thousand year.
Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid
To fall
But watching you stand alone
All of my doubt
Suddenly goes away somehow
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid
To fall
But watching you stand alone
All of my doubt
Suddenly goes away somehow
One step closer
I have died every day
waiting for you
Darlin' don't be afraid
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Ditengah tengah lagu itu tiba-tiba dia mulai
ikut bernyanyi dengan suara indahnya bak diva dunia, dan kami menyanyikan lagu
itu bersama.
Time stands still
beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything
Take away
What's standing in front of me
Every breath,
Every hour has come to this
beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything
Take away
What's standing in front of me
Every breath,
Every hour has come to this
One step closer
I have died every day
Waiting for you
Darlin' don't be afraid
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
I have died every day
Waiting for you
Darlin' don't be afraid
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
And all along I believed
I would find you
Time has brought
Your heart to me
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
I would find you
Time has brought
Your heart to me
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
One step closer
One step closer
I have died every day
Waiting for you
Darlin' don't be afraid,
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
One step closer
I have died every day
Waiting for you
Darlin' don't be afraid,
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
And all along I believed
I would find you
Time has brought
Your heart to me
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
I would find you
Time has brought
Your heart to me
I have loved you for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
Selesai menyanyikan lagu itu aku kemudian
menanyakan kembali atas pertanyaanku yang kulontarkan kemarin petang. Aku
kembali mengungkap perasaanku padanya. Mulutnya terbuka seolah akan mengatakan
sesuatu, yup benar dugaanku dia mengatakan yang membuat hati kecil ini
berbungah- bungah. “ Ren, aku mau kok jadi pacarmu”. Kata sakti itu keluar
membuat hati ini meloncat kegirangan bagai menerima durian runtuh.
Esok paginya hari-hari yang kelam karena cinta
yang semu berubah menjadi hari cerah dengan cinta yang nyata. Bosannya hidup
monotonnya dunia berubah menjadi dinamis tanpa rutinitas biasa. Hari demi hari
kulalui menatap masa depan yang semoga saja cerah, tak terasa malam berganti
malam hari berganti minggu minggu berganti bulan bulan berganti bulan. Ujian
Nasional sudah didepan mata aku dan Nia berkomitmen untuk melanjutkan ke
sekolah yang sama agar bisa menyambung kisah kami yang indah ini. Ujian
Nasional selama empat hari pun selesai kami pun saling menhibur satu sama lain
agar tetap berpikir positif tentang hasil Ujian Nasional. Hati tak pernah lelah
menghibur dirinya, jiwa semakin tegar menghadapi hidup.
Setelah pengumuman kami sama-sama mendapat hasil
yang memuaskan. Tuhan berkehendak lain aku dan dia harus terpisah oleh jarak,
Nia terpaksa harus ikut orang tuanya pergi ke Bandung. Semakin tergores hati
ini semakin luka tercabik cabik, hati yang mulanya utuh menjadi terpecah karena
kepergiannya. Kucoba perlahan lahan melupakannya saat di SMA tapi itu malah
membuat hati bersedih menangis sendiri di hari yang cerah tanpa celah. Aku tak
bisa berpindah ke lain hati, hingga pada suatu pagi kulihat anak kelas sebelah,
hati sedikit tertarik padanya. Kucoba berkenalan dengannya tapi cinta ini hanya
sementara dia juga harus pergi ke United Kingdom/ Inggris sebagai penerima
beasiswa. Diri ini tak ingin lagi merasakan liku cinta dan duka akhirnya
kuputuskan untuk jomblo sementara sampai Nia kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar